MEMILIH POV
DALAM MENULIS NOVEL
Oleh: Khatijah
Sebelum
menulis novel, penulis harus menentukan point of view (POV) yang akan digunakan
dalam penyampaian cerita. Begitu
juga dalam menulis jenis cerita yang lain, seperti cerpen
dan pentigraf. Pengarang dapat memilih
dari sudut pandang yang dianggap
sesuai dengan keinginan.
Seperti yang ditulis oleh gramedia.com, bahwa POV sama dengan sudut pandang yang biasanya
menjadi sudut pandang seorang penulis terhadap tulisan atau karyanya. Penulis
novel atau cerpen dapat memosisikan dirinya apakah
dia seolah-olah akan melibatkan sebagai
tokoh di dalam ceritanya (pencerita),
atau akan berada di luar jalan
cerita. Poin of view juga disebut sudut
pandang pengarang. Point Of View atau sudut pandang pengarang dalam cerita ada
beberapa macam.
Berdasarkan beberapa sumber yang
penulis baca,
jenis sudut pandang tersebut sebagi
berikut.
Ada
beberapa jenis point of view (POV) yang dapat dipilih pengarang untuk
mengisahkan ceritanya.
1.
Point Of View 1 (POV 1) atau Sudut Pandang
Orang Pertama
Point Of View 1 (POV 1) atau sudut pandang
orang pertama digunakan dalam cerita, bila orang pertama (aku/saya) berperan
sebagai tokoh di dalam cerita. Sudut pandang pengarang (POV 1) ini memiliki
ciri khusus yaitu dengan menggunakan tokoh “aku”. Jika tokoh “aku”
menjadi pusat cerita, disebut dengan sudut pandang orang pertama (POV 1)
sebagai pelaku utama. Namun, orang pertama juga bisa dipisisikan hanya sebagai
tokoh tambahan yang disebut sebgai orang pertama pelaku tambahan atau
sampingan.
Ciri
cerita dengan menggunakan POV 1 atau sudut pandang orang pertama
yaitu dengan hadirnya tokoh aku atau saya di dalam cerita tersebut. Sudut
pandang orang pertama dibagi menjadi dua bagian yaitu sudut pandang orang
pertama sebagai pelaku utama dan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku
sampingan.
Contoh:
(1)
Aku hanya bisa menarik nafas
panjang, saat semua nasihatku tak didengarkan. Aku harus banyak bersabar
dalam menghadapi hal ini. Berkali-kali aku mengatakan bahwa tindakannya itu hal
bodoh yang dapat merugikan diri sendiri.
Tetapi dia tidak menerima nasihatku.
Justru marah-marah.Ya, sudahlah biarkan saja. Masih banyak pekerjaan yang harus
aku selesaikan. Aku tidak bisa hanya berkutat pada satu hal yang tidak penting
buatku. Bisa-bisa malah membebani diriku. Aku akan berusaha melupakan hal itu. lebih baik aku fokus pada
tugas yang belum aku selesaikan.
Contoh kutipan di atas menggunakan sudut
pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Karena di dalam cerita tersebut melibatkan tokoh
aku sebagai pemeran utama. Dengan
kata lain tokoh aku sebagai orang pertama paling banyak diceritakan di dalam
cerita tersebut.
(2) Kata-kata
lembutnya itulah yang sering membuat aku tidak bisa berkutik jika berhadapan
dengan dia. Dia itu wanita yang sangat lembut. Tidak hanya dari tutur kata dan tindakannya
saja, tetapi juga dari hati dan perasaannya. Aku sebagai sahabatnya kadang malu sendiri.
Begitu berbedanya dengan diriku. Bagaikan bumi dengan langit. Dia selalu
mengatasi masalah
dengan kepala dingin. Tak pernah sekalipun aku mendengar kata-kata kasar dari
bibirnya. Yang ada ia itu selalu tersenyum, walaupun masalah sering mendera
dirinya. Itulah temanku yang bernama
Nindia.
Contoh kutipan (2) Tokoh aku atau orang
pertama ikut berperan di dalam cerita tersebut, tetapi tidak sebagai tokoh
utama, melainkan hanya sebagai tokoh tambahan atau tokoh sampingan, karena
tokoh utamanya (Dia). Sudut pandang pengarang pada contoh cerita (2) disebut
sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan atau pelaku tambahan.
2.Point
Of View 2 (POV 2) atau Sudut Pandang Orang Kedua
Berbeda
dengan POV 1, POV 2 menjadikan orang kedua sebagai tokoh utama. Ciri yang
menandai bahwa sebuah cerita menggunakan POV 2, tokoh yang menjadi sentral cerita
menggunakan kata ganti “kau” atau “kamu”.
