Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan

Senin, 29 April 2024

Mendeskripsikan Latar dalam Cerita

 

 Mendeskripsikan Latar dalam Cerita

Oleh: Khatijah



            Sebuah peristiwa dalam fiksi, termasuk novel pasti dibalut oleh unsur yang satu ini, yakni latar. Latar atau setting meliputi tempat (setting lokasi), waktu, dan suasana. Biasanya ketiganya muncul selalu bersamaan di dalam satu paragraf. Latar tempat merupakan bagian cerita yang menggambarkan lokasi sebuah adegan atau tempat terjadinya peristiwa yang dialami oleh tokoh. Setiap adegan di dalam novel selalu berada di suatu tempat tertentu dan dalam kondisi tertentu.

Pertanyaannya, apakah latar tempat dalam cerita fiksi harus riil? Jawabannya tidak. Latar tempat dalam cerita fiksi boleh riil boleh tidak. Jika penulis memilih tempat yang menjadi latar cerita itu riil, maka syaratnya penulis harus mengadakan riset terlebih dahulu untuk membangun data yang berupa fakta. Jika latar tempatnya bersifat imajinatif, penulis hanya perlu menyiapkan data fantasi.

            Untuk mendeskripsikan latar tempat perlu memperhatikan hal-hal berikut:

Mengadakan Riset

1.    Jika tempat yang menjadi latar peristiwa itu nyata, penulis harus mengadakan riset terhadap tempat tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari cacat logika. Untuk memperoleh data-data terhadap tempat tersebut kita bisa melakukan pengamatan, mewawancarai informan, dan mempelajari hal-hal yang terkait dengan tempat tersebut. Data-data yang perlu dicatat mulai dari kondisi alam dan lingkungannya, suasananya, budayanya atau kebiasaan-kebiasaan penduduknya, makanan khasnya, bahasa sehari-hari penduduknya, dan seterusnya.

Mengadakan riset tidak harus datang ke tempat tersebut. Kita dapat menggali keterangan dari membaca buku, artikel, dan video. Internet menjadi sebuah kebutuhan penting di dalam melakukan riset ini. Melalui google kita dapat menggali banyak fakta. Bisa juga dari media sosial dan google street view untuk melihat objek wisata dan  jalanan.

Mengapa harus mengadakan riset? Sebab setiap tempat memiliki kondisi alam yang berbeda, termasuk budaya, dan kebiasan yang dapat berpengaruh pada karakter tokoh.

Berbeda jika latar peristiwa di dalam cerita tidak riil hanya berdasarkan imajinasi, penulis cukup membangun data fantasi tanpa mengesampingkan logika.Meskipun latar diciptakan oleh penulis novel, tetapi harus dihindari hal-hal yang tidak masuk akal.

2.    Menggunakan Pancaindra. 

Seperti manusia dalam dunia nyata, tokoh dalam cerita juga memiliki panca indra. Mereka juga dapat melihat, mendengar, meraba, menghirup, dan merasakan sesuatu. Oleh karena itu, agar deskripsi latar lebih kuat sebaiknya memasukkan unsur pancaindra.   

3.    Mendeskripsikan latar tidak bertele-tele. Penggambaran latar tidak perlu berpanjang lebar hingga beberapa paragraph. Cukup satu paragraf dengan menyisipkan aktivitas tokoh.  

4.    Meskipun kita memanfaatkan kalimat-kalimat dengan memasukkan unsur pancaindra, tetapi jangan berlebihan karena akan membuat pembaca jenuh dan tidak respek terhadap cerita kita. Sedetil apa pun latar yang kita deskripsikan, harus disisipkan aksi tokoh. Penggambaran latar cerita tanpa menyisipkan aksi tokoh, akan membosankan pembaca dan menjadi penggambaran tidak bermakna.

5.    Menggunakan Teknik Showing

Pemilihan kata dalam mendeskrisikan latar hendaknya rinci. Hal ini dilakukan agar pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, atau menyaksikan sendiri terhadap latar yang dibaca. Kekuatan teknik showing adalah memerinci bukan mengatakan (tell). Namun demikian, jika penulis sudah terjebak dengan penggambaran latar yang bertele-tele, kita dapat menggunakan teknik tell atau mengatakan. Jadi, penggunaan antara teknik showing dan teknik telling dalam pendeskripsian latar harus proposional.   

6.    Menggunakan Berbagai Majas

Majas merupakan bahasa kias yang dapat memberikan efek menarik dalam pendeskripsian latar. Berbagai majas bisa digunakan tergantung kebutuhan dan kesesuaian. Misalnya saja majas personifikasi, majas metafora, dan majas asosiasi.

Bondowoso, 30 April 2024

 

Senin, 27 November 2023

Rahasia Mudah Menulis Novel

 


Rahasia Mudah  Menulis Novel 

Oleh: Khatijah

Menulis novel bukanlah hal yang sulit. Jika sudah mengetahui rahasianya, maka menulis novel akan berjalan lancar.  Ada beberapa hal yang harus diketahui dan perlu dipraktikkan agar aktivitas menulis novel tidak mengalami kendala.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan itu antara lain:

1.Niatkan menulis dengan hati yang sungguh-sungguh.

