Tampilkan postingan dengan label esai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label esai. Tampilkan semua postingan

Senin, 27 Juni 2022

GEMAR MEMBACA AWALI SUKSES ANDA

 


GEMAR MEMBACA AWALI SUKSES ANDA

Oleh: Khatijah

 

Pembelajaran memerankan tokoh fabel merupakan pembelajaran yang sangat menarik bagiku, bagaimana tidak? Siswa-siswa kelas tujuh A yang saya ajar saat itu,terlihat antusias sekali dalam mengikuti pelajaran. Setelah anak-anak membaca senyap, saya percaya bahwa mereka sudah benar-benar paham tentang isi fabel. Demikian juga terhadap apa yang sudah mereka baca.Saya berkesimpulan bahwa  mereka membaca dengan baik. Saya pun berkeliling dari meja satu ke meja yang lain, dengan maksud mengecek semua siswa apakah sudah membaca atau hanya pura-pura membaca. Saya berhenti di sebuah meja yang diduduki oleh seorang anak laki-laki. Ia terlihat bingung. Sesekali ia membuka-buka bukunya.

“Sudah selesai membacanya?” tanyaku kepada anak itu.

Ia tidak menjawab. Saya pun bertanya tentang isi yang terdapat di dalam paragraf pertama. Lagi-lagi ia tidak menjawab. Bahkan ia kelihatan bertambah bingung dengan pertanyaan saya. Saya tahu bahwa ia tidak membaca. Bukan karena tidak bisa membaca, tetapi ia memang malas membaca.

            Saya pun segera membagi kelompok dengan anggota kelompok masing-masing empat orang, sesuai dengan jumlah tokoh dalam fabel yang akan diperankan. Kegiatan kelompok pun dimulai yaitu menganalisis watak tokoh dalam fabel. Semua anggota kelompok sudah menempati tempat masing-masing. Terlihat beberapa kelompok benar-benar melaksanakan tugas menganalisis watak tokoh fabel dengan antusias. Mereka tampak beberapa kali mengulang membaca teks fabel tersebut dengan serius untuk memahami watak tokoh dalam fabel itu. Beberapa menit kemudian mereka sudah memahami watak tokoh yang akan mereka perankan. Bahkan mereka sudah membagi tugas peran kepada setiap anggotanya.Tidak demikian dengan dua kelompok lain yang sejak awal ogah-ogahan membaca. Mereka tak satu pun yang  menguasai peran yang sudah mereka sepakati. Mereka masih tampak kebingungan untuk memerankan tokoh masing-masing.

            Akhirnya, dua kelompok tersebut saya anjurkan untuk membaca ulang teks cerita fabel secara keseluruhan. Kemudian setelah itu mereka saya pandu untuk menganalisis masing-masing perwatakan tokoh sesuai dengan peran masing-masing. Setelah itu mereka mencoba membuat dialog sesuai dengan peran masing-masing. Secara berulang mereka terus berlatih. Pada akhirnya mereka juga bisa memerankan tokoh fabel  seperti kelompok-kelompok lain.

Nah, dari peristiwa ini saya dapat menyimpuilkan bahwa membaca itu sebuah keharusan yang dilakukan semua orang jika ingin sukses mencapai sebuah prestasi. Karena dengan membaca semua orang bisa tahu tentang semua hal. Terlebih lagi jika membaca sudah menjadi sebuah budaya, pasti akan dilaksanakan dengan tanpa paksaan, tetapi membaca akan dilakukan dengan senang hati. Apa pun yang dilakukan dengan senang hati, pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik.

