Tampilkan postingan dengan label pembelajaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pembelajaran. Tampilkan semua postingan

Senin, 14 Agustus 2023

Kreativitas Guru dalam Pembelajaran Menulis Cerpen

 

Kreativitas Guru dalam Pembelajaran Menulis Cerpen

Oleh: Khatijah


Kreativitas guru di dalam mengelola pembelajaran juga mempunyai peranan penting. Walaupun guru hanya sebagi fasilitator tetapi guru harus dapat mengelola pembelajaran dengan tepat, termasuk di dalam menentukan metode, alat pembelajaran, dan teknik pembelajaran.

Contohnya keberhasilan pembelajaran menulis cerpen. Salah satu usaha guru untuk mengoptimalkan hasil belajar di dalam pembelajaran menulis cerpen dapat menggunakan kerangka alur sebagai pedoman.  Di dalam teknik ini, kegiatan dimulai dengan guru bersama-sama siswa membaca salah satu cerpen yang disediakan. Kemudian siswa menganalisis unsur-unsur cerpen yang telah dibaca secara berkelopmpok termasuk menganalaisis alur di dalam cerpen yang dijadikan model. Setelah itu, siswa mengingat-ingat peristiwa yang pernah dialami dengan cara menggabarkan tokoh, setting tempat, waktu, dan suasana. Kemudian masing- masing siswa menyusun kerangka alur.  Selama proses pembelajaran guru memfasilitasi siswa untuk menuangkan gagasanya di dalam bentuk cerita. Siswa menuliskan pengalamannya sesuai dengan apa yang diingat. Hasilnya, tulisan siswa diharapkan menggambarkan sebuah cerita atau cerita pendek. Agar tulisan siswa tidak mengarah pada laporan, siswa harus mentukan dulu permasalahan yang dihadapi oleh tokoh cerita. Permasalahan ini nantinya yang akan menuntun konflik-konflik berikutnya.

Kerangka Alur Sebagai Pedoman  Pembelajaran Menulis Cerpen

Kerangaka alur sebuah cerita dapat dijadikan pedoman didalam merangkai peristiwa- peristiawa sehingga menjadi bentuk cerita atau cerpen. Karena kerangka memuat bagian-bagian atau tahap-tahap  peristiwa cerita itu berupa  pengenalan, penampilan masalah, konflik meningkat, klimaks, peleraian, penyelesaian, seperti yang dikemukakan oleh Mafrukhi bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang bagian-bagiannya meliputi pengenalan, penanjakan, klimaks, dan pengakhiran.

Dengan menggunakan alur, siswa akan tertuntun di dalam mengisahkan peristiwa-peristiwa di dalam cerpen yang ditulisnya. Hal ini dilakukan, mengingat secara umum siswa SMP masih pemula di dalam hal menulis cerpen. Untuk itu, perlu dituntun dengan menggunakan kerangka alur di atas. Kerangka tersebut adalah kerangka alur yang berjalan urut.Walaupun sebenarnya di dalam menulis cerita terdapat beberapa alur yang dapat digunakan.Artinya tidak semua cerita selalu dimulai dengan penampilan masalah dan dilanjutka urut seterusnya dan berakhir dengan penyelesaian.Tetapi, dapat juga cerita dimulai dari bagian akhir, dan baru menuju ke bagian-bagian sebelumnya, atau memulai dengan puncak konflik dulu, atau merupakan gabungan.



Pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan kerangka alur ini, disusun berdasarkan tahap-tahap. Tahap pertama siswa membaca cerpen yang disediakan oleh guru. Kemudian tahap kedua, siswa berkelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas empat orang. Secara berkelompok, siswa menganalisis tahap-tahap alur atau bagian-bagian alur. Setelah selesai, tahap ketiga masing-masing kelompok mepresentasikan hasil diskusinya. Pada tahap ini siswa memperoleh pemahaman tentang bagian-bagian alur. Misalnya bagian pengenalan itu adalah bagian cerita yang mengenalkan tokoh cerita, tempat, dan waktu cerita. Dengan demikian akan mempermudah penulisan cerpen nantinya, karena sudah memperoleh pemahaman dari contoh. Setelah siswa memiliki pemahaman tentang bagian-bagian alur yang diperoleh dari contoh cerpen yang didiskusikan, dilanjutkan pada tahap berikutnya. Tahap keempat, siswa menulis kerangka alur yang akan dijadikan sebagai pedoman untuk mengembangkan cerpen yang akan ditulisnya. Dengan penekanan pada penampilan masalah harus lebih jelas. Karena dari pemunculan masalah inilah akan terpicu konflik-konflik. Jika konflik di dalam cerita tersebut sudah memuncak, maka siswa diharapkan memunculkan peristiwa yang akan mengatasi konflik tersebut. Maka selesailah cerpen sederhana tersebut. Selama proses pembelajaran tidak hanya siswa yang aktif, tetapi guru juga harus aktif memotivasi dan memfasilitsi siswa. Bagi siswa yang memiliki kemampuan lebih dari teman-temannya, boleh memulai ceritanya dari bagian alur yang mana saja. Dengan kata lain boleh menggunakan alur yang tidak berjalan runtut seperti yang terdapat pada kerangka alur. Tetapi, khusus pada penelitian ini, penulis hanya menggunakan alur maju yaitu alur yang berjalan runtut seperti pada kerangka alur tersebut. Hal ini penulis lakukan dengan pertimbangan karena siswa masih sebagai penulis pemula yang belum berpengalaman menulis cerita dengan alur yang lain.

