Best Practise Guru
Foto: Koleksi Pribadi
Best Practise Guru
DISCOVERY LEARNING SEBAGAI
MODEL PEMBELAJARAN MENELAAH STRUKTUR CERPEN BERORIENTASI HOTS
KELAS 9/ SEMESTER 1SMPN 1 TAPEN
OLEH
KHATIJAH,S.Pd
GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
UNIT KERJA: SMPN 1 TAPEN BONDOWOSO
PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi siswa. Kompetensi guru sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan mutu pendidikan, karena gurulah yang intens terlibat langsung dengan siswa. Sehingga guru dipandang sebagai ujung tombak kualitas pendidikan. Melalui guru-guru yang profesional diharapkan akan dapat menghasilkan siswa yang mampu bersaing baik ditingkat nasional maupun internasional.Program Program Keprofesian Berkelanjutan (PKB) melalui Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) berbasi zonasi merupakan usaha Kementerian pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat jendral Guru dan tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) untuk meningkatkan pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan. Program ini menekankan pada peningkatan pembelajaran yang beroientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Hihger Order Thinking Sills (HOTS).
Pembelajaran bahasa Indonesia diarah kan untuk meningkatkan kemampuan pesertadidik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra manusia Indonesia. Demikian penjelasan standarisi Kurikulum 2006, PelajaranBahasa Indonesia SMP/ MTs dan SMA/ MA.Selain itu, disebutkan juga bahwa, salah satu tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia, adalah agar peserta didik memilliki kemampuan menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Kegiatan apresiasi
Sastra dalam pembelajaran di sekolah dipusatkan pada kegiatan membaca prosa, membaca puisi, mendengarkan pembacaan sastra, serta menonton pementasan drama. Sedangkan menulis prosa maupun menulis puisi, merupakan bentuk dari kegiatan bersastra.Baik kegiatan apresiasi sastra maupun kegiatan bersastra, diharapkan dapat membentuk sikap positif terhadap karya sastra, serta membentuk kepekaan rasa peser tadidik.
Sedangkan dalam silabus Kurikulum 2013 dijelaskan bahwa pembelajaran sastra berupa teori-teori tentang khasanah sastra Indonesia klasik dan modern serta sastra dunia pada umumnya yang bertujuan untuk mengembangkan mengkaji nilai akhlak/kepribadian, budaya, sosial, dan estetik para peserta didik. Pilihan karya sastra dalam pembelajaran yang berpotensi memuliakan kehidupan peserta didik, memperluas pengalaman batin, dan mengembangkan kompetensi imajinatif. Peserta didik belajar mengapresiasi karya sastra dan menciptakan karya sastra di samping memperkaya pemahaman mereka akan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, lingkungan sekitar, dan sekaligus memperkaya kompetensi berbahasanya. Peserta didik menafsirkan, mengapresiasi, mengevaluasi, dan menciptakan teks sastra seperti dongeng, cerpen, novel, hikayat, puisi, drama, film, dan teks multimedia (lisan, cetak, digital/online).Karya sastra yang dimaksud di samping memiliki nilai-nilai keindahan, juga memperkuat nilai-nilai ilahiah para peserta didik dan memperkaya wawasan kebudayaan mereka, baik yang bersifat kedaerahan, nasional, dan dunia internasional.Karya sastra yang memiliki potensi kekerasan, pornografi, dan memicu konflik SARA haruslah dihindari. Karya sastra unggulan—namun belum sesuai dengan pembelajaran di sekolah--, upaya memodifikasi untuk kepentingan pembelajaran dapat dilakukan tanpa melanggar hak cipta.
Kesulitan peserta didik SMPN 1 Tapen kelas 9C dalam pembelajaran menelaah struktur teks cerita pendek yang dilakukan dengan cara membaca teks cerita saja terjadi karena bersifat verbal. Hal ini meneyebabkan perolehan nilai menelaah struktur teks cerita pendek di kelas 9C tahun pelajaran 2019/2020 hanya 12 orang (40 %) saja yang nilainya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 72. Sedangkan sejumlah 17 orang (60 %) belum tuntas. Hal ini dikhawatirkan berdampak pada perolehan nilai Ujian Nasional. Dengan fakta ini penulis mencoba teknik lain untuk mengatasi masalah pemebelajaran menelaah struktur teks cerita pendek. Teknik yang digunakan yaitu dengan cara menggunakan model pembelajaran discovery learning. Dengan model pembelajaran ini peserta didik diharapkan lebih mudah menelaah struktur teks cerita pendek yang dibacanya. Hal ini dilkukan dengan harapan peserta didik mengalami peningkatan kemampuan menelaah struktur teks cerpen, dan terimplikasi pada peningkatan perolehan nilai Ujian Nasional.
