Sabtu, 25 Juni 2022

Best Practise Guru

  

 



Foto: Koleksi Pribadi

 

Best Practise Guru

DISCOVERY LEARNING SEBAGAI

MODEL PEMBELAJARAN MENELAAH STRUKTUR CERPEN BERORIENTASI HOTS

KELAS 9/ SEMESTER 1SMPN 1 TAPEN

 

 

 

 

 

OLEH

KHATIJAH,S.Pd

 

GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

UNIT KERJA: SMPN 1 TAPEN  BONDOWOSO

 

 

 

 

 

 

PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO

DINAS PENDIDIKAN  DAN KEBUDAYAAN

TAHUN 2019


 

BAB I

 

PENDAHULUAN

 

A.   Latar Belakang

           Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi siswa. Kompetensi guru  sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan mutu pendidikan, karena gurulah yang intens terlibat langsung dengan siswa. Sehingga guru dipandang sebagai ujung tombak kualitas pendidikan. Melalui guru-guru yang profesional diharapkan akan dapat menghasilkan siswa yang mampu bersaing baik ditingkat nasional maupun internasional.Program Program Keprofesian Berkelanjutan (PKB) melalui Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) berbasi zonasi merupakan usaha Kementerian pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat jendral Guru dan tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) untuk meningkatkan pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan. Program ini menekankan pada peningkatan pembelajaran yang beroientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi  atau Hihger Order Thinking Sills (HOTS).

Pembelajaran bahasa Indonesia diarah  kan untuk meningkatkan kemampuan pesertadidik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra manusia Indonesia. Demikian penjelasan standarisi Kurikulum 2006, PelajaranBahasa Indonesia SMP/ MTs dan SMA/ MA.Selain itu, disebutkan juga bahwa, salah satu tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia, adalah agar peserta didik memilliki kemampuan menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Kegiatan apresiasi

Sastra dalam pembelajaran di sekolah dipusatkan pada kegiatan membaca prosa, membaca puisi, mendengarkan pembacaan sastra, serta menonton pementasan drama. Sedangkan menulis prosa maupun menulis puisi, merupakan bentuk dari kegiatan bersastra.Baik kegiatan apresiasi sastra maupun kegiatan bersastra, diharapkan dapat membentuk sikap positif terhadap karya sastra, serta membentuk kepekaan rasa peser tadidik.

          Sedangkan dalam silabus Kurikulum 2013 dijelaskan bahwa pembelajaran sastra berupa teori-teori tentang khasanah sastra Indonesia klasik dan modern serta sastra dunia pada umumnya yang bertujuan untuk mengembangkan mengkaji nilai akhlak/kepribadian, budaya, sosial, dan estetik para peserta didik. Pilihan karya sastra dalam pembelajaran yang berpotensi memuliakan kehidupan peserta didik, memperluas pengalaman batin, dan mengembangkan kompetensi imajinatif. Peserta didik belajar mengapresiasi karya sastra dan menciptakan karya sastra di samping memperkaya pemahaman mereka akan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, lingkungan sekitar, dan sekaligus memperkaya kompetensi berbahasanya. Peserta didik menafsirkan, mengapresiasi, mengevaluasi, dan menciptakan teks sastra seperti dongeng, cerpen, novel, hikayat, puisi, drama, film, dan teks multimedia (lisan, cetak, digital/online).Karya sastra yang dimaksud di samping memiliki nilai-nilai keindahan, juga memperkuat nilai-nilai ilahiah para peserta didik dan memperkaya wawasan kebudayaan mereka, baik yang bersifat kedaerahan, nasional, dan dunia internasional.Karya  sastra yang memiliki potensi kekerasan, pornografi, dan memicu konflik SARA haruslah dihindari. Karya sastra unggulan—namun belum sesuai dengan pembelajaran di sekolah--, upaya memodifikasi untuk kepentingan pembelajaran dapat dilakukan tanpa melanggar hak cipta.