Niat merupakan masalah paling penting dalam setiap kita akan melangkah. Termasuk di dalam menulis novel.  Walaupun jumlah kata yang menjadi prsarat sebuah novel berkisar lima puluh ribu kata ke atas jika niat sudah kita tetapkan di dalam hati pastilah bisa sukses. Ada salah satu platform novel online yang mengharuskan novel yang diposting memenuhi jumlah kata tersebut. Jadi, yang diperhitungkan bukanlah jumlah halaman melainkan jumlah kata.

2. Angkat fakta ke dalam ranah imajinatif.

Novel bukanlah hasil lamunan penulisnya, tetapi novel lebih dari sebuah hasil perenungan penulisnya dari apa yang pernah dilihat, didengar, mungkin juga dirasakan. Tentu saja pengalaman tentang hidup dan kehidupan yang akan diangkat menjadi novel tidak harus berupa sesuatu yang dialami penulis sendiri. Melainkan, pengalaman itu sesuatu yang diperoleh dari apa yang dilihat, di dengar, atau ikut merasakan. Misalnya berita di TV, atau sesuatu yang pernah dibaca. Bisa juga sesuatu yang pernah kita ketahui pernah terjadi di dalam kehidupan sosial. Fakta yang diangkat ke ranah imajinatif ini bisa sesuatu yang terjadi dan mengendap bertahun-tahun di benak kita. Oleh karena itu, penulis novel harus sering membaur dengan masyarakat. Sealin itu, sering-seringlah mengadakan perjalanan, menonton film, mendengarkan musik, bermedia sosial, dan yang paling penting adalah membaca. Sering-seringlah membaca karya sastra novel dan membaca apa saja. Sebab dengan membaca akan terbuka wawasan kita. Bukan berarti kalau membaca novel karya orang lain akan kita tiru (plagiat), tetapi dengan membaca kita belajar. Belajar bagaimana  cara membangun konflik. Belajar bagaimana memvariasaikan plot, belajar bergbagai gaya dan teknik naratif yang digunakan dan sebagainya. Selain itu, denagn membaca kita tidak akan miskin kata.

3.Susunlah Outline

Outline memuat garis besar jalannya cerita dari awal sampai ending. Jika kesulitan menyusun outline kita bisa menggunakan kata bantu tanya siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Dengan outline kita akan mengarahkan alur cerita kita ke mana. Outline memuat peristiwa dan konflik-konflik besar yang akan mewarnai episode di dalam novel yang kita tulis. Akan tetapi outline tidak harus menjadi pedoman yang kaku. Outline bisa diubah sewaktu-waktu. Jika di tengah perjalanan menulis, tiba-tiba kita menemukan ide baru, maka kita bisa mengubah outline yang sudah kita buat. Jadi, kita bisa menambah, mengurangi, atau bahkan mengubahnya.

4.Tulislah per episode

Setiap episode dalam novel memuat peristiwa, konflik dan adegan. Dengan menulis per episode akan memudahkan mengorganisasikan konflik besar yang dialami oleh tokoh utama. Peristiwa dalam setiap episode harus selalu melibatkan tokoh utama atau ada benang merahnya dengan tokoh utama.

5. Kreasikan dengan bahasa yang menarik.

Bahasa dalam novel tidak sama dengan bahasa yang digunakan di dalam karya nonfiksi. Novel adalah karya fiksi yang menggunakan ragam bahasa sastra. Kita bisa menggunakan berbagai majas dan gaya bahasa dan berbagai makna. Misalnya personifikasi, metafora, smile, anafora, paradoks,eufimisme, dan sebagainya. Kalau karya nonfiksi harus menggunakan bahasa baku dan kata bermakna denotasi, tetapi di dalam sastra tidak. Diksi atau pilihan kata yang digunakan bisa bermakna denotasi, konottasi, simbolis dll.

Bondowoso, 27 November 2023

 

Kamis, 23 November 2023

Mengenal Teknik Naratif dalam Novel

 


Mengenal Teknik Naratif dalam Novel

Oleh: Khatijah

Menurut berbagai sumber unsur naratif di dalam naskah novel sedikitnya 60 sampai 70%. Selebihnya merupakan dialog. Berbeda dengan naskah drama yang didominasi oleh dialog. Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI V), naratif artinya: 1) bersifat narasi; bersifat menguraikan (menjelaskan dan sebagainya). 2) Prosa yang subjeknya merupakan suatu rangkaian kejadian.Sedangkan narasi artinya pengisahan suatu cerita atau kejadian; cerita atau deskripsi suatu kejadian atau petistiwa; kisahan.

            Tulisan ini lebih ditekankan pada makna naratif yang artinya bersifat menguraikan, menjelaskan, atau pengisahan suatu cerita atau rangkaian kejadian dalam naskah jenis novel. Dalam hal ini narasi menjadi unsur paling penting. Keterbacaan sebuah kisah dalam novel sangat bergantung pada kepiawaian penulis dalam menarasikan atau mendeskripsikan peristiwa-peristiwa dalam cerita. Tentu saja hal ini sangat erat hubungannya dengan gaya bahasa, pemilihan diksi, variasi kalimat, dan unsur-unsur lain tentang kebahasaan dalam novel.