            Saya dapat mengambil makna atas semua peristiwa di kelas tujuh A yang saya ajar di atas. Anak-anak yang berada di kelompok yang tidak mau membaca, setelah diberi motivasi dan perhatian khusus, ternyata mereka bisa melaksanakan tugas dengan baik. Mereka dapat melaksanakan tugasnya setelah  membaca dengan sungguh-sungguh dan berulang-ulang. Namun, itu tidak cukup dilakukan sekali dua kali. Kita sebagai guru atau orang tua dari anak-anak kita harus tidak bosan-bosannya selalu memotivasi agar anak-anak mau membaca. Saya juga menyadari bahwa anak-anak itu harus selalu dimotivasi dan diawasi agar mereka mau membaca. Kita biasakan budaya membaca itu sejak anak-anak. Sebagai orang tua juga harus memberikan contoh kepada anak-anak dalam hal membaca. Faktanya membaca sangat bermanfaat. Tetapi sekarang ini anak-anak lebih sering bermain gatged daripada membaca buku. Semua mata pelajaran di sekolah dapat dipahami jika siswa membaca materi-materi itu dengan terampil dan baik. Demikian juga kejadian-kejadian di belahan dunia bisa kita ketahui melalui membaca. Kita dapat membuat sesuatu dengan bantuan membaca. Kita dapat menguasai semua ilmu dengan membaca. Membaca juga bisa mendapatkan banyak inspirasi. Misalnya inspirasi untuk selalu ingin berprestasi, ingin bersekolah di jenjang yang lebih tinggi, ingin sukses sesukses tokoh-tokoh sukses dunia.  Oleh karena itu, membaca harus selalu dilakukan dan digalakkan sehingga menjadi sebuah hoby atau kegemaran. Jika membaca sudah menjadi sebuah hobi atau kegemaran, kita akan merasa berkeinginan terus untuk membaca di mana pun kita berada. Pada akhirnya akan mudah mendapatkan kesuksesan.

            Kemampuan membaca di negara kita sangat rendah. Hal ini terbukti dengan hasil survai yang menyatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-60 tingkat kemampuan membaca dari 61 negara. Oleh karena itu, pemerintah mencanangkan program Gerakan literasi sekolah.

 Sejak tahun 2016 telah digulirkan program literasi dengan pembiasaan membaca yang dilakukan sepuluh menit sebelum pelajaran dimulai. Kemudian dilanjutkan tahap kedua yaitu tahap pengembangan, yang bisa dilaksnakan dalam kegiatan ekstrakurikuler, maupun jam kunjung perpustakaan. Pada saat ini program literasi sekolah sudah masuk di jenjang ketiga, yaitu literasi dalam pembelajaran. Pelaksanaan literasi pada tahap ini lebih mengharuskan siswa untuk lebih intensif membaca. Karena dalam program literasi ini setiap mata pelajaran melaksanakan kegiatan membaca dan diakhiri dengan menulis. Misalnya seperti merangkum,membaca buku lain yang sesuai dengan topik pembelajaran,kemudian siswa membuat kesimpulan.Tujuan penggunaan literasi dalam pembelajaran adalah untuk membangun pemahaman siswa, keterampilan menulis, dan keterampilan komunikasi secara menyeluruh serta dapat berpikir kritis dalam pemecahan masalah.

            Program ini begitu erat dengan peningkatan minat membaca siswa. Jika upaya pemerintah ini, benar-benar terlaksana dengan baik, maka minat  membaca siswa akan meningkat. Karena dengan program ini mau tidak mau siswa diharuskan membaca. Misalnya untuk dapat merangkum sebuah buku tidak akan bisa terlaksana tanpa membacanya  terlebih dahulu

            Kemampuan membaca  akan terwujud jika ada minat baca pada diri seseorang. Untuk menimbulkan minat baca pada diri seseorang dapat dimulai dengan menciptakan aktivitas membaca menjadi sebuah hobi atau kegemaran. Sebuah hobi atau kegemaran pasti akan dilakukan dengan senang hati. Kegemaran atau hobi tidak akan tumbuh dengan sendirinya tanpa dibangun terus-menerus dengan ketekunan dan pembiasaan. Motivasi mempunyai peranan penting untuk menumbuhkan hobi membaca, terutama motivasi dari dalam dirinya sendiri. Motivasi dari  tinggi dari orang lain juga sanagt  diperlukan yaitu motivasi dari orang-orang di sekitarnya, baiki dari guru ,orang tua, atau keluarga.