          Kesulitan peserta didik SMPN 1 Tapen kelas 9C  dalam pembelajaran menelaah struktur teks cerita pendek yang dilakukan dengan  cara membaca teks cerita saja terjadi  karena bersifat verbal. Hal ini meneyebabkan perolehan nilai menelaah struktur teks cerita pendek di kelas 9C tahun pelajaran 2019/2020 hanya 12 orang (40 %) saja yang  nilainya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 72. Sedangkan sejumlah 17 orang (60 %) belum tuntas. Hal ini dikhawatirkan berdampak pada perolehan nilai Ujian Nasional. Dengan fakta ini penulis mencoba teknik lain untuk mengatasi masalah pemebelajaran menelaah struktur teks cerita pendek. Teknik  yang digunakan yaitu dengan cara menggunakan model pembelajaran discovery learning. Dengan model pembelajaran ini  peserta didik diharapkan  lebih mudah menelaah struktur  teks cerita pendek yang dibacanya. Hal ini dilkukan dengan harapan peserta didik mengalami peningkatan kemampuan menelaah struktur teks cerpen, dan terimplikasi pada peningkatan perolehan nilai Ujian Nasional.

 

B. Jenis Kegiatan

          Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, kegiatan yang akan dibahas sebagai berikut: 

1. Menelaah struktur teks cerpen.

2. Penerapan model pembelajaran discory learning.

 

C. Manfaat

            Best Practice  ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Guru, yakni untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menelaah struktur  teks cerita pendek.

2. Siswa, yakni untuk mempermudah menelaah struktur teks cerita pendek.

3. Sekolah, yakni sebagi upaya peningkatan perolehan nilai Ujian Nasional.

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

A.           Tujuan dan Sasaran

Tujuan

Best Practice  ini bertujuan untuk mendeskripsikan :

1. Penggunaan teknik discory learning dalam menelaah struktur teks cerita pendek..

Bsebagai solusi terbaik dalam mengatasi permasalahan pembelajaran menelaah struktur teks cerpen

Sasaran

Sasaran kegiatan pembelajaran terbaik ini adalah siswa kelas 9C SMPN 1 Tapen Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur.

B.Bahan /Materi Kegiatan

Bahan yang digunakan dalam best practice ini adalah materi pembelajaran

Kelas 9 semester 1 yaitu menelaah struktur teks cerpen

Kompetensi Dasar 3.6 Menelaah struktur dan aspek kebahasaan cerita pendek yang dibaca atau didengar.

C.Cara Melaksanakan Kegiatan

Kegiatan pembelajaran menelaah struktur teks cerpen dilaksanakan dengan pendekatan saintifik dan model Pembelajaran Discovery Learning. Model Pembelajaran discoveri learning memiliki sintak yang berkesusaian dengan 5 M pada pendekatan saintifik.

 Sintak Model Pembelajaran Disscovery Learning : (Marjuki: 2019)

No.

Discovery learning

                                                    

Proses Saintifik

 

 

Sintak

 

Mengamati

 

 

(M 1)

 

Menanya

 

 

(M 2)

 

Mencari

Informasi

 

 

 

(M 3)

 

Mengolah

Informasi

 

 

 

(M4)

 

Mengo

munikasikan

 

 

 

(M5)

1.

Stimulus

 

v

v

 

 

 

2.

Problems statement

v

v

 

 

 

3.

Data Callection

 

 

v

 

 

4.

Data Processing

 

 

 

v

 

5.

Verification

 

 

 

 

v

v

6.

Generalization

 

 

 

 

v

v

1.    Stimulus (Pemberian Rangsangan)

Pembelajaran menelaah struktur teks cerita pendek dapat dilakukan dengan model pembelajaran discovery learning. Penerapan model pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan proses berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) bagi  peserta didik . Penerapan model pembelajaran ini mengacu pada pendekatan saintifik dengan 5 M. Kesesuaian sintaks model pembelajaran discovery learning dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut. Sintak yang pertama model pembelajaran discovery learning  adalah stimulus atau pemberian rangsangan, berkesesuaian dengan mengamati pada pendekatan saintifik. Sintaks yang kedua problems statement atau perumusan masalah, berkesesuaian dengan M yang kedua pada pendekatan saintifik yaitu menanya. Sintak yang ketiga data collection atau pengumpulan data berkesesuaian dengan M yang ketiga pada pendekatan saintifik yaitu mencari informasi, sedangkan sintaks yang keempat data prossesing atau pengolahan data berkesesuaian dengan M yang keempat pada pendekatan saintifik yaitu mengolah informasi.Sintak yang kelima Verivications atau pembuktian dan sintak yang keenam generalization atau penarikan kesimpulan adalah perwujudan dari M yang kelima pada pendekatan saintifik, yaitu mengomunikasikan hasil.