            Beberapa Teknik Naratif dalam Novel

Dilansir dari postingan Nafa Azizah pemilik akun tik tok @nafazizah12 pada  24 Oktober 2023, ada 5 teknik naratif untuk naskah novel:

1.    Flash Back

2.    Plot Twist

3.    Gambaran Sensorik

4.    Cliffhanger

5.    Foreshadowing

Flash back merupakan teknik naratif yang disebut juga kilas balik. Dalam hal ini penulis novel dapat memutar waktu atau kembali ke waktu sebelum kejadian atau peristiwa yang dialami oleh tokoh. Teknik ini berguna untuk memberi penjelasan kepada pembaca tentang tokoh atau peristiwa tertentu yang pernah dialami oleh tokoh.

Plot Twist digunakan dengan cara mengubah alur secara tiba-tiba sehingga menimbulkan keterkejutan bagi pembaca. Dengan teknik ini, alur cerita yang kita buat sulit untuk ditebak sehingga pembaca semakin penasaran untuk melanjutkan membaca  bagian selanjutnya.

Gambaran Sensorik  

Teknik ini merpakan teknik menarasikan dengan memfokukan pada gambaran sensorik yang menggunakan semua visual. Apa yang bisa dilihat, didengar, dicium, disentuh, dan dirasakan.

Cliffhanger

Teknik Cliffhanger adalah menggambarkan akhir sebuah bagian cerita dengan cara menyembunyikan atau tidak membeberkan seluruhnya. Hal ini dialakukan agar pembaca penasaran untuk mengetahui peristiwa selanjutnya. Terdapat efek kejut yang tidak bisa ditebak. Teknik ini sesuai diguanakan pada akhir setiap bab atau aakhir bab jika novelnya berseri.

Foreshadowing

Teknik ini merupakan petunjiuk peristiwa sebelum peristiwa itu terjadiPenjelasan secara menyeluruh dapat ditemukan di bagian selanjutnya.Teknik Foreshadowing berguna sebagai tebakan pembaca pada sebuah bab suatu novel.

Demikian teknik-teknik naratif yang dapat meningkatkan kualitas novel yang kita tulis. Teknik-teknik tersebut akan membuat pembaca akan semakin penasaran terhadap kisah atau cerita secara keseluruhan. Pembaca akan bersemangat membaca dan semakin kecanduan membaca novel-novel kita. Semoga pemaparan ini dapat bermanfaat bagi penulis novel yang ingin menjadikan tulisannya lebih disukai. Terutama bagi penulis pemula.

Bondowoso, 24 November 2023

.

 

 

 

 

 

Rabu, 22 November 2023

Teknik Telling dan Showing dalam Novel

 


Teknik Telling dan Showing dalam Novel

Oleh: Khatijah

Setiap penulis novel harus mengenal istilah telling dan showing. Dua teknik ini secara tidak langsung selalu digunakan dalam proses kreatif menarasikan bagian-bagian cerita novel seperti karakter dan peristiwa. Pertanyaannya, apakah yang dimaksud dengan teknik telling dan teknik showing? Manakah di antara dua teknik ini yang lebih dianjurkan untuk digunakan? Bagaimana implikasinya terhadap pembaca?

Teknik Telling

Telling = bercerita (Wikipedia)

Dikutip dari pendapat Cahyadi Takariawan dalam https://ruangmenulis.id/pilih-telling-atau-showing gaya telling digunakan dalam mengungkapkan karakter atau sifat tokoh dan peristiwa atau kejadian yang bercorak abstrak dan tidak melibatkan pembaca untuk berimajinasi bebas.

Teknik telling digunakan ketika penulis menjelaskan sesuatu dan langsung memberikan kesimpulan. Penulis tidak memberikan ruang kepada pembaca untuk menikmati deskripsi yang menggambarkan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh tokoh cerita. Padahal pembaca perlu mendapatkan gambaran secara konkret Misalnya dalam mengungkap kata sifat, besar, cantik, marah, gembira, sedih. Kata-kata tersebut tidak memberikan gambaran secara jelas dan kongkret. Kalau yang diungkap kata besar seharusnya dijelaskan, besarnya seperti apa. Kalau cantik, kategori cantik itu seperti apa. Kalau marah, tandanya bagaimana. Demikian juga dengan kata gembira dan sedih yang sebenarnya dapat diungkapkan hal-hal yang bisa diterangkan ciri-cirinya. Akan tetapi, dalam teknik telling tidak ada deskripsi atau gambaran tentang kata-kata itu.

Contoh: Teknik telling

Pak Reso sangat sedih memikirkan nasibnya.

Teknik Showing

Masih berasal dari sumber yang sama, teknik showing menggambarkan bukan hanya mengatakan tentang peristiwa atau karakter tokoh. Teknik ini berusaha menciptakan gambaran dari dunia konkret ke alam pikiran pembaca.

Teknik showing menjadi pilihan yang paling tepat untuk menarasikan karakter dan peristiwa yang dialami tokoh. Teknik ini berusaha menjelaskan, menggambarkan, menerangkan sedetail-detailnya sehingga pembaca dapat memiliki gambaran nyata. Tidak hanya itu saja, tetapi pembaca lebih bebas menikmati karya yang dibaca dan bebas berimajinasi seluas-luasnya. Pembaca bebas membuat simpulan sendiri dari sajian yang sudah dipaparkan oleh penulis.