Bondowoso, 14 Agustus 2023

 

Minggu, 28 Mei 2023

Teknik Menulis Berantai

 


Teknik Menulis Berantai 

Oleh: Khatijah


 Menulis Berantai merupakan salah satu teknik pembelajaran menulis yang dilakukan secara kelompok dengan melibatkan seluruh anggota kelompok  di dalam kelas. Semua siswa ikut berperan dalam menyusun kalimat-kalimat secara bergiliran. Kata ‘rantai’ tali dari cincin yang berkaitan (KBBI Offline).Yang dimaksud menulis berantai adalah menulis sebupah teks yang berupa paragraph-paragraf yang ditulis  secara berkaitan oleh antaranggota kelompok.Kelompok yang anggotanya terdiri atas 4—5 orang harus berperan semua di dalam menyampaikan ide secara tertulis. Caranya, pada pramenulis peserta didik mengamati atau membaca teks model laporan hasil observasi. Sambil membaca mereka diminta sambil menganalis struktur teks tersebut.Kegiatan ini berguna untuk mengingat kembali struktur teks laporan hasil observasi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Perlu diingat kembali bahwa struktur teks laporan hasil observasi antara lain: judul, definisi umum, deskripsi bagian, dan deskripsi manfaat.

Kegiatan ini termasuk kegiatan mengamati pada pendekatan saintifik.Setelah itu, guru memfasilitasi peserta didik agar mereka menanyakan hal-hal yang tidak mereka ketahui.Hal ini merupakan perwujudan dari tahap ‘menanya’ pada pendekatan saintifik.Langkah berikutnya, guru memfasilitasi peserta didik di dalam kelompoknya untuk mengumpulkan informasi.

Dalam tahap mengumpulkan informasi ini seluruh anggota kelompok mengamati objek yang telah ditentukan oleh guru.Dari Sembilan kelompok, masing-masing mengamati objek yang berbeda. Kelompok 1 mengamati ruang Guru, Kelompok 2 mengamati Ruang TU, Kelompok 3 mengamati Ruang Bimbingan Konseling, Kelompok 4 mengamati Ruang Laboratorium IPA, Kelompok 5 mengamati Mushola, Kelompok 6 mengamati Lapangan Upacara, Kelompok 7 mengamati Lapangan Basket, Kelompok 8 mengamati Ruang Perpustakaan, dan Kelompok 9 mengamati Taman Sekolah.Kegiatan ini merupakan bagian dari pendekatan saintifik ‘mengamati’.Di dalam kegiatan ini semua anggota kelompok harus mencatat data-data yang mereka peroleh selama kegiatan mengamati. Data-data yang mereka peroleh dapat berupa hasil pengamatan langsung dari indra mereka terhadap objek, tetapi dapat berupa hasil wawancara dengan nara sumber.

Setelah mereka mendapatkan data yang dapat digolongkan jawaban dari apakah objek  yang diamati, apa saja bagian-bagian yang mendukung, dan apa manfaat objek yang diamati tersebut, semua kelompok kembali masuk kelas.Setelah sampai di kelas semua kelompok tetap duduk bersama kelompoknya. Selanjutnya mereka mengolah informasi. Data-data yang diperoleh pada saat mengumpulkan informasi diolah menjadi sebuah teks laporan hasil observasi. Sebelumnya setiap kelompok menyusn kerangka teks laporan hasil observasi, yang terdiri atas judul, definisi umum, deskripsi bagian, dan deskripsi manfaat. Setelah itu barulah kegiatan dilanjutkan dengan menyusun teks laporan  hasil observasi berdasarkan kerangka yang sudah disusun. Pada kegiatan mengembangkan kerangka inilah teknik menulis berantai diberlakukan.Setelah menuliskan judul, maka dimulailah menyusun paragraph yang berupa defiisi umum.