Aspek HOTS sebagai transfer knowladge, sebagai critical thinking dan creative thinking, serta sebagai problem solving dapat tergambar di sini.Langkah-langkah Pembelajaran menelaah strukttur cerpen dengan model pembelajaran discovery learning melalui langkah-langkah sebagai berikut.Sebelumnya melalui tahap Pendahuluan. Tahap ini ada tiga hal pokok yang harus dilaksanakan, yaitu dimulai dari penanaman penguatan pendidikan karakter yaitu pemberian salam dan berdoa yang merupakan pembiasaan pendidikan karakter religius. Dilanjutkan dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya sebagai penanaman karakter nasionalisme. Yang kedua, kegiatan apersepsi, yaitu mengaitkan pembelajaran saat ini dengan pembelajaran yang telah lalu.Yang ketiga motivasi, yaitu dilakukan dengan cara menyampaikan manfaat pembelajaran menelaah struktur cerpen dalam kehidupan nyata.

Setelah melalui tahap pendahuluan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti pembel;ajaran. Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan melalui sintaks model pembelajaran discovery learning. Sintak yang pertama  dimulai dengan Stimulus atau pemberian rangsangan kepada peserta didik. Agar peserta didik lebih tertarik terhadap cerpen, guru memberikan stimulus dengan tayangan video pembacaan cerpen. Hal ini juga dilakukan  untuk mengantisipasi menuju kegiatan menelaah struktur harus dimulai dengan membaca cerita pendek secara mandiri.

Langkah berikutnya atau sintaks yang kedua yaitu problems statement atau merumuskan masalah.. Sebelum melakukan kegiatan perumusan masalah, peserta didik duduk berkumpul dengan kelompoknya. Di dalam kelompok ini peserta didik diminta mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan tentang struktur atau yang berkaitan dengan struktur teks cerpen.Peran guru adalah membimbing kelompok agar pertanyaan-pertanyaan sebagai masalah yang akan dipecahkan terfokus pada struktur teks cerpen.Pada tahap ini peserta didik secara kolaboratif mulai berpikir kritis.

Selanjutnya menuju sintaks yang ketiga yaitu data collections. Pada langkah ini peserta didik mencari informasi  atau mengumpulkan data. Data-data yang dikumpulkan adalah data-data yang berhubungan dengan masalah yang sudah dirumuskan sebelumnya yaitu struktur teks cerpen. Struktur teks cerpen meliputi orientasi, rangkaian peristiwa,komplikasi, dan resolusi. Pada tahap ini juga peserta didik mencari definisi atau pengertian, jenis, dan contoh-contoh keempat bagian struktur teks cerpen tersebut melalui berbagai sumber. Peserta didik dapat dengan mengadakan kegiatan literasi baca tulis, dengan membaca buku-buku referensi, dapat juga dengan litersi digital browshing di intenet. Setelah data diperoleh, peserta didik di dalam kelompoknya mengolah data tersebut (Data Prossesing).Pada Sintaks ketiga ini peserta didik masih berada di dalam kelompoknya. Secara kolaboratif peserta didik mengolah data yang sudah diperoleh. Data-data yang merupakan jawaban-jawabaan dari pertanyaan-pertanyaan yang diperoleh  sebelumnya, dikumpulkan, dikelompokkan,dianalisis, kemudian disusun secara sistematis.Penanaman sikap gotong royong dan nasionalisme dikembangkan pada kegiatan mengolah data ini. Saling menerima pendapat teman satu kelompok merupakan cerminan penguatan sikap demokratis.Sedangkan sikap gotong royong juga tercipta pada saat peserta didik mengolah data  ini secara colaborative.Proses cognitif C4,C5, dan C6 juga dapat tergambar pada saat peserta didik mengolah data ini. Mulai dari kegiatan menganalis data-data yang diperoleh (C4),proses cognitif mengevaluasi (C5) tergambar ketika menentukan dan memilih data-data yang tepat untuk dijadikan jawaban atas masalah yang diselesaikan (dimensi pengetahuan:prosedural).Seangkan proses cognitif mengkreasi (C6), terbukti dengan kegiatan peserta didik menghasikan jawaban-jawaban yang tepat  sebagai pemecahan masalah akhir.Hal ini merupakan salah satu bentuk aspek keterampilan berpikir tingkat tnggi (HOTS)  sebagai transfer knowladge.

Langkah berikutnya adalah verifications (pembuktian). Pada pelaksanaan sintaks ini, peserta didik memeriksa jawaban-jawaban tentang struktur teks cerpen secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya jawaban-jawaban  sebagai hipothisis yang sudah ditetapkan sebelumnya yang dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

Berdasarkan hasil verivikasi (verivications) kemudian ditarik simpulan  generalization)bahwa cerpen yang sudah ditelaah memiliki struktur yang sesuai dengan struktur cerpen yaitu orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, dan resolusi.