Teknik showing merupakan kebalikan dari teknik telling. Jika penulis akan mengungkap keadaan tokoh yang sedang bergembira bisa ditulis secara rinci. Misalnya, tawanya berderai, pipinya merona, wajahnya berseri-seri, matanya berbinar-binar. Sebaliknya jika penulis menggambarkan ekspresi kecewa dapat menjelaskan dengan frase seperti ini: tawanya hampa, senyumnya sinis, wajahnya dipalingkan, Dia menghela napas perlahan, dll. Bisa juga digunakan dalam penokohan lahir. Misalnya, jalannya membungkuk, matanya menonjol, rambutnya gimbal, sorot matanya tajam, bibirnya terkatup rapat. Inilah contoh-contoh gaya showing yang lebih menitikberatkan pada gambaran sensorik yang menggunakan semua visual. Jika digunakan di dalam novel, ceritanya semakin hidup dan membuat pembaca semakin terhanyut.  

Gaya showing dan telling dapat digunakan sesuai dengan konteks. Bisa juga digunakan secara kombinasi dalam satu paragraf.

Bondowoso, 23 November 2023

           

 

  

 

 

 

Rabu, 20 September 2023

Kebahasaan dalam Novel

 

Foto: Koleksi Pribadi

Kebahasaan dalam Novel

Oleh: Khatijah

Bahasa merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan di dalam menulis novel. Tanpa bahasa tidak mungkin akan terwujud menjadi karya novel. Ada beberapa unsure kebahasaan yang membangun novel.

1.    Bahasa Sehari-hari

Bahasa yang digunakan di dalam menulis novel adalah bahasa sehar-hari karena novel merupakan karya fiksi yang mengisahkan kehidupan sehari-hari. Bukan karya ilmiah yang harus menggunakan bahasa resmi.

2.    Beragam Kosa Kata

Seorang penulis novel harus kaya perbendaharaan kata sehingga kalimat-kalimatnya bervariasi, tidak monoton dengan pilihan kata yang diulang-ulang. Sebab jika miskin kosa kata, pembaca akan cepat bosan karena tidak menarik. Untuk mengatasi miskin kata, penulis harus banyak membaca.

3.    Majas atau Gaya Bahasa

Keindahan bahasa  di dalam novel akan sangat berpengaruh pada kenyamanan pembaca. Oleh karena itu, tidak hanya makna lugas saja yang digunakan, tetapi berbagai makna termasuk majas juga digunakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI V) majas adalah cara melukiskan sesuatau dengan jalan menyamakan dengan sesuatu yang lain; kiasan. Sedangkan gaya bahasa dirtikan sebagai berikut. 1)  pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis2) pemakaian ragam tertentu untuk memeperoleh efek-efek tertentu, 3) keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penuli sastra, 4) cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan.

Gorys Keraf membagi majas menjadi 4 golongan. Majas perbandingan (metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis), majas pertentangan
(hiperbola, litotes, ironi, satire, paradoks, klimaks, antiklimaks),
majas
pertautan (metonimis, sinekdoke, alusio, eufemisme, ellipsis), majas perulangan
( aliterasi, asonansi, antanaklasis, anafora, simploke.

Majas dan gaya bahasa merupakan peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.

Majas Perbandingan

Majas Personifikasi adalah majas yang mengumpamakan benda bisa bertindak seperti manusia.

Contoh personifikasi

§  Rintik gerimis mengantarmu melangkah.

§  Senja telah memutus perjumpaan kita.

§   Sepi ini sungguh merobek.

Majas Metafora adalah perbandingan sifat dari dua hal yang berbeda.

Contoh metafora

§  Hawa dingin mendekapku erat dari bara rindu.

§  Taburan kasih-Mu menjadi rinai di terik yang menyiksa.

Majas Smile adalah perbandingan langsung yang ditandai dengan kata: bagai, seperti, ibarat, bak, laksana.

Contoh Smile:

§  Kondisinya sungguh tidak berdaya ibarat gelatik patah sayap.

§  Lama sekali menunggu kedatanganmu bak menantikan hujan di puncak kemarau.

4.    Kalimat Deskriptif

Kalimat deskriptif digunakan untuk menggambarkan latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan penggambaran tokoh. Pendeskripsian baik latar, maupun perwatakan tokoh harus rinci. Jadi, harus digambarkan tidak dikatakan.

Misalnya tersenyum dapat digambarkan dengan kata-kata berikut.

§  Bibirnya melengkung.

§  Matanya menyipit.

§  Pipinya memerah.

§  Matanya berbinar.