Peserta didik pertama menuliskan dua kalimat yang merupakan kalimat awal dari definisi umum, kemudian menuliskan namanya di dalam kurung.Setelah itu dilanjutkan peserta didik kedua melanjutkan  dengan menuliskan dua kalimat berikunya.Demikian juga anggota kelmpok yang ketiga juga melanjutkan dengan menulis dua kalimat. Disusul anggota kelompok keempat atau kelima melanjutkan dengan menulis dua kalimat.Demikianlah sehingga seluruh anggota kelompok menuliskan masing-masing dua kaliamat untuk definisi umum.Setelah itu dilanjutkan dengan paragraph yang berupa deskrisi bagian. Dalam mengembangkan deskripsi bagian caranya sama dengan pelaksanaan pengembangan paragraph sebelumnya.Setiap anggota kelompok menuliskan dua kalimat secara sambung menyambung secara koheren. Orang pertama menuliskan dua kalimat, disambung orang kedua dengan melanjutkan dua kalimat.Orang ketiga melanjutkan lagi dengan menulis dua kalimat.Dan orang keempat juga meneruskan dengan menulis dua kalimat.Selanjutnya mengembangkan deskripsi manfaat. Pelaksanaannya sama dengan pengembangan definisi umum dan deskripsi bagian.Kembali ke orang pertama menjelaskan manfaat dari sesuatu yang dijadikan objek penulisan atau yang didefinisikan dengan menulis dua kalimat. Dilanjutkan orang kedua dengan menuliskan dua kalimat.Orang ketiga menambah dua kalimat.Dan orang keempat juga menuliskan dua kalimat.

Penyusunan teks hasil observasi di atas masih berupa draf yang harus disempurnakan baik dari segi struktur teksnya, penggunaan kalimat, pilihan kata, dan ejaannya.Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran terus berlanjut pada tahap menyampaikan hasil.Pada tahap ini, semua kelompok di minta memajang hasil tulisannya. Setelah itu guru memberikan informasi agar setiap kelompok mengamati hasil kerja kelompok lain dengan cara mencatat kekurangan dan kelebihannya ditinjau dari struktur teks, penggunaan kalimat, pilihan kata, dan ejaan. Agar lebih efektif guru membagi tugas kelompok 1 mengamati hasil kerja kelompok 2, kelompok 2 mengamati hasil kerja kelompok 3, kelompok 3 mengamati hasil kerja kelompok 4, kelompok 4 mengamati hasil kerja kelompok 5, kelompok 5 mengamati hasil kerja kelompok 6, kelompok 6 mengamati hasil kerja kelompok 7, kelompok 7 mengamati hasil kerja kelompok 8, kelompok 8 mengamati hasil kerja kelompok 9, kelompok 9 mengamati hasil kerja kelompok 1.

 Setelah selesai mengamati hasil kerja kelompok lain, masing-masing kelompok menyampaikan kekurangan dan kelebihan hasil kerja kelompok yang diamati dengan memberikan bukti dan contoh-contoh.Dengan bimbingan guru,kelompok yang sudah mendapat komentar dari kelompok lain, mmemperbaiki kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan struktur, penggunan kalimat, pilihan kata, dan ejaan.Kemudian dilanjutkan dengan penulisan ulang atau penyempurnaan sehingga menjadi teks laporan hasil observasi.

Rabu, 22 Maret 2023

Belajar Menulis dengan Teks Hasil Observasi

 

    
                                        Foto: Koleksi Pribadi

Belajar Menulis dengan Teks Hasil Observasi

Oleh: Khatijah

 

Keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh berbagai aspek. Salah satunya adalah proses pembelajaran yang berkualitas . Pembelajaran akan mencapai hasil yang optimal jika si pembelajar bertindak aktif baik secara jasmani maupun  dalam berpikir. Pembelajar tidak hanya menerima penjelasan pihak lain, tetapi harus secara aktif berkreasi sendiri atau belajar besama kelompok untuk mengeksplorasi pengetahuan baru dan menerapkan menjadi sebuah keterampilan.

Demikian juga di dalam belajar menulis. Menulis merupakan  salah satu aspek kebahasaan yang bisa dikuasai oleh semua orang, Haris Sunardi ( 2007: 5) menjelaskan, menulis /mengarang dalam arti berkomunikasi adalah menyampaikan pengetahuan dan informasi tentang subjek; menulis berarti mendukung ide. Keterampilan menulis merupakan keterampilan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau   perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata dengan menggunakan simbol-simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut.Selanjutnya dikatakan juga, bahawa tujuan penulisan adalah 1) menginforamasikan segala Sesuatu, baik fakta, data, dan peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data, dan peristiwa agar khalayak memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal. 2)Membujuk; melalui tulisan seseorang peulis mengharapkan pembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakannya. 3) Mendidik; melalui membaca tulisan, wawasan pengetahuan seseorang akan bertambah, kecerdasan terus terasah, yang pada akhirnya dapat menentukan perilaku seseorang. 4) Menghibur; tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan bias menjadi bacaan pelipur lara atau untuk melepaskan ketegangan.

Yeti ( 2007: 13) mengemukakan menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa yang lain. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran di dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

Menulis merupakan aktivitas yang menuntut penguasaan berbagai macam kompetensi berbahasa. Misalnya, kemampuan menuangkan ide atau gagasan kedalam bentuk kalimat-kalimat, pilihan kata, dan ejaan, serta pengorganisasian ide yang runtut. Oleh karena itu, menulis perlu adanya latihan secara rutin.