Aspek berpikir tingkat tinggi (HOTS) problem solving  dalam pembelajaran ini, terlaksana mulai dari kegiatan menentukan masalah dan mengeksplorasi masalah tergambar pada saat (perumusan masalah /problem statement), merencanakan solusi dilaksanakan ketika peserta didik mengumpulkan data (data collections).Melaksanakan rencana teroaksanan ketika peserta didik mengolah informasi (data prossesing).Ketika peserta didik mengadakan verificasi terhadap jawaban-jawaban yang sudah disusun dengan cara memnatapkan jawaban dengan berbagai sumber yang mendukung, di sini aspek problem solving memeriksa solusi, dan mengevaluasi jawaban-jawaban.

Selain aspek berpikir tingkat tinggi (HOTS) problem solving, dalam pembelajaran menelaah struktur cerpen dengan menggunakan model pembelajaran descovery learning juga sudah memuat aspek critcal dan creative thinking. Aspek ini  berperanpenting dalam mempersiapkan peserta didik agar menjadi pemecah masalah yang baik dan mampu membuat keputusan maupun kesimpulan yang matang dan mampu dipertanggungjawabkan secara akademis.Pada elemen berpikir kritis dan kreatif antara lain Focus,Reason, Inference, Stuation,clarity, dan overviw ( Yoki Ariyana dkk: 14). Kegiatan pembelajaran  diantaranya adalah fokus, hal ini terjadi ketika peserta didik mengidentisi masalah dengan baik. Reason,memberikan alasan-alasan logis , alasan-alasan hingga sampai pada simpulan (Inference), Stuation yaitu membandingkan dengan waktu yang sudah ditentukan,  Dalam hal ini tergambar pepmbelajaranterdapat kejelasan istilah (clarity), dan overviuw yaitu pengecekan terhadap sesuatu yang ditemukan, diputuskan, dipelajari dan disimpilkan.Aspek ini sudah dicakup dalam setiap langkah pembelajaran ini.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan Penutup. Pada kegiatan penutup ini peserta didik dan guru merefleksi pembelajaran yang baru saja brlangsung, dilanjutkan penguatan oleh guru, dan pemberian tugas. 

D.Alat (Media) dan Instrumen

Media yang digunakan dlam pembelajaran menelaah struktur cerpen dengan

model pembelajaran discavery learning adalah:

Media

1.Teks cerpen model yang Berjudul ‘Hadiah Terakhir Untuk Ibu’ karya : Novita

Three Putri Hastoni.

2. Video Pembacaan Cerpen ‘Hadiah Terakhir Untuk Ibu’ karya : Novita

Three Putri Hastoni.

3.Kertas bufalo

Instrumen

1.Lembar Observasi Pembelajaran

2.lembar Kerja Peserta Didik(LKPD) untuk Tes Tulis

E. Waktu dan TempatKegiatan

Praktik pembelajaran terbaik (best practice) ini dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2019 di kelas 9C SMPN 1 Tapen Bondowoso.


BAB III

HASIL KEGIATAN

 

A.Hasil yang Diperoleh

1.Model pembelajaran discory learning merupakan model pembelajaran yang sangat inovatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini dikarenakan langkah-langkah dalam model pembelajaran ini mengakomodasi seluruh proses kegiatan peserta didik menjadi aktif, kreatif, dan produktif.Hal ini dikarenakan langkah-langkah dalam model pembelajaran ini melibatkani peserta didik secara kolaboratif, aktif, kreatif, kritis,dan komunikatif. 

2.Melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Selanjutnya peserta didik terampil memecahkan permasalahan tidak hanya di dalam pembelajaran saja, tetapi peserta didik dapat memecahkan masalah  yang dihadapi dalam hidupnya.

3. Nilai  akademik peserta didik mengalami kenaikan yang signifikan dalam pembelajaran memahami strtuktur teks cerpen.Hal ini menjadi modal awal dalam meningkatkan perolehan nilai Ujian Nasional (UN)

4. Terimplementasinya penguatan pendidikan karakter pada peserta didik, mulai dari religius, nasionalisme, mandiri, gotong royong, dan integritas.Hal ini sangat bersinergi dengan kecapan abad 21.

5. Penerapan literasi pada peserrta didik, seperti literasi baca tulis, literasi numerasi, dan literasi digital dapat dilaksanakan oleh peserta didik.