 

 

 

 

Rabu, 30 Agustus 2023

Disiplin Menjadi Penentu Keberhasilan GLS

 

Disiplin Menjadi  Penentu Keberhasilan GLS

Oleh Khatijah

            Semua sekolah diharuskan mengembangkan litersi. Berbagai cara dilakukan agar program gerarakan litersi berjalan lancar, tanpa kendala. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)yang digulirkan sejak tahun 2016 memiliki peran yang sangat penting di dalam pengembangan Gerakan Literasi Nasional. Pembiasaan berliterasi bagi peserta didik sangat besar peranannya dalam perkembangan literasi. Membaca dan menulis harus dibiasakan sejak dini. JIka anak-anak sudah terbiasa membaca dan menulis, pada masa yang akan datang akan menjadi budaya yang sangat baik. Mereka akan menjadikan kegiatan ini sebagai  kebutuhan yang harus dilakukan setiap hari. 

Kegiatan ini dimulai dari pembiasaan membaca yang dilasanakan sepuluh menit sebelum pembelajaran sampai pada penerapan literasi di dalam pembelajaran dan kegiatan literasi lain yang diprogramkan oleh sekolah. Keberhasilan gerakan literasi pada peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor sikap merupakan salah satu penentu keberhasilan Gerakan Litersi Sekolah.

            Sikap disiplin dan tanggung jawab memiliki porsi tertinggi di dalam menentukan keberhasilan program literasi sekolah. Tidak hanya peserta didik saja yang ditutut untuk memiliki sikap disiplin dan tanggung jawab ini. Namun, semua unsur sekolah harus  berperanan di dalam membentuk sikap disiplin berliterasi. Misalnya saja, pada saat pelaksanaan membaca sebelum pelajaran dimulai, tidak hanya peserta didik yang harus membaca buku, tetapi mulai dari Kepala Sekolah, guru, TU, bahkan satpam sekolah  harus benar-benar ikut serta berperan dalam kegiatan ini. Kalau tidak ada kebersamaan dan keteladanan di dalam melaksanakan kegiatan ini, tidak mungkin kegiatan literasi berjalan seperti yang diharapkan. Jadi, jangan sampai terjadi peserta didik disuruh membaca sedangkan Kepala Sekolah, guru, Tu, dan unsur lain bersantai-santai.

 Semua unsur sekolah  harus mempunyai andil sesuai dengan peran masing-masing. Kepala Sekolah sebagai manajer, mendelegasikan  pelaksanaan kegiatan ini kepada wakasek dan urusan kurikulum sekolah agar menyusun jadwal kegiatan literasi dan membentuk tim litersai sekolah. Selain itu, Kepala Sekolah  ikut serta melaksanakan program-program literasi sekolah yang sudah disusun oleh tim literasi. Demikian juga guru dan staf Tata Usaha juga berperan aktif sesuai dengan tugas masing-masing. Guru mata pelajaran dan guru bimbingan konseling bertugas ikut serta membaca di dalam kelas. Sedangkan staf Tata Usaha bertugas mengatur waktu, dan akan lebih afdol jika ikut melaksanakan kegiatan membaca.

Program literasi seperti membaca sepuluh menit sebelum pembelajaran dimulai, literasi dalam pembelajaran, pembiasaan membaca bagi seluruh warga sekolah, pameran litersi, penyediaan sumber bacaan, lomba literasi, pengadaan pojok litersi dan lain-lain akan tercapai keberhasilannya jika semua mempunyai sikap disiplin dan tanggung jawab terhadap tugasnya.

Peserta didik akan melaksanakan kegiatan literasi yang sudah diprogramkan oleh sekolah dengan baik jika selalu mendapatkan dukungan dan pengawasan dari Kepala Sekolah dan guru. Setiap akan melaksanakan jenis program literasi yang sudah disusun harus ada kerja sama antarkomponen sekolah.

Semua program litersi sekolah akan berhasil dengan baik jika semua komponen sekolah ikut berperan menyukseskan. Semua ini tergantung dari sikap disiplin dan tanggung jawab dari semua unsur sekolah.

Selain itu, dukungan dari orang tua sangatlah diperlukan. Kebiasaan berliterasi yang sudah dijalankan di sekolah sebaiknya dilanjutkan di rumah. Waktu-waktu tertentu hendaknya terjadwal sebagai pelaksanaan literasi. Orang tua dapat mengajak putra-putrinya meluangkan membaca meskipun hanya beberapa menit. Pada hari Minggu atau hari libur orang tua juga bisa mengajak anak-anak ke toko-toko buku. Hal ini akan menunjang  keberhasilan gerakan literasi. 

Selasa, 30 Mei 2023

Cara Menemukan Ide Menulis

 

Cara Menemukan Ide Menulis

Oleh: Khatijah

Pernahkah Anda kesulitan mendapatkan ide menulis? Menulis merupakan kegiatan yang menyenangkan. Namun, biasanya terkendala dengan menemukan ide. Ide tidak datang begitu saja. Namun, kita harus memburunya. Sebenarnya banyak ide yang berseliweran di sekeliling kita. Namun, keraguan untuk mengangkatnya menjadi sebuah tulisan membuat kita tidak segera memulai menulis. Kadang-kadang terlalu banyak pertimbangan. Takut idenya kurang pas atau kurang menarik. Padahal kalau kita berani mengembangkan menjadi tulisan kadang akan membuat kita tercengang.

