Disiplin Menjadi Penentu Keberhasilan GLS
Oleh: Khatijah
Semua sekolah diharuskan mengembangkan litersi. Berbagai cara dilakukan agar program gerarakan litersi berjalan lancar, tanpa kendala. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)yang digulirkan sejak tahun 2016 memiliki peran yang sangat penting di dalam pengembangan Gerakan Literasi Nasional. Pembiasaan berliterasi bagi peserta didik sangat besar peranannya dalam perkembangan literasi. Membaca dan menulis harus dibiasakan sejak dini. JIka anak-anak sudah terbiasa membaca dan menulis, pada masa yang akan datang akan menjadi budaya yang sangat baik. Mereka akan menjadikan kegiatan ini sebagai kebutuhan yang harus dilakukan setiap hari.
Kegiatan ini dimulai dari pembiasaan membaca yang dilasanakan sepuluh menit sebelum pembelajaran sampai pada penerapan literasi di dalam pembelajaran dan kegiatan literasi lain yang diprogramkan oleh sekolah. Keberhasilan gerakan literasi pada peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor sikap merupakan salah satu penentu keberhasilan Gerakan Litersi Sekolah.
Sikap disiplin dan tanggung jawab memiliki
porsi tertinggi di dalam menentukan keberhasilan program literasi sekolah. Tidak
hanya peserta didik saja yang ditutut untuk memiliki sikap disiplin dan
tanggung jawab ini. Namun, semua unsur sekolah harus berperanan di dalam membentuk sikap disiplin
berliterasi. Misalnya saja, pada saat pelaksanaan membaca sebelum pelajaran
dimulai, tidak hanya peserta didik yang harus membaca buku, tetapi mulai dari
Kepala Sekolah, guru, TU, bahkan satpam sekolah
harus benar-benar ikut serta berperan dalam kegiatan ini. Kalau tidak
ada kebersamaan dan keteladanan di dalam melaksanakan kegiatan ini, tidak
mungkin kegiatan literasi berjalan seperti yang diharapkan. Jadi, jangan sampai
terjadi peserta didik disuruh membaca sedangkan Kepala Sekolah, guru, Tu, dan
unsur lain bersantai-santai.
Semua unsur sekolah harus mempunyai andil sesuai dengan peran
masing-masing. Kepala Sekolah sebagai manajer, mendelegasikan pelaksanaan kegiatan ini kepada wakasek dan
urusan kurikulum sekolah agar menyusun jadwal kegiatan literasi dan membentuk
tim litersai sekolah. Selain itu, Kepala Sekolah ikut serta melaksanakan program-program
literasi sekolah yang sudah disusun oleh tim literasi. Demikian juga guru dan
staf Tata Usaha juga berperan aktif sesuai dengan tugas masing-masing. Guru
mata pelajaran dan guru bimbingan konseling bertugas ikut serta membaca di
dalam kelas. Sedangkan staf Tata Usaha bertugas mengatur waktu, dan akan lebih
afdol jika ikut melaksanakan kegiatan membaca.
Program
literasi seperti membaca sepuluh menit sebelum pembelajaran dimulai, literasi
dalam pembelajaran, pembiasaan membaca bagi seluruh warga sekolah, pameran
litersi, penyediaan sumber bacaan, lomba literasi, pengadaan pojok litersi dan
lain-lain akan tercapai keberhasilannya jika semua mempunyai sikap disiplin dan
tanggung jawab terhadap tugasnya.
Peserta
didik akan melaksanakan kegiatan literasi yang sudah diprogramkan oleh sekolah
dengan baik jika selalu mendapatkan dukungan dan pengawasan dari Kepala Sekolah
dan guru. Setiap akan melaksanakan jenis program literasi yang sudah disusun
harus ada kerja sama antarkomponen sekolah.
Semua program litersi sekolah akan berhasil dengan baik jika semua komponen
sekolah ikut berperan menyukseskan. Semua ini tergantung dari sikap disiplin
dan tanggung jawab dari semua unsur sekolah.
Selain itu, dukungan dari orang tua sangatlah diperlukan. Kebiasaan berliterasi yang sudah dijalankan di sekolah sebaiknya dilanjutkan di rumah. Waktu-waktu tertentu hendaknya terjadwal sebagai pelaksanaan literasi. Orang tua dapat mengajak putra-putrinya meluangkan membaca meskipun hanya beberapa menit. Pada hari Minggu atau hari libur orang tua juga bisa mengajak anak-anak ke toko-toko buku. Hal ini akan menunjang keberhasilan gerakan literasi.
Tidak ada komentar:
Write Comments