B. Jenis Kegiatan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, kegiatan yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Menelaah struktur teks cerpen.
2. Penerapan model pembelajaran discory learning.
C. Manfaat
Best Practice ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Guru, yakni untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menelaah struktur teks cerita pendek.
2. Siswa, yakni untuk mempermudah menelaah struktur teks cerita pendek.
3. Sekolah, yakni sebagi upaya peningkatan perolehan nilai Ujian Nasional.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Tujuan dan Sasaran
Tujuan
Best Practice ini bertujuan untuk mendeskripsikan :
1. Penggunaan teknik discory learning dalam menelaah struktur teks cerita pendek..
Bsebagai solusi terbaik dalam mengatasi permasalahan pembelajaran menelaah struktur teks cerpen
Sasaran
Sasaran kegiatan pembelajaran terbaik ini adalah siswa kelas 9C SMPN 1 Tapen Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur.
B.Bahan /Materi Kegiatan
Bahan yang digunakan dalam best practice ini adalah materi pembelajaran
Kelas 9 semester 1 yaitu menelaah struktur teks cerpen
Kompetensi Dasar 3.6 Menelaah struktur dan aspek kebahasaan cerita pendek yang dibaca atau didengar.
C.Cara Melaksanakan Kegiatan
Kegiatan pembelajaran menelaah struktur teks cerpen dilaksanakan dengan pendekatan saintifik dan model Pembelajaran Discovery Learning. Model Pembelajaran discoveri learning memiliki sintak yang berkesusaian dengan 5 M pada pendekatan saintifik.
Sintak Model Pembelajaran Disscovery Learning : (Marjuki: 2019)
No. | Discovery learning | Proses Saintifik | ||||
|
Sintak |
Mengamati
(M 1) |
Menanya
(M 2) |
Mencari Informasi
(M 3) |
Mengolah Informasi
(M4) |
Mengo munikasikan
(M5) |
1. | Stimulus
| v | v |
|
|
|
2. | Problems statement | v | v |
|
|
|
3. | Data Callection |
|
| v |
|
|
4. | Data Processing |
|
|
| v |
|
5. | Verification |
|
|
| v | v |
6. | Generalization |
|
|
| v | v |
1. Stimulus (Pemberian Rangsangan)
Pembelajaran menelaah struktur teks cerita pendek dapat dilakukan dengan model pembelajaran discovery learning. Penerapan model pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan proses berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) bagi peserta didik . Penerapan model pembelajaran ini mengacu pada pendekatan saintifik dengan 5 M. Kesesuaian sintaks model pembelajaran discovery learning dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut. Sintak yang pertama model pembelajaran discovery learning adalah stimulus atau pemberian rangsangan, berkesesuaian dengan mengamati pada pendekatan saintifik. Sintaks yang kedua problems statement atau perumusan masalah, berkesesuaian dengan M yang kedua pada pendekatan saintifik yaitu menanya. Sintak yang ketiga data collection atau pengumpulan data berkesesuaian dengan M yang ketiga pada pendekatan saintifik yaitu mencari informasi, sedangkan sintaks yang keempat data prossesing atau pengolahan data berkesesuaian dengan M yang keempat pada pendekatan saintifik yaitu mengolah informasi.Sintak yang kelima Verivications atau pembuktian dan sintak yang keenam generalization atau penarikan kesimpulan adalah perwujudan dari M yang kelima pada pendekatan saintifik, yaitu mengomunikasikan hasil.
