Sabtu, 11 Juni 2022

@ Cermin: Rumah Mewah


 

Rumah Mewah

Oleh : Khatijah

@cermin

 

Mendung yang bergelayut diiringi angin kencang, membuatku mempercepat langkah. Semburat warna merah di ufuk barat menjadi tanda bahwa sebentar lagi suasana akan berubah menjadi gelap. Pandangnku lurus kedepan. Kakiku terus kuayun agar cepat sampai di tempat yang kutuju. Gerimis sudah berjatuhan satu-satu. Jika aku berjalan santai tentu nanti akan terguyur air hujan.

Tidak sampai lima menit, pohon sawo besar yang menjadi tanda rumah yang akan kusewa itu sudah terlihat. Aku memasuki halamannya yang luas. Sepi. Rimbun daun pohon sawo membuat halaman menjadi terasa adem. Tanah yang kupijak terasa lembab. Barangkali pohon besar ini mampu menyimpan air di dalam tanah.  Angin yang tiba-tiba bertiup kencang menerbangkan daun-daunnya yang kering hingga bertebaran hampir memenuhi halaman.

“Mari masuk!” Seorang wanita berperawakan tinggi memanggilku. Rambutnya panjang sebahu dengan warna hitam legam dengan potongan model bob. Dres panjang warna hijau muda membalut tubuhnya yang ramping. Hanya itu yang bisa kulihat tentang  wanita itu. Sebab setelah bicara padaku dia langsung berbalik arah dan masuk ke dalam rumah.

“Ini pasti anak gadis pemilik rumah ini,” pikirku. Sebab menurut penjelasan Pak Rano, pemilik rumah yanga akan dikontrakkan itu, sudah tua. Mereka diboyong oleh anaknya ke kota lain. 

Aku tidak menyahut karena wanita itu tidak memberikan kesempatan padaku. Karena sudah disuruh masuk, aku pun mengikuti. Dua daun pintu lebar sudah terbuka. Ragu-ragu kakiku akan melangkah melewati pintu itu. Namun, tak ada pilihan lain, aku pun masuk. Satu stel kursi tamu mewah, yang terbuat dari ukiran kayu jati cantik tergerai di ruang tamu. Seperti ada magnet di kursi itu yang menarikku untuk segera duduk. Tanpa disuruh aku memilih satu kursi yang menghadap ke arah ruang dalam. Byar. Suasana yang tadi sudah gelap berubah terang benderang. Lampu kristal  mewah yang tergantung tepat di atas kepalaku, tiba-tiba menyala.

“Pasti perempuan tadi yang menyalakannya,” kataku dalam hati.

Dari situ mataku leluasa memandang suasana ruangan besar yang mirip dengan ruang keluarga. Lampu-lampu hias mewah tampak menerangi ruang itu. Berbeda dengan ruang tamu, di tempat itu banyak orang. Anehnya, semua wanita muda, cantik cantik pula. Mereka berdandan ala wanita India lengkap dengan kain sari dan gemerlap perhiasan di tangan dan lehernya. Aku tidak tahu persis kegiatan apa yang sedang mereka lakukan. Mungkin saja mereka sedang berpesta.

Pandanganku segera menyapu ke arah meja yang penuh dengan makanan. Kue-kue dan minuman dingin sudah tersaji di situ.

“Kapan wanita itu menyediakan makanan sebanyak itu?” tanyaku dalam hati.

“Mari silakan minum, Mas.” Suara lembut yang berasal dari ruang dalam tiba-tiba mengagetkanku. Dia menyilakanku untuk menikmati sajian di depanku. Sayangnya, wanita itu tidak mau menemuiku. Dibiarkannya aku duduk sendiri di ruang tamu yang megah ini.

Terdorong oleh lapar dan dahaga karena perjalanan jauh, tanganku segera menyentuh gelas antik yang berisi minuman. Dingin. Aku pun mulai minum seteguk. Rasanya melegakan tenggorokan. Segar, kayak ada manis-manisnya gitu. Namun aneh. Sesaat setelah minum, rasa kantukku datang. Tak lama kemudian, aku pun tertidur pulas.

“Mas bangun! Kok tidur di sini?” Suara lembut wanita itu terdengar membangunkanku.

Berkali-kali aku mengusap kedua mataku. Tak seorang pun berada di situ. Kucari sorot lampu kristal mewah yang tadi menerangi ruang tamu. Tidak ada.  Ruangan yang dipenuhi wanita cantik yang sedang berpesta, juga tidak ada. Yang ada hanya berpuluh-puluh nisan yang disinari oleh cahaya matahari pagi.

 “Astagfirullahalazim,” jeritku, seraya berlari pontang panting meninggalkan pemakaman yang sunyi itu.

Bondowoso, 9 September 2021

 

Tidak ada komentar:
Write Comments



Entri yang Diunggulkan

Puisi-Puisiku

  Puisi-Puisiku Oleh: Khatijah   1.        MENDEKAP HARAP Kupatahkan ragu di tiang rapuh Menjaga rasa cita pada setia Di cadas lin...