            Ada beberapa hal yang dapat dilaksanakan sebagai alternatif untuk menumbuhkan minat membaca agar menjadi sebuah hobi. Pertama kita harus menanamkan minat membaca ini sejak dini. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua  dengan cara membacakan dongeng kepada anak-anak seperti yang dilakukan orang tua zaman dulu kepada anak-anaknya. Orang tua harus berusaha membaca dogeng dengan menarik sehingga anak-anak akan tertarik untuk mendengarkan. Selain itu, dongeng harus dibacakan secara terus menerus agar anak-anak senang. Tentu saja sebagai orang tua harus pandai memilih bacaan dongeng yang mendidik. Dengan cara ini anak-anak akan menyukai dongeng. Selanjutnya mereka akan selalu merasa berkeinginan untuk mendengarkan dongeng. Kedua,jika anak-anak sudah menyukai dongeng,mereka akan berusaha mendapatkan dongeng yang tidak sempat dibacakan oleh orang tuanya.Seiring dengan perkembangan anak-anak bisa membaca,mereka akan mencari dongeng yang bisa dibacanya. Pada saat seperti ini orang tua harus mau menyediakan buku-buku dongeng atau buku apa saja yang sesuai dengan umur anak-anak.Ini merupakan awal dari pembentukan kegemaran membaca bagi anak-anak.Ketiga, orang tua atau guru sering-sering mengajak anak-anak untuk mengunjungi perpustakaan. Mereka diajak membaca dengan memilih sendiri bacaan yang ada di tempat itu. Penanaman membaca sejak anak-anak akan lebih efektif dibandingkan penanaman kegemaran membaca ini dilaksanakan pada usia remaja atau masa dewasa.Jika pada masa anak-anak sudah tertanam kegemaran membaca, maka pada masa remaja dan selanjutnya pada masa dewasa kegemaran membaca itu akan berlanjut dengan sendiirinya. Para remaja dan orang dewasa yang memiliki kegemaran membaca akan mudah mendapatkan kesuksesan di bidanga apa saja, pada kehidupan mereka.

           

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sabtu, 25 Juni 2022

MENGELOLA SEMANGAT MENULIS

 

MENGELOLA SEMANGAT MENULIS

Oleh : Khatijah


 

            Menulis merupakan aktivitas yang mengharuskan seseorang bisa bersikap sabar, ulet, dan telaten. Prinsip ini harus dipegang teguh oleh seorang penulis. Tanpa prinsip ini kemungkinan semangat kita mudah down. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata sabar  yang pertama adalah  tahan terhadap cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah. Sedangkan arti kedua, sabar adalah tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu.

Kata ulet memiliki arti liat; kuat (tidak mudah putus, tidak getas); tidak mudah putus asa yang disertai kemauan keras dalam berusaha mencapai tujuan dan cita-cita. Arti kata telaten, masih menurut KBBI adalah sabar dan teliti (dalam mengerjakan sesuatu); cermat.

            Jika kita mengkaji ketiga kata tersebut artinya saling berkaitan satu sama lain. Jadi, intinya menjadi seorang penulis harus memiliki semangat tinggi, memiliki kemauan keras, tidak mudah putus asa, dan teliti dalam menuangkan setiap gagasan di dalam tulisannya. Prinsip ini akan membuat seorang penulis tidak goyah jika mendapatkan sebuah cobaan. Misalnya menghadapi banyaknya kritik terhadap tulisan kita. Penulis dilarang alergi terhadap kritik. Kritik selalu kita jadikan pembangun semangat untuk menulis lebih baik lagi. Kritik juga menjadi support bahwa kita pasti bisa menjadi penulis hebat.

            Penulis selalu teringat bahwa di balik aktivitas menulis ini ada tujuan yang tidak boleh ditinggalkan. Pertama menulis merupakan aktivitas yang berhubungan dengan hobi. Karena sudah menjadi kesenangan hati, maka dengan menulis sama dengan menciptakan suasana hati menjadi senang. Hal itu bisa kita rasakan setelah kita menyelesaikan tulisan kita. Disitulah terjadi katarsis dalam diri kita. Ada perasaan lega, senang, dan bahagia.

            Selain menulis dapat membahagiakan hati diri sendiri, menulis menjadi aktivitas yang dapat mencerdaskan otak. Proses cerdas itu dapat kita peroleh saat kita memaksakan diri untuk menuliskan ide-ide, memilih kata, menyusun kalimat, bahkan sampai pada teknik penulisan. Semua itu tidak serta merta kita dapatkan. Namun, proses belajar yang luar biasa sangat  kita perlukan. Misalnya saja, kita akan menuliskan sebuah ide. Kita dituntut untuk  memilih, memecah menjadi sub-sub ide, dan mengurutkan agar sub-sub ide yang kita kembangkan menjadi sistematis. Bukankah ini merupakan proses berpikir yang perlu kita asah? Demikian juga dalam memilih kata dan menyusun kalimat. Kita pasti selalu mempertimbangkan pemilihan kata sesuai dengan jenis tulisan kita. Apakah jenis tulisan yang memerlukan kata-kata denotatif, atau tulisan yang memerlukan bahasa yang bermakna konotatif, kias, dan simbolis? Kita perlu membuka kamus, misalnya Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sebelum kita memilih kata yang cocok digunakan di dalam tulisan kita. Selain itu, kita juga mempertimbangkan susunan kalimat yang akan kita tulis. Kita harus selalu belajar Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) agar penulisan kita benar. Nah, di sinilah kita akan membentuk diri menjadi pribadi yang literat. Semakin literat, semakin cerdas.