Aspek HOTS sebagai transfer knowladge, sebagai critical thinking dan creative thinking, serta sebagai problem solving dapat tergambar di sini.Langkah-langkah Pembelajaran menelaah strukttur cerpen dengan model pembelajaran discovery learning melalui langkah-langkah sebagai berikut.Sebelumnya melalui tahap Pendahuluan. Tahap ini ada tiga hal pokok yang harus dilaksanakan, yaitu dimulai dari penanaman penguatan pendidikan karakter yaitu pemberian salam dan berdoa yang merupakan pembiasaan pendidikan karakter religius. Dilanjutkan dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya sebagai penanaman karakter nasionalisme. Yang kedua, kegiatan apersepsi, yaitu mengaitkan pembelajaran saat ini dengan pembelajaran yang telah lalu.Yang ketiga motivasi, yaitu dilakukan dengan cara menyampaikan manfaat pembelajaran menelaah struktur cerpen dalam kehidupan nyata.
Setelah melalui tahap pendahuluan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti pembel;ajaran. Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan melalui sintaks model pembelajaran discovery learning. Sintak yang pertama dimulai dengan Stimulus atau pemberian rangsangan kepada peserta didik. Agar peserta didik lebih tertarik terhadap cerpen, guru memberikan stimulus dengan tayangan video pembacaan cerpen. Hal ini juga dilakukan untuk mengantisipasi menuju kegiatan menelaah struktur harus dimulai dengan membaca cerita pendek secara mandiri.
Langkah berikutnya atau sintaks yang kedua yaitu problems statement atau merumuskan masalah.. Sebelum melakukan kegiatan perumusan masalah, peserta didik duduk berkumpul dengan kelompoknya. Di dalam kelompok ini peserta didik diminta mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan tentang struktur atau yang berkaitan dengan struktur teks cerpen.Peran guru adalah membimbing kelompok agar pertanyaan-pertanyaan sebagai masalah yang akan dipecahkan terfokus pada struktur teks cerpen.Pada tahap ini peserta didik secara kolaboratif mulai berpikir kritis.
Selanjutnya menuju sintaks yang ketiga yaitu data collections. Pada langkah ini peserta didik mencari informasi atau mengumpulkan data. Data-data yang dikumpulkan adalah data-data yang berhubungan dengan masalah yang sudah dirumuskan sebelumnya yaitu struktur teks cerpen. Struktur teks cerpen meliputi orientasi, rangkaian peristiwa,komplikasi, dan resolusi. Pada tahap ini juga peserta didik mencari definisi atau pengertian, jenis, dan contoh-contoh keempat bagian struktur teks cerpen tersebut melalui berbagai sumber. Peserta didik dapat dengan mengadakan kegiatan literasi baca tulis, dengan membaca buku-buku referensi, dapat juga dengan litersi digital browshing di intenet. Setelah data diperoleh, peserta didik di dalam kelompoknya mengolah data tersebut (Data Prossesing).Pada Sintaks ketiga ini peserta didik masih berada di dalam kelompoknya. Secara kolaboratif peserta didik mengolah data yang sudah diperoleh. Data-data yang merupakan jawaban-jawabaan dari pertanyaan-pertanyaan yang diperoleh sebelumnya, dikumpulkan, dikelompokkan,dianalisis, kemudian disusun secara sistematis.Penanaman sikap gotong royong dan nasionalisme dikembangkan pada kegiatan mengolah data ini. Saling menerima pendapat teman satu kelompok merupakan cerminan penguatan sikap demokratis.Sedangkan sikap gotong royong juga tercipta pada saat peserta didik mengolah data ini secara colaborative.Proses cognitif C4,C5, dan C6 juga dapat tergambar pada saat peserta didik mengolah data ini. Mulai dari kegiatan menganalis data-data yang diperoleh (C4),proses cognitif mengevaluasi (C5) tergambar ketika menentukan dan memilih data-data yang tepat untuk dijadikan jawaban atas masalah yang diselesaikan (dimensi pengetahuan:prosedural).Seangkan proses cognitif mengkreasi (C6), terbukti dengan kegiatan peserta didik menghasikan jawaban-jawaban yang tepat sebagai pemecahan masalah akhir.Hal ini merupakan salah satu bentuk aspek keterampilan berpikir tingkat tnggi (HOTS) sebagai transfer knowladge.
