Oleh: Khatijah
Mempertahankan
mood dalam menulis novel itu, sebuah keharusan. Kalau tidak, kita bisa berhenti
di tengah jalan sebelum ceritanya mencapai ending.
Kejenuhan merupakan musuh terbesar dalam menulis novel. Apalagi menulis novel
yang notabene cerita panjang. Perlu ketekunan dan ketelatenan yang dibangun
dalam diri sendiri Caranya, sebelum menulis kita buat kerangka dasarnya
terlebih dahulu. Setelah itu, saat mengembangkan kita boleh membangun
konflik-konflik kecil yang berada di luar kerangka. Hal ini kita lakukan agar
cerita kita menarik, tidak garing, dan tidak
terkesan monoton. Kehadiran tokoh dalam novel berfungsi untuk
menggerakkan alur. Jika cerita kita macet, alurnya buntu, kita bisa
menghadirkan tokoh baru. Dari sini akan terbangun konflik-konflik baru.
Ada
beberapa cara untuk mempertahankan mood agar bisa terus melanjutkan kisah yang
ditulis di dalam novel.
1. Setelah
menemukan ide, segeralah buat kerangka dasarnya terlebih dahulu. Tulislah
garis-garis besar yang akan menjadi pedoman dalam mengembangkan ide. Kerangka
ini berfungsi untuk menentukan alur yang akan digunakan. Namun demikian,
kerangka tidak membatasi ruang gerak dalam mengembangkan tulisan. Penulis tidak
perlu terpaku pada kerangka. Jika di tengah perjalanan menulis novel, muncul
ide-ide baru di luar kerangka langsung saja disisipkan. Bahkan bisa juga
kerangka awal itu ditinggalkan sama sekali.
2. Segeralah
menulis paragraf awal. Jangan terlalu lama meninggalkan ide yang sudah
tertangkap di dalam pikiran. Jika ide itu tidak segera ditulis, maka akan
hilang bersama berjalannya waktu. Pilihlah kata dan kalimat menarik yang bisa
menimbulkan penasaran pembaca. Bisa memulai dengan deskripsi, bisa juga dengan
dialog.
3. Ciptakan
konflik pada paragraph-paragraf awal. Meskipun tidak tertulis pada paragraph
pertama, bocoran konflik harus sudah tampak pada paragraf awal. Selain,
memudahkan penulis dalam mengembangkan alur, bocoran konflik pada bagian awal
novel akan menggiring pembaca untuk merasa penasaran dan melanjutkan membaca
bagian-bagian berikutnya.
4. Bangunlah
anak-anak konflik. Selain konflik besar yang sudah ada di dalam pikiran
penulis, kembangkan juga konflik-konflik kecil. Seperti halnya yang dialami
oleh seseorang di dalam kehidupan nyata.
5. Deskripsikan
dengan detail. Deskripsi di dalam novel berbeda dengan deskripsi di dalam
pentigraf dan cerpen yang dibatasi oleh jumlah kata dan halaman. Novel
merupakan cerita panjang yang memungkinkan pendeskripsian secara detail. Tulislah
bagian-bagian kecil yang sangat terperinci. Dalam hal ini penulis mempunyai
keuntungan mengeksplorasi banyak pesan moral sampai dalam hal sekecil-kecilnya.
6. Hadirkan
tokoh baru. Jika tulisan kita macet, banyak solusi untuk mengatasinya. Salah
satunya dengan menghadirkan tokoh baru. Tentu saja tokoh baru yang kita munculkan
memiliki hubungan dengan tokoh utama yang berperan menambah kerumitan di dalam
konflik yang dihadapi. Misalnya saja secara tidak terduga, tokoh bertemu dengan
seorang penjahat yang akan mencelakai. Disini bisa muncul tokoh baru itu untuk membantu
melawan penjahat itu. Mungkin saja tokoh baru itu seseorang yang pernah dikenal
di masa lalu. Dengan sendirinya, alur pun akan terus bergerak dan bervariasi. Jika
sebelumnya hanya mengikuti jalannya alur progresif, dengan hadirnya tokoh baru akan
memunculkan alur mundur.
7. Buatlah
tokoh utama mengalami kesalahan. Ketika tulisan macet, tidak perlu bingung.
Buatlah tokoh membuat kesalahan. Tokoh utama di dalam cerita tidak harus
sempurna. Seperti halnya manusia, tidak ada yang sempurna. Maka seorang tokoh
wajar melakukan kesalahan atau kekeliruan. Kesalahan yang dilakukan oleh tokoh
tersebut akan memicu konflik baru. Nah, dengan demikian penulis akan menawarkan
beberapa hal untuk memecahkan masalah yang dialami oleh tokoh tersebut.
8. Citapkan
setting tempat dan suasana baru. Tempat di dalam novel tidak harus berkutat pada
sebuat tempat. Seorang tokoh bisa pergi dan menempat di mana saja. Di desa lain,
kota lain, bahkan di negara lain. Tempat yang ditulis akan diikuti oleh suasana
yang berbeda pula.
Demikian
beberapa hal yang dapat mengatasi hilangnya
mood saat menulis novel. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Write Comments