Hanya saja sering terjadi kegagalan seseorang di dalam menulis.Hal ini terjadi karena bagi penulis pemula terkadang kehilangan arah, sehingga seolah-olah buntu untuk mengungkapkan ide-ide ke dalam bentuk tulisan. Bobbi De Poters dan Mike Hernacki dalam Quantum Learning menyampaikan bahwa ada kiat-kiat untuk memperlancar penulisan antara lain: Mulailah menulis secepatnya, putarlah musik, carilah waktu yang tepat, berolah ragalah, Bacalah apa saja, mengelopok-kelompokkan pekerjaan, dan gunakan warna-warna. (2008: 199).

Jadi, menulis merupakan sebuah keterampilan yang harus diasah setiap saat. Progres seseorang dalam menulis sangat ditentukan olah  konsintensitas pribadi. Motivasi dalam diri sendiri merupakan modal utama di dalam membentuk jiwa penulis.

Bagi seorang penulis pemula bisa melatih diri dengan menulis teks Hasil Observasi.  Teks Hasil Observasi diperoleh dari kegiatan sebelum menulis. Kegiatan tersebut berupa pengamatan terhadap suatu objek. Misalnya, benda, suasana, tempat seperti pasar, gunung, laut, sawah dan lain-lain. Dalam kegiatan pramenulis ini, bisa dilakukan dengan mencatat fakta-fakta yang akan dijadikan dasar uraian selanjutnya. Sesuatu yang dilihat, diamati, didengar, dirasakan, dicium dicatat  poin-poin pentingnya. Jika semua data terkumpul barulah data-data tersebut diorganisasikan menjadi ide-ide pokok.  Pengorganisasaian ide-ide tersebut bisa dikelompokkan menjadi tiga hal: 1) definisi umum, 2) deskripsi bagian, 3) deskripsi manfaat.

Definisi umum adalah kata,frasa atau kalimat yang menjelaskan makna atau arti dari benda atau sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan pada sebuah teks laporan hasil observasi atau benda atau tempat yang diobservasi/diamati dan kemudian dibuat laporannya.Definisi umum biasanya ditandai  dengan adanya kata “adalah/merupakan”atau bisa juga merupakan jawaban dari pertanyaan “apakah pengertian benda/sesuatu yang diobsevasi”tersebut. Deskripsi  Bagian adalah penjelasan yang merupakan penggambaran dari bagian-bagian benda/sesuatu yang didefinisikan. Deskripsi bagian ini memiliki ciri “merupakan jawab Deskripsi Manfaat adalah penjelasan yang berupa penggambaran manfaat atau kegunaan dari benda/sesuatu yang didefinisikan/diobservasian dari pertanyaan “apa saja dan bagaimana cirinya”.

                                            Foto: Koleksi Pribadi

Demikian cara mudah belajar menulis bagi pemula. Semoga tulisan singkat  ini bermanfaat. Mulailah menulis dengan hal-hal yang mudah. Terus belajar merupakan faktor keberhasilan menjadi seorang penulis.  

 

Sabtu, 25 Juni 2022

Best Practise Guru

  

 



Foto: Koleksi Pribadi

 

Best Practise Guru

DISCOVERY LEARNING SEBAGAI

MODEL PEMBELAJARAN MENELAAH STRUKTUR CERPEN BERORIENTASI HOTS

KELAS 9/ SEMESTER 1SMPN 1 TAPEN

 

 

 

 

 

OLEH

KHATIJAH,S.Pd

 

GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

UNIT KERJA: SMPN 1 TAPEN  BONDOWOSO

 

 

 

 

 

 

PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO

DINAS PENDIDIKAN  DAN KEBUDAYAAN

TAHUN 2019


 

BAB I

 

PENDAHULUAN

 

A.   Latar Belakang

           Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi siswa. Kompetensi guru  sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan mutu pendidikan, karena gurulah yang intens terlibat langsung dengan siswa. Sehingga guru dipandang sebagai ujung tombak kualitas pendidikan. Melalui guru-guru yang profesional diharapkan akan dapat menghasilkan siswa yang mampu bersaing baik ditingkat nasional maupun internasional.Program Program Keprofesian Berkelanjutan (PKB) melalui Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) berbasi zonasi merupakan usaha Kementerian pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat jendral Guru dan tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) untuk meningkatkan pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan. Program ini menekankan pada peningkatan pembelajaran yang beroientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi  atau Hihger Order Thinking Sills (HOTS).

Pembelajaran bahasa Indonesia diarah  kan untuk meningkatkan kemampuan pesertadidik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra manusia Indonesia. Demikian penjelasan standarisi Kurikulum 2006, PelajaranBahasa Indonesia SMP/ MTs dan SMA/ MA.Selain itu, disebutkan juga bahwa, salah satu tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia, adalah agar peserta didik memilliki kemampuan menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Kegiatan apresiasi

Sastra dalam pembelajaran di sekolah dipusatkan pada kegiatan membaca prosa, membaca puisi, mendengarkan pembacaan sastra, serta menonton pementasan drama. Sedangkan menulis prosa maupun menulis puisi, merupakan bentuk dari kegiatan bersastra.Baik kegiatan apresiasi sastra maupun kegiatan bersastra, diharapkan dapat membentuk sikap positif terhadap karya sastra, serta membentuk kepekaan rasa peser tadidik.