6. Meningkatnya minat belajar peserta didik yang dapat dilihat dari keaktifan, keikutsertaan, dan antusiasme dalam mengikuti pembelajaran. Dengan sikap ini peserta didik akan terbiasa menghadapi hidupnya dengan penuh tangguh dan semangat di kelak kemudian hari.

7. Meningkatnya sikap percaya diri peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Sikap ini jika dipupuk terus-menerus akan menjadi budaya dalam diri peserta didik dalam hidup di masyarakat.

B.Masalah yang Dihadapi

·         Keterbatasan media pembelajaran di sekolah khususnya LCD  dan speker aktif yang tidak terdapat disetiap kelas sebagai alat penayangan video pembelajaran pembacaan cerpen.

·         Terdapat beberapa peserta didik  yang belum terbiasa untuk menyampaikan pertanyaan.

·         Pada kegiatan presentasi terdapat  peserta didik yang tidak mau mengungkapkan tanggapan terhadap kelompok yang maju.

C.Cara Mengatasi Masalah

· Masalah pertama dapat diatasi dengan moving kelas,pembelajaran dilaksanakan secara bergantian  dengan guru lain di kelas yang terdapat LCD dan speker aktifnya.

·  Masalah kedua dapat diatasi dengan cara melatih dan membiasakan peserta didik yang belum memiliki keberanian bertanya, dengan cara menumbuhkan sikap percaya diri.

·  Masalah ketiga dapat diatasi dengan cara melatih dan menumbuhkan sikap percaya diri untuk menanggapi pendapat  teman.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A.  Simpulan

Berdasarkan data, di atas dapatdisimpulkanhal-halberikut:

1. .Model pembelajaran discory learning merupakan model pembelajaran yang sangat inovatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

2.Melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS)..

3. Nilai  akademik peserta didik mengalami kenaikan yang signifikan dalam pembelajaran memahami strtuktur teks cerpen.Hal ini menjadi modal awal dalam meningkatkan perolehan nilai Ujian Nasional (UN)

4. Terimplementasinya penguatan pendidikan karakter pada peserta didik, mulai dari religius, nasionalisme, mandiri, gotong royong, dan integritas.Hal ini sangat bersinergi dengan kecapan abad 21.

5. Penerapan literasi pada peserrta didik, seperti literasi baca tulis, literasi numerasi, dan literasi digital dapat dilaksanakan oleh peserta didik.

6. Meningkatnya minat belajar peserta didik yang dapat dilihat dari keaktifan, keikutsertaan, dan antusiasme dalam mengikuti pembelajaran. Dengan sikap ini peserta didik akan terbiasa menghadapi hidupnya dengan penuh tangguh dan semangat di kelak kemudian hari.

7. Meningkatnya sikap percaya diri peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Sikap ini jika dipupuk terus-menerus akan menjadi budaya dalam diri peserta didik dalam hidup di masyarakat

B.Saran/Rekomendasi

Berdasarkan proses, pelaksanaan, dan hasil yang dicapaimaka disarankan kepada:

1.    guru, agar membiasakan menggunakan model pembelajaran discovery learning  dalam menelaah struktur  teks cerpen.

2. guru, agar selalu berinovasi dalam memecahkan masalah pembelajaran.

3.  Kepala sekolah, agar memberikan dukungan terhadap inovasi guru di dalam menecahkan masalah pembelajaran.


DAFTAR RUJUKAN

 

Ariyana,Yoki, dkk.2019. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta : Direktorat jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Marjuki. 2019. Strategi Memilih Model Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik: Seminar Online.

Permen Nomor 22 Tahun 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

 Mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs - SMA/MA.Jakarta : Depdiknas.

Sakdiyah, Mislinatul.2007. MateriDiklat Pembelajaran Apresiasi Sastra.

Surabaya: LPMP Jatim.

.

 

 

 

 

 

 

 

 

MENGELOLA SEMANGAT MENULIS

 

MENGELOLA SEMANGAT MENULIS

Oleh : Khatijah


 

            Menulis merupakan aktivitas yang mengharuskan seseorang bisa bersikap sabar, ulet, dan telaten. Prinsip ini harus dipegang teguh oleh seorang penulis. Tanpa prinsip ini kemungkinan semangat kita mudah down. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata sabar  yang pertama adalah  tahan terhadap cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah. Sedangkan arti kedua, sabar adalah tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu.

Kata ulet memiliki arti liat; kuat (tidak mudah putus, tidak getas); tidak mudah putus asa yang disertai kemauan keras dalam berusaha mencapai tujuan dan cita-cita. Arti kata telaten, masih menurut KBBI adalah sabar dan teliti (dalam mengerjakan sesuatu); cermat.