Langkah berikutnya adalah verifications (pembuktian). Pada pelaksanaan sintaks ini, peserta didik memeriksa jawaban-jawaban tentang struktur teks cerpen secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya jawaban-jawaban sebagai hipothisis yang sudah ditetapkan sebelumnya yang dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
Berdasarkan hasil verivikasi (verivications) kemudian ditarik simpulan ( generalization)bahwa cerpen yang sudah ditelaah memiliki struktur yang sesuai dengan struktur cerpen yaitu orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, dan resolusi.
Aspek berpikir tingkat tinggi (HOTS) problem solving dalam pembelajaran ini, terlaksana mulai dari kegiatan menentukan masalah dan mengeksplorasi masalah tergambar pada saat (perumusan masalah /problem statement), merencanakan solusi dilaksanakan ketika peserta didik mengumpulkan data (data collections).Melaksanakan rencana teroaksanan ketika peserta didik mengolah informasi (data prossesing).Ketika peserta didik mengadakan verificasi terhadap jawaban-jawaban yang sudah disusun dengan cara memnatapkan jawaban dengan berbagai sumber yang mendukung, di sini aspek problem solving memeriksa solusi, dan mengevaluasi jawaban-jawaban.
Selain aspek berpikir tingkat tinggi (HOTS) problem solving, dalam pembelajaran menelaah struktur cerpen dengan menggunakan model pembelajaran descovery learning juga sudah memuat aspek critcal dan creative thinking. Aspek ini berperanpenting dalam mempersiapkan peserta didik agar menjadi pemecah masalah yang baik dan mampu membuat keputusan maupun kesimpulan yang matang dan mampu dipertanggungjawabkan secara akademis.Pada elemen berpikir kritis dan kreatif antara lain Focus,Reason, Inference, Stuation,clarity, dan overviw ( Yoki Ariyana dkk: 14). Kegiatan pembelajaran diantaranya adalah fokus, hal ini terjadi ketika peserta didik mengidentisi masalah dengan baik. Reason,memberikan alasan-alasan logis , alasan-alasan hingga sampai pada simpulan (Inference), Stuation yaitu membandingkan dengan waktu yang sudah ditentukan, Dalam hal ini tergambar pepmbelajaranterdapat kejelasan istilah (clarity), dan overviuw yaitu pengecekan terhadap sesuatu yang ditemukan, diputuskan, dipelajari dan disimpilkan.Aspek ini sudah dicakup dalam setiap langkah pembelajaran ini.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan Penutup. Pada kegiatan penutup ini peserta didik dan guru merefleksi pembelajaran yang baru saja brlangsung, dilanjutkan penguatan oleh guru, dan pemberian tugas.
D.Alat (Media) dan Instrumen
Media yang digunakan dlam pembelajaran menelaah struktur cerpen dengan
model pembelajaran discavery learning adalah:
Media
1.Teks cerpen model yang Berjudul ‘Hadiah Terakhir Untuk Ibu’ karya : Novita
Three Putri Hastoni.
2. Video Pembacaan Cerpen ‘Hadiah Terakhir Untuk Ibu’ karya : Novita
Three Putri Hastoni.
3.Kertas bufalo
Instrumen
1.Lembar Observasi Pembelajaran
2.lembar Kerja Peserta Didik(LKPD) untuk Tes Tulis
E. Waktu dan TempatKegiatan
Praktik pembelajaran terbaik (best practice) ini dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2019 di kelas 9C SMPN 1 Tapen Bondowoso.
BAB III
HASIL KEGIATAN
A.Hasil yang Diperoleh
1.Model pembelajaran discory learning merupakan model pembelajaran yang sangat inovatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini dikarenakan langkah-langkah dalam model pembelajaran ini mengakomodasi seluruh proses kegiatan peserta didik menjadi aktif, kreatif, dan produktif.Hal ini dikarenakan langkah-langkah dalam model pembelajaran ini melibatkani peserta didik secara kolaboratif, aktif, kreatif, kritis,dan komunikatif.
2.Melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Selanjutnya peserta didik terampil memecahkan permasalahan tidak hanya di dalam pembelajaran saja, tetapi peserta didik dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya.