          Sedangkan dalam silabus Kurikulum 2013 dijelaskan bahwa pembelajaran sastra berupa teori-teori tentang khasanah sastra Indonesia klasik dan modern serta sastra dunia pada umumnya yang bertujuan untuk mengembangkan mengkaji nilai akhlak/kepribadian, budaya, sosial, dan estetik para peserta didik. Pilihan karya sastra dalam pembelajaran yang berpotensi memuliakan kehidupan peserta didik, memperluas pengalaman batin, dan mengembangkan kompetensi imajinatif. Peserta didik belajar mengapresiasi karya sastra dan menciptakan karya sastra di samping memperkaya pemahaman mereka akan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, lingkungan sekitar, dan sekaligus memperkaya kompetensi berbahasanya. Peserta didik menafsirkan, mengapresiasi, mengevaluasi, dan menciptakan teks sastra seperti dongeng, cerpen, novel, hikayat, puisi, drama, film, dan teks multimedia (lisan, cetak, digital/online).Karya sastra yang dimaksud di samping memiliki nilai-nilai keindahan, juga memperkuat nilai-nilai ilahiah para peserta didik dan memperkaya wawasan kebudayaan mereka, baik yang bersifat kedaerahan, nasional, dan dunia internasional.Karya  sastra yang memiliki potensi kekerasan, pornografi, dan memicu konflik SARA haruslah dihindari. Karya sastra unggulan—namun belum sesuai dengan pembelajaran di sekolah--, upaya memodifikasi untuk kepentingan pembelajaran dapat dilakukan tanpa melanggar hak cipta.

          Kesulitan peserta didik SMPN 1 Tapen kelas 9C  dalam pembelajaran menelaah struktur teks cerita pendek yang dilakukan dengan  cara membaca teks cerita saja terjadi  karena bersifat verbal. Hal ini meneyebabkan perolehan nilai menelaah struktur teks cerita pendek di kelas 9C tahun pelajaran 2019/2020 hanya 12 orang (40 %) saja yang  nilainya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 72. Sedangkan sejumlah 17 orang (60 %) belum tuntas. Hal ini dikhawatirkan berdampak pada perolehan nilai Ujian Nasional. Dengan fakta ini penulis mencoba teknik lain untuk mengatasi masalah pemebelajaran menelaah struktur teks cerita pendek. Teknik  yang digunakan yaitu dengan cara menggunakan model pembelajaran discovery learning. Dengan model pembelajaran ini  peserta didik diharapkan  lebih mudah menelaah struktur  teks cerita pendek yang dibacanya. Hal ini dilkukan dengan harapan peserta didik mengalami peningkatan kemampuan menelaah struktur teks cerpen, dan terimplikasi pada peningkatan perolehan nilai Ujian Nasional.

 

B. Jenis Kegiatan

          Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, kegiatan yang akan dibahas sebagai berikut: 

1. Menelaah struktur teks cerpen.

2. Penerapan model pembelajaran discory learning.

 

C. Manfaat

            Best Practice  ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Guru, yakni untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menelaah struktur  teks cerita pendek.

2. Siswa, yakni untuk mempermudah menelaah struktur teks cerita pendek.

3. Sekolah, yakni sebagi upaya peningkatan perolehan nilai Ujian Nasional.

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

A.           Tujuan dan Sasaran

Tujuan

Best Practice  ini bertujuan untuk mendeskripsikan :

1. Penggunaan teknik discory learning dalam menelaah struktur teks cerita pendek..

Bsebagai solusi terbaik dalam mengatasi permasalahan pembelajaran menelaah struktur teks cerpen

Sasaran

Sasaran kegiatan pembelajaran terbaik ini adalah siswa kelas 9C SMPN 1 Tapen Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur.

B.Bahan /Materi Kegiatan

Bahan yang digunakan dalam best practice ini adalah materi pembelajaran

Kelas 9 semester 1 yaitu menelaah struktur teks cerpen

Kompetensi Dasar 3.6 Menelaah struktur dan aspek kebahasaan cerita pendek yang dibaca atau didengar.

C.Cara Melaksanakan Kegiatan

Kegiatan pembelajaran menelaah struktur teks cerpen dilaksanakan dengan pendekatan saintifik dan model Pembelajaran Discovery Learning. Model Pembelajaran discoveri learning memiliki sintak yang berkesusaian dengan 5 M pada pendekatan saintifik.

 Sintak Model Pembelajaran Disscovery Learning : (Marjuki: 2019)

No.

Discovery learning

                                                    

Proses Saintifik

 

 

Sintak

 

Mengamati

 

 

(M 1)

 

Menanya

 

 

(M 2)

 

Mencari

Informasi

 

 

 

(M 3)

 

Mengolah

Informasi

 

 

 

(M4)

 

Mengo

munikasikan

 

 

 

(M5)

1.