Kejadian-kejadian yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan merupakan sumber ide yang tidak akan kering. Sesuatu yang pernah kita alami sendiri menjadi sumber ide yang luar biasa untuk beberapa genre tulisan. Misalnya saja kita pernah pergi ke suatu tempat yang meninggalkan kesan  mendalam dalam pikiran kitadapat menjadi sumber ide yang bagus. Jika kita akan menulisnya dalam bentuk fiksi, kita tinggal mengimajinasikan dengan peristiwa, tokoh, konflik dengan menggunakan setting tempat, suasana, dan waktu dengan tempat itu. Bisa juga kita mengangkatnya dalam bentuk reportase, kolom, atau jenis tulisan lain.  Sumber ide yang tidak mudah kering dari ingatan adalah pengalaman. Hal-hal yang pernah kita alami, entah itu suka maupun duka bisa dijadikan sumber penulisan.

Bagaimana cara berburu ide? Hal-hal yang mudah untuk untuk menggali ide:

Pertama, kita catat semua kejadian yang kita alami. Kita bisa mencatatnya di ponsel karena ponsel merupakan benda yang jarang lepas dari tangan kita. Bisa dengan cara membuat grup WA dengan anggota dua atau tiga orang terdekat. Kalau sudah terbentuk grup, lalu keluarkan anggota tersebut. Tinggalah kita sendiri yang menjadi anggota grup. Nah, dengan begitu, kita leluasa untuk mencatat apa saja yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan. Selain mencatat kejadian, kita dapat memfoto atau memvideokan. Dari foto dan video kita akan menggali ide sebanyak-banyaknya.

Cara yang kedua, banyak membaca baik berupa karya orang lain atau berita. Taufik Ismail  pernah berpendapat “Rabun Membaca Lumpuh Menulis, kiranya hal itu benar adanya. Seseorang yang rajin membaca akan mudah menuangkan ide-ide cemerlang. Sedangkan orang yang jarang membaca akan kesulitan memunculkan ide. Orang yang sering membaca, akan mengembangkan kalimat dengan mudah. Dia akan menuliskan kalimat-kalimat mengalir begitu saja tanpa harus dipaksa. Hal itu sudah terbukti. Untuk itu membaca harus selalu kita lakukan setiap waktu.

Ketiga, ikut di komunitas penulis. Dengan ikut di komunitas ini kita akan termotivasi untuk menulis seperti yang dilakukan oleh anggota komunitas itu. Kita juga bisa membaca karya-karya mereka. Dari sini kita banyak mendapatkan ide menulis.

Keempat, berusaha dengan berpikir keras untuk menemukan ide. Memulai menulis dengan selalu mengasah semangat. Semangat yang tertanam di dalam diri kita, akan memudahkan kita mendapatkan ide penulisan. Mengapa bisa seperti itu? Jawabannya mudah. Jika  kita sudah bersemangat untuk menulis, kita akan berusaha keras. Di luar dugaan, jika kita mulai menulis kadang ide-ide bermunculan dengan sendirinya.

Mulailah menulis apa saja yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan. Mulailah dengan satu kalimat. Teruslah berpikr fokus pada apa yang sudah kita tulis itu. Lanjutkan menuliskan kalimat-kalimat berikutnya dengan menggunakankata kata rujukan atau dengan repetisi dari inti yang kita biscarakan. Maka pengembangan ide-ide tentang tulisan kita akan mengalir. Berhenti sejenak, bukan merupakan masalah. Maka kalau ide sudah buntu berhentilah, kerjakan apa saja aktivitas kita yang biasa kita lakukan. Suatu ketika kadang-kadang kita mendapatkan ide baru untuk melanjutkan tulisan kita. Segera menuliskan ide yang kita dapatkan tersebut untuk mengembangkan tulisan yang sudah ada. Hal itu dilakukan agar ide tersebut tidak hilang.

 

Jumat, 26 Mei 2023

MEMPERTAHANKAN MOOD DALAM MENULIS NOVEL

 


MEMPERTAHANKAN MOOD DALAM MENULIS NOVEL

Oleh: Khatijah

 

Mempertahankan mood dalam menulis novel itu, sebuah keharusan. Kalau tidak, kita bisa berhenti di tengah jalan sebelum ceritanya mencapai ending. Kejenuhan merupakan musuh terbesar dalam menulis novel. Apalagi menulis novel yang notabene cerita panjang. Perlu ketekunan dan ketelatenan yang dibangun dalam diri sendiri Caranya, sebelum menulis kita buat kerangka dasarnya terlebih dahulu. Setelah itu, saat mengembangkan kita boleh membangun konflik-konflik kecil yang berada di luar kerangka. Hal ini kita lakukan agar cerita kita menarik, tidak garing, dan tidak  terkesan monoton. Kehadiran tokoh dalam novel berfungsi untuk menggerakkan alur. Jika cerita kita macet, alurnya buntu, kita bisa menghadirkan tokoh baru. Dari sini akan terbangun konflik-konflik baru.

Ada beberapa cara untuk mempertahankan mood agar bisa terus melanjutkan kisah yang ditulis di dalam novel.