3. Nilai akademik peserta didik mengalami kenaikan yang signifikan dalam pembelajaran memahami strtuktur teks cerpen.Hal ini menjadi modal awal dalam meningkatkan perolehan nilai Ujian Nasional (UN)
4. Terimplementasinya penguatan pendidikan karakter pada peserta didik, mulai dari religius, nasionalisme, mandiri, gotong royong, dan integritas.Hal ini sangat bersinergi dengan kecapan abad 21.
5. Penerapan literasi pada peserrta didik, seperti literasi baca tulis, literasi numerasi, dan literasi digital dapat dilaksanakan oleh peserta didik.
6. Meningkatnya minat belajar peserta didik yang dapat dilihat dari keaktifan, keikutsertaan, dan antusiasme dalam mengikuti pembelajaran. Dengan sikap ini peserta didik akan terbiasa menghadapi hidupnya dengan penuh tangguh dan semangat di kelak kemudian hari.
7. Meningkatnya sikap percaya diri peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Sikap ini jika dipupuk terus-menerus akan menjadi budaya dalam diri peserta didik dalam hidup di masyarakat.
B.Masalah yang Dihadapi
· Keterbatasan media pembelajaran di sekolah khususnya LCD dan speker aktif yang tidak terdapat disetiap kelas sebagai alat penayangan video pembelajaran pembacaan cerpen.
· Terdapat beberapa peserta didik yang belum terbiasa untuk menyampaikan pertanyaan.
· Pada kegiatan presentasi terdapat peserta didik yang tidak mau mengungkapkan tanggapan terhadap kelompok yang maju.
C.Cara Mengatasi Masalah
· Masalah pertama dapat diatasi dengan moving kelas,pembelajaran dilaksanakan secara bergantian dengan guru lain di kelas yang terdapat LCD dan speker aktifnya.
· Masalah kedua dapat diatasi dengan cara melatih dan membiasakan peserta didik yang belum memiliki keberanian bertanya, dengan cara menumbuhkan sikap percaya diri.
· Masalah ketiga dapat diatasi dengan cara melatih dan menumbuhkan sikap percaya diri untuk menanggapi pendapat teman.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data, di atas dapatdisimpulkanhal-halberikut:
1. .Model pembelajaran discory learning merupakan model pembelajaran yang sangat inovatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
2.Melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS)..
3. Nilai akademik peserta didik mengalami kenaikan yang signifikan dalam pembelajaran memahami strtuktur teks cerpen.Hal ini menjadi modal awal dalam meningkatkan perolehan nilai Ujian Nasional (UN)
4. Terimplementasinya penguatan pendidikan karakter pada peserta didik, mulai dari religius, nasionalisme, mandiri, gotong royong, dan integritas.Hal ini sangat bersinergi dengan kecapan abad 21.
5. Penerapan literasi pada peserrta didik, seperti literasi baca tulis, literasi numerasi, dan literasi digital dapat dilaksanakan oleh peserta didik.
6. Meningkatnya minat belajar peserta didik yang dapat dilihat dari keaktifan, keikutsertaan, dan antusiasme dalam mengikuti pembelajaran. Dengan sikap ini peserta didik akan terbiasa menghadapi hidupnya dengan penuh tangguh dan semangat di kelak kemudian hari.
7. Meningkatnya sikap percaya diri peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Sikap ini jika dipupuk terus-menerus akan menjadi budaya dalam diri peserta didik dalam hidup di masyarakat
B.Saran/Rekomendasi
Berdasarkan proses, pelaksanaan, dan hasil yang dicapai, maka disarankan kepada:
1. guru, agar membiasakan menggunakan model pembelajaran discovery learning dalam menelaah struktur teks cerpen.
2. guru, agar selalu berinovasi dalam memecahkan masalah pembelajaran.
3. Kepala sekolah, agar memberikan dukungan terhadap inovasi guru di dalam menecahkan masalah pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Ariyana,Yoki, dkk.2019. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta : Direktorat jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Marjuki. 2019. Strategi Memilih Model Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik: Seminar Online.
Permen Nomor 22 Tahun 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs - SMA/MA.Jakarta : Depdiknas.
Sakdiyah, Mislinatul.2007. MateriDiklat Pembelajaran Apresiasi Sastra.
Surabaya: LPMP Jatim.
.