Contoh:
(3) Purnama kedua kembali kau
binarkan warna dalam kata yang mampu menggetarkan jiwa. Di sini, di Jembatan yang
menghubungkan beberapa pulau ini, kau bisikkan kata yang sama seperti yang
pernah kaucapkan. Janji manis dari bibir tipismu habis tanpa sisa. Sebab kau
memang sempurna. Tidak hanya kecantikan ragawi yang paripurna, tapi hatimu
memualam. Ucapanmu senantiasa merdu serupa kicau murai saat menyambut matahari.
(Nobaber 18: Khatijah)
3.Point Of View 3 (POV 3)
Cerita dengan menggunakan POV 3 atau
sudut pandang orang ketiga, pengarang memosisikan dirinya di luar jalan cerita.
Ciri cerita menggunakan POV 3, menggunakan tokoh “Dia/Ia”.
Yang
ketiga adalah sudut pandang orang
ketiga. Dalam sudut pandang ini, orang
pertama / aku tidak terlibat sebagai tokoh di dalam
ceritanya. Pengarang khusus menceritakan “DIA” atau orang lain. Sudut pandang
orang ketiga dapat dibedakan menjadi dua. Yaitu sudut pandang orang ketiga
sebagai pengamat dan sudut pandang orang ketiga serba tahu.
Berikut
ini penulis berikan contoh cerita yang
menggunakan sudut pandang orang ketiga.
(4)
Anisa tak pernah terdengar mengeluh. Tidak
seperti kebanyakan temannya yang selalu mengeluh tentang inilah tentang itulah.
Semua pekerjaan dan tugas selalu dikerjakannya tepat waktu.Dia selalu bekerja
tanpa melihat waktu kalau tugasnya belum selesai. Walaupun demikian, dia tidak
pernah membantah ibunya jika ia disuruh membantu pekerjaan ringan. Pagi-pagi dia
sudah bangun. Salat Subuh tak pernah dia tinggalkan. Bahkan setelah itu dia masih menyempatkan diri untuk membaca
ayat-ayat suci Al-Qlqur’an. Setelah itu, dia baru membantu menyapu rumah dan
membereskan tempat tidurnya.
(5) Rina terlihat murung. Dia masih terngiang akan
nasihat-nasihat neneknya. Dia
menyesal mengapa dulu tidak pernah mendengarkan nasihat neneknya. Coba kalau dulu dia tidak membantah neneknya, pasti tidak akan mengalami
kesedihan seperti ini. Tapi semua sudah terlanjur. Nasi telah menjadi bubur.
Tidak ada yang bisa menggantikan posisi neneknya yang begitu perhatian padanya. Itu semua dirasakan oleh
Rina. Kini neneknya tidak
akan menasihatinya lagi. Tidak
akan perhatian lagi padanya karena dia
sudah meninggalkannya untuk selama-lamanya. Kini air matanya Rina berlinang
mengenang semuanya.
Pada cerita (4) ini tidak terdapat tokoh “AKU”.
Tokoh yang diceritan pada cerita (4)
adalah Anisa (DIA). Pada contoh cerita keempat
(4) pengarang hanya
menjelaskan sesuatu yang dapat dilihat saja. Sudut pandang pada cerita ini disebut
sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat.
Sedangkan pada contoh cerita (5) adalah contoh cerita yang
menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Karena pengarang di sini
hanya khusus menceritakan orang lain yaitu Rina.Tetapi, karena pengarang di dalam
teks ini seolah mengetahui semua hal yang dialami oleh tokoh, baik yang dialami
secara lahir maupun secara batin. Maka pada kutipan ini disebut menggunakan
sudut pandang orang ketiga serba tahu.
Memilih
POV tertentu pasti memiliki
alasan tersendiri. Masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Menurut pengalaman penulis, menggunakan POV 1 lebih
leluasa menyampaikan perasaan
karena semua yang dialami tokoh dalam POV 1 seolah-olah pengarang sendiri yang
mengalaminya. Jadi, akan lebih tahu apa yang ada di dalam pikirandan
perasaan tokoh aku. Walaupun
sebenarnya yang mengalami tersebut bukan
pengarang. Namun, memilih
POV 1, harus benar-benar cermat dalam menggunakan pilihan kata karena pengarang
tidak serba tahu terhadap apa yang dipikirkan oleh tokoh lain dalam cerita itu.
Berbeda dengan POV orang ketiga serba tahu.
Bondowoso,
16 Februari 2023
Terima kasih ilmunya, Bu. Alhamdulillah bermanfaat. (Abdisita)
BalasHapusSama sama, Bu
BalasHapus