1.    Setelah menemukan ide, segeralah buat kerangka dasarnya terlebih dahulu. Tulislah garis-garis besar yang akan menjadi pedoman dalam mengembangkan ide. Kerangka ini berfungsi untuk menentukan alur yang akan digunakan. Namun demikian, kerangka tidak membatasi ruang gerak dalam mengembangkan tulisan. Penulis tidak perlu terpaku pada kerangka. Jika di tengah perjalanan menulis novel, muncul ide-ide baru di luar kerangka langsung saja disisipkan. Bahkan bisa juga kerangka awal itu ditinggalkan sama sekali.

2.    Segeralah menulis paragraf awal. Jangan terlalu lama meninggalkan ide yang sudah tertangkap di dalam pikiran. Jika ide itu tidak segera ditulis, maka akan hilang bersama berjalannya waktu. Pilihlah kata dan kalimat menarik yang bisa menimbulkan penasaran pembaca. Bisa memulai dengan deskripsi, bisa juga dengan dialog.

3.    Ciptakan konflik pada paragraph-paragraf awal. Meskipun tidak tertulis pada paragraph pertama, bocoran konflik harus sudah tampak pada paragraf awal. Selain, memudahkan penulis dalam mengembangkan alur, bocoran konflik pada bagian awal novel akan menggiring pembaca untuk merasa penasaran dan melanjutkan membaca bagian-bagian berikutnya.

4.    Bangunlah anak-anak konflik. Selain konflik besar yang sudah ada di dalam pikiran penulis, kembangkan juga konflik-konflik kecil. Seperti halnya yang dialami oleh seseorang di dalam kehidupan nyata.

5.    Deskripsikan dengan detail. Deskripsi di dalam novel berbeda dengan deskripsi di dalam pentigraf dan cerpen yang dibatasi oleh jumlah kata dan halaman. Novel merupakan cerita panjang yang memungkinkan pendeskripsian secara detail. Tulislah bagian-bagian kecil yang sangat terperinci. Dalam hal ini penulis mempunyai keuntungan mengeksplorasi banyak pesan moral sampai dalam hal sekecil-kecilnya.

6.    Hadirkan tokoh baru. Jika tulisan kita macet, banyak solusi untuk mengatasinya. Salah satunya dengan menghadirkan tokoh baru. Tentu saja tokoh baru yang kita munculkan memiliki hubungan dengan tokoh utama yang berperan menambah kerumitan di dalam konflik yang dihadapi. Misalnya saja secara tidak terduga, tokoh bertemu dengan seorang penjahat yang akan mencelakai. Disini bisa muncul tokoh baru itu untuk membantu melawan penjahat itu. Mungkin saja tokoh baru itu seseorang yang pernah dikenal di masa lalu. Dengan sendirinya, alur pun akan terus bergerak dan bervariasi. Jika sebelumnya hanya mengikuti jalannya alur progresif, dengan hadirnya tokoh baru akan memunculkan alur mundur.

7.    Buatlah tokoh utama mengalami kesalahan. Ketika tulisan macet, tidak perlu bingung. Buatlah tokoh membuat kesalahan. Tokoh utama di dalam cerita tidak harus sempurna. Seperti halnya manusia, tidak ada yang sempurna. Maka seorang tokoh wajar melakukan kesalahan atau kekeliruan. Kesalahan yang dilakukan oleh tokoh tersebut akan memicu konflik baru. Nah, dengan demikian penulis akan menawarkan beberapa hal untuk memecahkan masalah yang dialami oleh tokoh tersebut.

8.    Citapkan setting tempat dan suasana baru. Tempat di dalam novel tidak harus berkutat pada sebuat tempat. Seorang tokoh bisa pergi dan menempat di mana saja. Di desa lain, kota lain, bahkan di negara lain. Tempat yang ditulis akan diikuti oleh suasana yang berbeda pula.

 


Demikian  beberapa hal yang dapat mengatasi hilangnya mood saat menulis novel. Semoga bermanfaat.  

Selasa, 04 April 2023

Bagaimana Novel Mampu Menghibur Pembaca

  Bagaimana  Novel Mampu Menghibur Pembaca

 Oleh: Khatijah




                              

 

Tidak bisa dipungkiri bahwa tujuan awal seseorang membaca novel yaitu untuk menghibur diri. Membaca novel sama halnya dengan rekreasi menjelajah di dunia imajinasi. Oleh karena itu, novel harus memenuhi harapan pembaca. Jika novel yang dibaca dapat memenuhi harapan, pembaca seolah turut terjun menjadi tokoh di dalamnya. Banyak cara yang bisa dilakukan pengarang novel agar novelnya menghipnotis. Jalinan konflik-kolnflik yang menarik mampu membuat pembaca penasaran untuk membaca episode berikutnya. Di bawah ini beberapa penjelasan agar novel yang ditulis tidak membosankan.

Beberapa hal agar novel bisa menghibur pepmbaca:


1.    Tema Unik


Tema yang akan ditulis di dalam novel hendaknya tema yang tidak biasa-biasa saja. Keunikan ide akan menuntun pembaca untuk mengetahui jalan cerita dari awal hingga penyelesaian. Penggambaran peristiwa melalui deskripsi yang hidup dan dialog cantik ini akan membawa pembaca untuk terus penasaran membaca lembar demi lembar novel di hadapannya. Tema unik juga membuat pembaca penasaran untuk mengetahui isinya lebih dari yang sudah dibaca.