Stimulus

 

v

v

 

 

 

2.

Problems statement

v

v

 

 

 

3.

Data Callection

 

 

v

 

 

4.

Data Processing

 

 

 

v

 

5.

Verification

 

 

 

 

v

v

6.

Generalization

 

 

 

 

v

v

1.    Stimulus (Pemberian Rangsangan)

Pembelajaran menelaah struktur teks cerita pendek dapat dilakukan dengan model pembelajaran discovery learning. Penerapan model pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan proses berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) bagi  peserta didik . Penerapan model pembelajaran ini mengacu pada pendekatan saintifik dengan 5 M. Kesesuaian sintaks model pembelajaran discovery learning dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut. Sintak yang pertama model pembelajaran discovery learning  adalah stimulus atau pemberian rangsangan, berkesesuaian dengan mengamati pada pendekatan saintifik. Sintaks yang kedua problems statement atau perumusan masalah, berkesesuaian dengan M yang kedua pada pendekatan saintifik yaitu menanya. Sintak yang ketiga data collection atau pengumpulan data berkesesuaian dengan M yang ketiga pada pendekatan saintifik yaitu mencari informasi, sedangkan sintaks yang keempat data prossesing atau pengolahan data berkesesuaian dengan M yang keempat pada pendekatan saintifik yaitu mengolah informasi.Sintak yang kelima Verivications atau pembuktian dan sintak yang keenam generalization atau penarikan kesimpulan adalah perwujudan dari M yang kelima pada pendekatan saintifik, yaitu mengomunikasikan hasil.

Aspek HOTS sebagai transfer knowladge, sebagai critical thinking dan creative thinking, serta sebagai problem solving dapat tergambar di sini.Langkah-langkah Pembelajaran menelaah strukttur cerpen dengan model pembelajaran discovery learning melalui langkah-langkah sebagai berikut.Sebelumnya melalui tahap Pendahuluan. Tahap ini ada tiga hal pokok yang harus dilaksanakan, yaitu dimulai dari penanaman penguatan pendidikan karakter yaitu pemberian salam dan berdoa yang merupakan pembiasaan pendidikan karakter religius. Dilanjutkan dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya sebagai penanaman karakter nasionalisme. Yang kedua, kegiatan apersepsi, yaitu mengaitkan pembelajaran saat ini dengan pembelajaran yang telah lalu.Yang ketiga motivasi, yaitu dilakukan dengan cara menyampaikan manfaat pembelajaran menelaah struktur cerpen dalam kehidupan nyata.

Setelah melalui tahap pendahuluan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti pembel;ajaran. Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan melalui sintaks model pembelajaran discovery learning. Sintak yang pertama  dimulai dengan Stimulus atau pemberian rangsangan kepada peserta didik. Agar peserta didik lebih tertarik terhadap cerpen, guru memberikan stimulus dengan tayangan video pembacaan cerpen. Hal ini juga dilakukan  untuk mengantisipasi menuju kegiatan menelaah struktur harus dimulai dengan membaca cerita pendek secara mandiri.

Langkah berikutnya atau sintaks yang kedua yaitu problems statement atau merumuskan masalah.. Sebelum melakukan kegiatan perumusan masalah, peserta didik duduk berkumpul dengan kelompoknya. Di dalam kelompok ini peserta didik diminta mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan tentang struktur atau yang berkaitan dengan struktur teks cerpen.Peran guru adalah membimbing kelompok agar pertanyaan-pertanyaan sebagai masalah yang akan dipecahkan terfokus pada struktur teks cerpen.Pada tahap ini peserta didik secara kolaboratif mulai berpikir kritis.

Selanjutnya menuju sintaks yang ketiga yaitu data collections. Pada langkah ini peserta didik mencari informasi  atau mengumpulkan data. Data-data yang dikumpulkan adalah data-data yang berhubungan dengan masalah yang sudah dirumuskan sebelumnya yaitu struktur teks cerpen. Struktur teks cerpen meliputi orientasi, rangkaian peristiwa,komplikasi, dan resolusi. Pada tahap ini juga peserta didik mencari definisi atau pengertian, jenis, dan contoh-contoh keempat bagian struktur teks cerpen tersebut melalui berbagai sumber. Peserta didik dapat dengan mengadakan kegiatan literasi baca tulis, dengan membaca buku-buku referensi, dapat juga dengan litersi digital browshing di intenet. Setelah data diperoleh, peserta didik di dalam kelompoknya mengolah data tersebut (Data Prossesing).Pada Sintaks ketiga ini peserta didik masih berada di dalam kelompoknya. Secara kolaboratif peserta didik mengolah data yang sudah diperoleh. Data-data yang merupakan jawaban-jawabaan dari pertanyaan-pertanyaan yang diperoleh  sebelumnya, dikumpulkan, dikelompokkan,dianalisis, kemudian disusun secara sistematis.Penanaman sikap gotong royong dan nasionalisme dikembangkan pada kegiatan mengolah data ini. Saling menerima pendapat teman satu kelompok merupakan cerminan penguatan sikap demokratis.Sedangkan sikap gotong royong juga tercipta pada saat peserta didik mengolah data  ini secara colaborative.Proses cognitif C4,C5, dan C6 juga dapat tergambar pada saat peserta didik mengolah data ini. Mulai dari kegiatan menganalis data-data yang diperoleh (C4),proses cognitif mengevaluasi (C5) tergambar ketika menentukan dan memilih data-data yang tepat untuk dijadikan jawaban atas masalah yang diselesaikan (dimensi pengetahuan:prosedural).Seangkan proses cognitif mengkreasi (C6), terbukti dengan kegiatan peserta didik menghasikan jawaban-jawaban yang tepat  sebagai pemecahan masalah akhir.Hal ini merupakan salah satu bentuk aspek keterampilan berpikir tingkat tnggi (HOTS)  sebagai transfer knowladge.