            Jika kita mengkaji ketiga kata tersebut artinya saling berkaitan satu sama lain. Jadi, intinya menjadi seorang penulis harus memiliki semangat tinggi, memiliki kemauan keras, tidak mudah putus asa, dan teliti dalam menuangkan setiap gagasan di dalam tulisannya. Prinsip ini akan membuat seorang penulis tidak goyah jika mendapatkan sebuah cobaan. Misalnya menghadapi banyaknya kritik terhadap tulisan kita. Penulis dilarang alergi terhadap kritik. Kritik selalu kita jadikan pembangun semangat untuk menulis lebih baik lagi. Kritik juga menjadi support bahwa kita pasti bisa menjadi penulis hebat.

            Penulis selalu teringat bahwa di balik aktivitas menulis ini ada tujuan yang tidak boleh ditinggalkan. Pertama menulis merupakan aktivitas yang berhubungan dengan hobi. Karena sudah menjadi kesenangan hati, maka dengan menulis sama dengan menciptakan suasana hati menjadi senang. Hal itu bisa kita rasakan setelah kita menyelesaikan tulisan kita. Disitulah terjadi katarsis dalam diri kita. Ada perasaan lega, senang, dan bahagia.

            Selain menulis dapat membahagiakan hati diri sendiri, menulis menjadi aktivitas yang dapat mencerdaskan otak. Proses cerdas itu dapat kita peroleh saat kita memaksakan diri untuk menuliskan ide-ide, memilih kata, menyusun kalimat, bahkan sampai pada teknik penulisan. Semua itu tidak serta merta kita dapatkan. Namun, proses belajar yang luar biasa sangat  kita perlukan. Misalnya saja, kita akan menuliskan sebuah ide. Kita dituntut untuk  memilih, memecah menjadi sub-sub ide, dan mengurutkan agar sub-sub ide yang kita kembangkan menjadi sistematis. Bukankah ini merupakan proses berpikir yang perlu kita asah? Demikian juga dalam memilih kata dan menyusun kalimat. Kita pasti selalu mempertimbangkan pemilihan kata sesuai dengan jenis tulisan kita. Apakah jenis tulisan yang memerlukan kata-kata denotatif, atau tulisan yang memerlukan bahasa yang bermakna konotatif, kias, dan simbolis? Kita perlu membuka kamus, misalnya Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sebelum kita memilih kata yang cocok digunakan di dalam tulisan kita. Selain itu, kita juga mempertimbangkan susunan kalimat yang akan kita tulis. Kita harus selalu belajar Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) agar penulisan kita benar. Nah, di sinilah kita akan membentuk diri menjadi pribadi yang literat. Semakin literat, semakin cerdas.

            Dalam setiap tulisan pasti terkandung nilai-nilai yang akan kita tanamkan atau akan kita informasikan kepada pembaca. Itulah tujuan utama kita menulis. Bahagia rasanya bisa menuliskan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain. Entah itu berupa informasi langsung ataupun berupa pesan moral yang tersirat dalam setiap karya fiksi dan puisi. Jika kita mengingat hal-hal di atas, tidak mungkin ada kata putus asa bagi seorang penulis.

Mulailah menulis tentang apa saja. Jadikan kebiasaan yang tidak memberatkan. Semoga bermanfaat.

 

 

Selasa, 21 Juni 2022

@cerpen Dimanakah Dirimu


Dimanakah Dirimu

Oleh: Khatijah

Malam ini aku berdandan istimewa.Sekali-sekalilah aku ke salon. Selain ini sebagai malam terakhir bertemu teman-teman SMA dalam acara malam pelepasan kelas dua belas, aku ingin lebih cantik dari biasanya. Semua kulakukan semata-mata untuk seseorang yang pernah menembakku dua bulan sebelum ujian sekolah.

Waktu itu aku duduk sendiri di taman sekolah. Bunga-bunga bugenvil warna ungu dan putih lagi bermekaran seiring datangnya musim kemarau. Di situlah aku duduk sambil membaca buku yang berisi materi esensial untuk ujian sekolah. Aku sengaja memilih tempat ini agar lebih tenang dan semua yang kupelajari bisa terekam di otakku.