            Dalam setiap tulisan pasti terkandung nilai-nilai yang akan kita tanamkan atau akan kita informasikan kepada pembaca. Itulah tujuan utama kita menulis. Bahagia rasanya bisa menuliskan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain. Entah itu berupa informasi langsung ataupun berupa pesan moral yang tersirat dalam setiap karya fiksi dan puisi. Jika kita mengingat hal-hal di atas, tidak mungkin ada kata putus asa bagi seorang penulis.

Mulailah menulis tentang apa saja. Jadikan kebiasaan yang tidak memberatkan. Semoga bermanfaat.

 

 

Senin, 13 Juni 2022

Menuis Cerita Fiksi Bikin Nagih @2


 

Menuis Cerita Fiksi Bikin Nagih

@2

Oleh : Kahtijah, S.Pd

Seperti sudah saya tuliskan pada tulisan sebelumnya, bahwa di dalam tulisan fiksi kita menghadirkan tokoh-tokoh. Ada tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak berperan di dalam cerita. Tokoh utama didefinisikan sebagai orang yang punya pengaruh paling besar dibanding tokoh lainnya. Dia berpotensi mengubah alur, membuat konflik, bahkan menyelesaikan permasalahan yang diceritakan (Nurgiantoro). Seperti layaknya manusia, tokoh-tokoh dalam cerita juga memiliki ciri, kebiasaan, dan sifat-sifat yang membedakan antara tokoh yang satu dengan tokoh lain. Dalam cerita pendek atau novel, penulis lebih leluasa menggambarkan karakter tokoh atau penokohan. Penokohan meliputi penokohan lahir dan penokohan batin.

Penokohan lahir adalah penggambaran ciri fisik tokoh. Misalnya menggambarkan bagaimana warna kulitnya, rambutnya, hidungnya, cara berjalannya dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca pada contoh di bawah ini.

Mirna Arsita, nama lengkap gadis itu. Teman-teman di kampus hampir semua mengenalnya. Sosok berkulit kuning langsat itu selalu menyapa lebih dulu kepada orang yang ditemuinya. Oleh karenanya, siapa pun yang bertemu dengannya pasti cepat akrab. Dalam suasana bagaimana pun, ia tidak lepas dari make up tipis yang menambah penampilan wajahnya tampak segar. Lesung pipit di wajahnya menjadi ciri khas bagi dirinya yang selalu tampak tersenyum. Karena orang tuanya tergolong berada, penampilannya pun selalu trendi. (Khatijah: Sejingga Rembulan)

Sedangkan penokohan batin merupakan penggambaran sifat, watak, kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh tokoh. Misalnya pemberani, pemaaf, pendendam, penakut dll. Berikut contoh penggambaran sifat tokoh Farel yang penyabar.

Keikhlasan Farel menerima sikapnya sangat diapresiasi oleh Dian. Betapa anak muda itu memiliki kebesaran hati yang luar biasa. Sejak nomor HP-nya diblokir, tidak disapa, hingga sekarang terkesan dicuekin, diterimanya tanpa sikap yang menunjukkan marah atau tidak senang. Sikapnya yang tidak menunjukkan tidak mengejar jawaban, sangat dipujinya. Demikian juga sikap tidak memaksakan perasaan orang lain seperti apa yang dikehendaki, membuat Dian semakin menghargai anak muda itu.( Khatijah : Selendang Merah Jambu)

Penulis dapat menyampaikan analisis sifat atau karakter tokoh itu dengan berbagai teknik. Bisa dengan cara menjelaskan secara langsung seperti pada contoh di atas. Bisa juga melalui dialog antartokoh, melalui penjelasan tokoh lain, atau melalui ucapan dan tingkah laku tokoh. 

Selain tokoh dan penokohan, latar atau setting menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya dengan unsur pembangun cerita yang lain. Penggambaran setting yang kuat akan membantu pembaca memaknai isi cerita. Setting merupakan bagian cerita yang menggambarkan waktu, tempat, dan suasana sebuah peristiwa terjadi.

Bondowoso, 9 November 2021

  

 



Entri yang Diunggulkan

Puisi-Puisiku

  Puisi-Puisiku Oleh: Khatijah   1.        MENDEKAP HARAP Kupatahkan ragu di tiang rapuh Menjaga rasa cita pada setia Di cadas lin...