Langkah berikutnya adalah verifications (pembuktian). Pada pelaksanaan sintaks ini, peserta didik memeriksa jawaban-jawaban tentang struktur teks cerpen secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya jawaban-jawaban  sebagai hipothisis yang sudah ditetapkan sebelumnya yang dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

Berdasarkan hasil verivikasi (verivications) kemudian ditarik simpulan  generalization)bahwa cerpen yang sudah ditelaah memiliki struktur yang sesuai dengan struktur cerpen yaitu orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, dan resolusi.

Aspek berpikir tingkat tinggi (HOTS) problem solving  dalam pembelajaran ini, terlaksana mulai dari kegiatan menentukan masalah dan mengeksplorasi masalah tergambar pada saat (perumusan masalah /problem statement), merencanakan solusi dilaksanakan ketika peserta didik mengumpulkan data (data collections).Melaksanakan rencana teroaksanan ketika peserta didik mengolah informasi (data prossesing).Ketika peserta didik mengadakan verificasi terhadap jawaban-jawaban yang sudah disusun dengan cara memnatapkan jawaban dengan berbagai sumber yang mendukung, di sini aspek problem solving memeriksa solusi, dan mengevaluasi jawaban-jawaban.

Selain aspek berpikir tingkat tinggi (HOTS) problem solving, dalam pembelajaran menelaah struktur cerpen dengan menggunakan model pembelajaran descovery learning juga sudah memuat aspek critcal dan creative thinking. Aspek ini  berperanpenting dalam mempersiapkan peserta didik agar menjadi pemecah masalah yang baik dan mampu membuat keputusan maupun kesimpulan yang matang dan mampu dipertanggungjawabkan secara akademis.Pada elemen berpikir kritis dan kreatif antara lain Focus,Reason, Inference, Stuation,clarity, dan overviw ( Yoki Ariyana dkk: 14). Kegiatan pembelajaran  diantaranya adalah fokus, hal ini terjadi ketika peserta didik mengidentisi masalah dengan baik. Reason,memberikan alasan-alasan logis , alasan-alasan hingga sampai pada simpulan (Inference), Stuation yaitu membandingkan dengan waktu yang sudah ditentukan,  Dalam hal ini tergambar pepmbelajaranterdapat kejelasan istilah (clarity), dan overviuw yaitu pengecekan terhadap sesuatu yang ditemukan, diputuskan, dipelajari dan disimpilkan.Aspek ini sudah dicakup dalam setiap langkah pembelajaran ini.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan Penutup. Pada kegiatan penutup ini peserta didik dan guru merefleksi pembelajaran yang baru saja brlangsung, dilanjutkan penguatan oleh guru, dan pemberian tugas. 

D.Alat (Media) dan Instrumen

Media yang digunakan dlam pembelajaran menelaah struktur cerpen dengan

model pembelajaran discavery learning adalah:

Media

1.Teks cerpen model yang Berjudul ‘Hadiah Terakhir Untuk Ibu’ karya : Novita

Three Putri Hastoni.

2. Video Pembacaan Cerpen ‘Hadiah Terakhir Untuk Ibu’ karya : Novita

Three Putri Hastoni.

3.Kertas bufalo

Instrumen

1.Lembar Observasi Pembelajaran

2.lembar Kerja Peserta Didik(LKPD) untuk Tes Tulis

E. Waktu dan TempatKegiatan

Praktik pembelajaran terbaik (best practice) ini dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2019 di kelas 9C SMPN 1 Tapen Bondowoso.


BAB III

HASIL KEGIATAN

 

A.Hasil yang Diperoleh

1.Model pembelajaran discory learning merupakan model pembelajaran yang sangat inovatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini dikarenakan langkah-langkah dalam model pembelajaran ini mengakomodasi seluruh proses kegiatan peserta didik menjadi aktif, kreatif, dan produktif.Hal ini dikarenakan langkah-langkah dalam model pembelajaran ini melibatkani peserta didik secara kolaboratif, aktif, kreatif, kritis,dan komunikatif. 