Lagi asyik-asyiknya mencoba memecahkan soal matematika, aku dikagetkan oleh suara langkah. Belum sampai aku menengok untuk memastikannya, mendadak pandanganku gelap karena terhalang oleh dua telapak tangan yang menutup mataku dari belakang. Tentu saja aku berteriak dan meronta-ronta. Aku yakin bahwa ada orang yang akan menjahatiku. Seiring dengan teriakanku dia lepaskan kedua tangannya, seraya menenangkanku dengan bisik lirihnya.

“Irene, maafkan aku. Terimalah ini dariku!”. Seikat buket bunga mawar merah diserahkan kepadaku.

Aku terbelalak. Ada debaran kencang di dadaku. Aku tak pernah menduga orang yang selama ini selalu hadir di pikiranku, tiba-tiba menyerahkan bunga  cantik. Seolah dia tahu bahwa aku suka sekali bunga mawar. Rasa malu menjalari tubuhku. Panas dingin mendadak kurasakan. Sejenak kupandang buket bunga  itu.

“Agha, apa maksudmu?” Spontan kalimat itu meluncur dari bibirku.

            Bibir Agha sedikit mengembang. Rona merah di wajahnya bisa kuterjemahkan bahwa dia dalam kondisi grogi. Gemetar tangannya tampak jelas hingga pada gerak buket bunga yang belum juga kuterima.  

            “Iren, maukah kamu berteman denganku. Terimalah tanda pertemanan dariku ini!” pintanya terdengar tulus.

            Aku menarik napas dalam-dalam sebelum tanganku terulur menerima bunga di tangannya.

            “Pertemanan yang bagaimana Agha, bukankah selama ini kita sudah berteman selama tiga tahun?” tanyaku menyergap kalimatnya yang tidak jelas maknanya itu.

            “Sebentar lagi kita akan meninggalkan sekolah ini. Akan ada perpisahan antara kau dan aku. Inginnya aku berteman selamanya meskipun kita tidak satu sekolah lagi. Tapi papaku meminta aku harus melanjutkan study di Jakarta,” dia berhenti sejenak tidak melanjutkan kalimatnya. Diusapnya wajahnya yang berkeringat. “Terimalah ini, sebagai tanda bahwa aku tetap akan menjalin rasa seperti yang selama ini bergelora di dadaku. Maukah kamu, Iren?”

            Aku kebingungan. Meski tanpa seucap kata, kuulurkan tanganku untuk menerima buket bunga itu yang merupakan simbol bahwa aku memiliki rasa yang sama dengannya.  

            “Terima kasih, Iren. Sehari setelah ujian selesai, papaku mengajak ke Jakarta untuk mencari Perguruan Tinggi yang cocok untukku.” Agha mengakhiri kalimatnya saat dua teman cewekku datang.

            “Hayo, lagi romantis-romantisan ya,” goda Nindy salah satu dari mereka.

            “He, ayo kembali, Nin. Rupanya kita mengganggu, Nih,” ajak Echa sambil menarik tangan Nindy.

            Dasar Nindy, temanku yang satu ini memang terkenal badung. Tak mau dia menuruti ajakan Echa. Dia justru menggodaku dengan merebut bunga-bunga cantik dari tanganku. Lalu ditemangnya serupa menimang seorang bayi sambil menyanyikan lagu ‘Nina Bobok’. Spontan aku tertawa terbahak-bahak melihat tingkahnya yang lucu. Demikian juga Echa dan Agha. Tak kuat mendapat olok-olok, Agha melarikan diri.

            Malam ini merupakan hari yang kunanti. Aku akan mengajak Agha berfoto bersama setelah acara ini selesai. Aku sengaja berangkat lebih awal agar bisa duduk di kursi paling depan. Dengan begini Agha mudah menemukanku saat dia datang. Namun, sampai acara dimulai aku tak melihat Agha. Aku tak yakin kalau dia berada di bagian belakang.

            Hatiku lega karena acara yang sempat mundur sekitar satu jam, akhirnya dimulai. Hingga Pak Aldy sebagai Kepala Sekolah, sudah maju untuk mengumumkan pemeroleh peringkat terbaik, mataku masih sibuk menelusuri baris-baris tempat duduk cowok. Masih juga tak kutemukan Agha. Aku terkejut ketika namaku dan nama Agha juga disebut di antara sepuluh siswa.