2.    Konflik-Konfliknya Tajam dan Kompleks


Novel yang baik, harus membocorkan konfliknya pada paragraf-paragraf awal. Bibit konflik yang sudah terbaca di bagian depan, akan membuat pembaca penasaran untuk menikmati konflik-konflik yang dialami tokoh untuk selanjutnya. Suspensi atau penundaan pemecahan konflik pada tiap-tiap episode menjadi hal yang membuat penasaran pembaca. Begitu juga twist atau efek kejud pada bagian penyelesaian akan meninggalkan kesan mendalam di dalam perasaan pembaca.

Ada hal lain yang juga perlu diingat, novel merupakan cerita panjang yang sarat dengan konflik. Berbeda dengan cerpen yang konfliknya terbatas. Konflik pada novel lebih kompleks. Bukan hanya konflik utama saja yang disajikan, tetapi juga anak-anak konflik. Multikonflik seperti yang ditemui seseorang dalam kehidupan sesungguhnya akan ditemui juga di dalam novel. Mulai dari konflik dengan dirinya sendiri, konflik dengan alam sekitar, konflik dengan Tuhan, konflik dengan orang lain. Jadi, penulis novel harus menghindari konflik yang datar dan lurus-lurus saja. Penyusunan konflik dalam alur tidak datar akan membuat cerita lebih hidup dan lebih menarik.


3.    Diksi atau Pilihan Kata


Pilihan kata atau diksi sangat memengaruhi menarik tidaknya sebuah novel. Pilihan kata dan kalimat-kalimat dalam novel berbeda dengan pilihan kata dan kalimat yang digunakan di dalam tulisan ilmiah. Bahasa yang digunakan di dalam novel adalah ragam bahasa sastra. Penggambaran peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh harus mampu menyentuh pengalaman indrawi pembaca. Pengarang hendaknya memilih kata yang membuat pembaca seolah melihat, mendengar, merasakan, mencium, mencecap, serta mampu melibatkan perasaan pembaca.Pilihan kata yang digunakan bermacam-macam makna.

Bukan hanya makna denotasi saja, tapi banyak menggunakan makna konotasi, makna kiasan, dan makna simbolis. Makna denotasi adalah makna kata yang didasarkan atas penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar  bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif. Makna konotasi atau makna tambahan merupakan tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang. Misanya kata ‘acap kali, untuk menggunakan kata ‘sering’. Kata ‘komplotan’ untuk menggantikan kata ‘gerombolan’. Sedangkan makna kiasan merupakan makna atau kelompok kata  yang bukan mengacu ke makna yang sebenarnya, melainkan mengiaskan sesuatu, misalnya ‘mahkota wanita’ berarti rambut wanita (KBBI V). Bentuk kiasan bisa berupa ungkapan seperti contoh tersebut dan bisa berbentuk majas. Majas atau bahasa kias sering digunakan oleh pengarang novel seperti personifikasi, metafora,semile, dan paradoks, dll.

Berikut ini contoh bahasa bermajas yang sering ditemui di dalam novel.

Awan yang tertatih-tatih melintasi langit biru. (personifikasi)

Dia memang berhati batu. (metafora)

Anak itu merasa bebas bagai burung lepas dari sangkar.(smile)

Ayah merasa kesepian di antara hiruk-pikuk orang-orang yang berebut makanan. (paradoks)

Makna simbolis yaitu kata atau sekelompok kata yang dijadikan simbol atau lambang.


4.    Komposisi Antara Deskripsi dan Dialog Proposional


Deskiripsi digunakan untuk menggambarkan latar dan karakter tokoh. Uraian deskriptif yang rinci sangat diperlukan untuk menggambarkan latar yang meliputi waktu, tempat, dan suasana. Penggambaran latar yang detail akan membawa pembaca seolah berada di sebuah tempat, dalam suasana tertentu, dan pada waktu tertentu. Sedangkan karakter tokoh selain dapat digambarkan langsung dalam bentuk uraian bisa juga digambarkan dalam dialog para tokoh. Namun, demikian penggunakan dialog dan deskripsi lebih enak dibaca jika proposioal. Tidak hanya deskripsi saja atau sebaliknya dialog terus menerus. Ada saat-saat tertentu dialog perlu digunakan agar cerita lebih hidup. Dialog yang ditulis hanyalah dialog-dialog cantik yang mendukung makna dan perkembangan alur.


5.    Tidak Cacat Logika


Meskipun novel merupakan tulisan yang bergenre fiksi, tetapi penulis harus meghindari adanya cacat logika. Itulah pentingnya riset bagi seorang penulis novel. Sebab jika terjadi hal seperti itu akan mengurangi kepercayaan pembaca. Tentu saja menyebabkan novel menjadi tidak berkualitas.

 Bondowoso, 5 April 2023

Penulis

Khatijah

 



Entri yang Diunggulkan

Puisi-Puisiku

  Puisi-Puisiku Oleh: Khatijah   1.        MENDEKAP HARAP Kupatahkan ragu di tiang rapuh Menjaga rasa cita pada setia Di cadas lin...