2.Melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Selanjutnya peserta didik terampil memecahkan permasalahan tidak hanya di dalam pembelajaran saja, tetapi peserta didik dapat memecahkan masalah  yang dihadapi dalam hidupnya.

3. Nilai  akademik peserta didik mengalami kenaikan yang signifikan dalam pembelajaran memahami strtuktur teks cerpen.Hal ini menjadi modal awal dalam meningkatkan perolehan nilai Ujian Nasional (UN)

4. Terimplementasinya penguatan pendidikan karakter pada peserta didik, mulai dari religius, nasionalisme, mandiri, gotong royong, dan integritas.Hal ini sangat bersinergi dengan kecapan abad 21.

5. Penerapan literasi pada peserrta didik, seperti literasi baca tulis, literasi numerasi, dan literasi digital dapat dilaksanakan oleh peserta didik.

6. Meningkatnya minat belajar peserta didik yang dapat dilihat dari keaktifan, keikutsertaan, dan antusiasme dalam mengikuti pembelajaran. Dengan sikap ini peserta didik akan terbiasa menghadapi hidupnya dengan penuh tangguh dan semangat di kelak kemudian hari.

7. Meningkatnya sikap percaya diri peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Sikap ini jika dipupuk terus-menerus akan menjadi budaya dalam diri peserta didik dalam hidup di masyarakat.

B.Masalah yang Dihadapi

·         Keterbatasan media pembelajaran di sekolah khususnya LCD  dan speker aktif yang tidak terdapat disetiap kelas sebagai alat penayangan video pembelajaran pembacaan cerpen.

·         Terdapat beberapa peserta didik  yang belum terbiasa untuk menyampaikan pertanyaan.

·         Pada kegiatan presentasi terdapat  peserta didik yang tidak mau mengungkapkan tanggapan terhadap kelompok yang maju.

C.Cara Mengatasi Masalah

· Masalah pertama dapat diatasi dengan moving kelas,pembelajaran dilaksanakan secara bergantian  dengan guru lain di kelas yang terdapat LCD dan speker aktifnya.

·  Masalah kedua dapat diatasi dengan cara melatih dan membiasakan peserta didik yang belum memiliki keberanian bertanya, dengan cara menumbuhkan sikap percaya diri.

·  Masalah ketiga dapat diatasi dengan cara melatih dan menumbuhkan sikap percaya diri untuk menanggapi pendapat  teman.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A.  Simpulan

Berdasarkan data, di atas dapatdisimpulkanhal-halberikut:

1. .Model pembelajaran discory learning merupakan model pembelajaran yang sangat inovatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

2.Melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS)..

3. Nilai  akademik peserta didik mengalami kenaikan yang signifikan dalam pembelajaran memahami strtuktur teks cerpen.Hal ini menjadi modal awal dalam meningkatkan perolehan nilai Ujian Nasional (UN)

4. Terimplementasinya penguatan pendidikan karakter pada peserta didik, mulai dari religius, nasionalisme, mandiri, gotong royong, dan integritas.Hal ini sangat bersinergi dengan kecapan abad 21.

5. Penerapan literasi pada peserrta didik, seperti literasi baca tulis, literasi numerasi, dan literasi digital dapat dilaksanakan oleh peserta didik.

6. Meningkatnya minat belajar peserta didik yang dapat dilihat dari keaktifan, keikutsertaan, dan antusiasme dalam mengikuti pembelajaran. Dengan sikap ini peserta didik akan terbiasa menghadapi hidupnya dengan penuh tangguh dan semangat di kelak kemudian hari.

7. Meningkatnya sikap percaya diri peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Sikap ini jika dipupuk terus-menerus akan menjadi budaya dalam diri peserta didik dalam hidup di masyarakat

B.Saran/Rekomendasi

Berdasarkan proses, pelaksanaan, dan hasil yang dicapaimaka disarankan kepada:

1.    guru, agar membiasakan menggunakan model pembelajaran discovery learning  dalam menelaah struktur  teks cerpen.

2. guru, agar selalu berinovasi dalam memecahkan masalah pembelajaran.

3.  Kepala sekolah, agar memberikan dukungan terhadap inovasi guru di dalam menecahkan masalah pembelajaran.


DAFTAR RUJUKAN

 

Ariyana,Yoki, dkk.2019. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta : Direktorat jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Marjuki. 2019. Strategi Memilih Model Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik: Seminar Online.

Permen Nomor 22 Tahun 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

 Mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs - SMA/MA.Jakarta : Depdiknas.

Sakdiyah, Mislinatul.2007. MateriDiklat Pembelajaran Apresiasi Sastra.

Surabaya: LPMP Jatim.

.

 

 

 

 

 

 

 

 



Entri yang Diunggulkan

Puisi-Puisiku

  Puisi-Puisiku Oleh: Khatijah   1.        MENDEKAP HARAP Kupatahkan ragu di tiang rapuh Menjaga rasa cita pada setia Di cadas lin...