Semua pemegang sepuluh besar diminta maju untuk mendapatkan penghargaan dari sekolah. Gundahku semakin memuncak saat hanya Agha yang tidak tampak. Hingga sebuah pigura besar berisi foto Agha dibawa oleh seorang teman yang mewakilinya. Kulihat beberapa orang yang hadir, mengusap air mata. Lalu aku histeris ketika Kepala Sekolah mengalungkan medali pada foto Agha. Kepala Sekolah mengatakan bahwa Agha mengalami kecelakaan di jalan menuju tempat acara ini.                                                                                                                                                                                                                                                  Bondowoso, 22 Juni 2022              

  

Minggu, 19 Juni 2022

Taman Wisata Keong Mas


Rabu, 15 Juni 2022

Puisi-puisi

Akankah

Akankah jalan trus berliku
dalam gulat gerimis pagi
mandikan kabut di aroma tanah basah
renungi kemilau bintang di langit tertelan
awan hitam bersorak memaki
dalam bahak memekak
galaukan angkasa jiwa
senyum tinggal seulas manisnya
tapi gerimis trus menyiram
Oktober 2013





Senin, 13 Juni 2022

Menuis Cerita Fiksi Bikin Nagih @2


 

Menuis Cerita Fiksi Bikin Nagih

@2

Oleh : Kahtijah, S.Pd

Seperti sudah saya tuliskan pada tulisan sebelumnya, bahwa di dalam tulisan fiksi kita menghadirkan tokoh-tokoh. Ada tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak berperan di dalam cerita. Tokoh utama didefinisikan sebagai orang yang punya pengaruh paling besar dibanding tokoh lainnya. Dia berpotensi mengubah alur, membuat konflik, bahkan menyelesaikan permasalahan yang diceritakan (Nurgiantoro). Seperti layaknya manusia, tokoh-tokoh dalam cerita juga memiliki ciri, kebiasaan, dan sifat-sifat yang membedakan antara tokoh yang satu dengan tokoh lain. Dalam cerita pendek atau novel, penulis lebih leluasa menggambarkan karakter tokoh atau penokohan. Penokohan meliputi penokohan lahir dan penokohan batin.

Penokohan lahir adalah penggambaran ciri fisik tokoh. Misalnya menggambarkan bagaimana warna kulitnya, rambutnya, hidungnya, cara berjalannya dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca pada contoh di bawah ini.

Mirna Arsita, nama lengkap gadis itu. Teman-teman di kampus hampir semua mengenalnya. Sosok berkulit kuning langsat itu selalu menyapa lebih dulu kepada orang yang ditemuinya. Oleh karenanya, siapa pun yang bertemu dengannya pasti cepat akrab. Dalam suasana bagaimana pun, ia tidak lepas dari make up tipis yang menambah penampilan wajahnya tampak segar. Lesung pipit di wajahnya menjadi ciri khas bagi dirinya yang selalu tampak tersenyum. Karena orang tuanya tergolong berada, penampilannya pun selalu trendi. (Khatijah: Sejingga Rembulan)

Sedangkan penokohan batin merupakan penggambaran sifat, watak, kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh tokoh. Misalnya pemberani, pemaaf, pendendam, penakut dll. Berikut contoh penggambaran sifat tokoh Farel yang penyabar.

Keikhlasan Farel menerima sikapnya sangat diapresiasi oleh Dian. Betapa anak muda itu memiliki kebesaran hati yang luar biasa. Sejak nomor HP-nya diblokir, tidak disapa, hingga sekarang terkesan dicuekin, diterimanya tanpa sikap yang menunjukkan marah atau tidak senang. Sikapnya yang tidak menunjukkan tidak mengejar jawaban, sangat dipujinya. Demikian juga sikap tidak memaksakan perasaan orang lain seperti apa yang dikehendaki, membuat Dian semakin menghargai anak muda itu.( Khatijah : Selendang Merah Jambu)

Penulis dapat menyampaikan analisis sifat atau karakter tokoh itu dengan berbagai teknik. Bisa dengan cara menjelaskan secara langsung seperti pada contoh di atas. Bisa juga melalui dialog antartokoh, melalui penjelasan tokoh lain, atau melalui ucapan dan tingkah laku tokoh. 

Selain tokoh dan penokohan, latar atau setting menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya dengan unsur pembangun cerita yang lain. Penggambaran setting yang kuat akan membantu pembaca memaknai isi cerita. Setting merupakan bagian cerita yang menggambarkan waktu, tempat, dan suasana sebuah peristiwa terjadi.

Bondowoso, 9 November 2021

  

 



Entri yang Diunggulkan

Puisi-Puisiku

  Puisi-Puisiku Oleh: Khatijah   1.        MENDEKAP HARAP Kupatahkan ragu di tiang rapuh Menjaga rasa cita pada setia Di cadas lin...