Rabu, 20 Juli 2022

Tokoh Dalam Novel

 



Tokoh Dalam Novel

 

Tokoh-tokoh dalam cerita novel memiliki karakter atau watak masing-masing. Seperti kehidupan di dunia nyata, tokoh-tokoh itu memiliki karakter atau watak yang berbeda-beda. Ada yang berkarakter baik, ada pula yang memiliki karakter jahat, pemalu, penakut dan sebagainya. Dengan mengenal karakter tokoh-tokoh dalam cerita ,kita dapat menyikapi berbagai karakter yang kita temui di dalam kehidupan nyata.

 

            Di dalam novel ditemukan tokoh dengan karakter masing-masing. Seperti halnya hidup di masyarakat, kita juga sering menemukan karakter orang yang berbeda-beda. Dengan biasa mengenal karakter tokoh-tokoh, maka kita dapat  meniru karakter yang baik, dan tidak mencontoh karakter yang tidak baik.Membaca novel sangat bermanfaat, karena dari novel tersebut kita dapat mempelajari kehidupan.

 

Bacalah penggalan novel remaja berikut!

Bu Rini hanya diam. Pertanyaan Farel bak sembilu meretas hati dan jantungnya. Rasa sakit itu kembali ia rasakan. Dian memang tidak punya ayah. Sejak kecil ia tak mendapatkan kasih sayang ayah. Setiap ada pertanyaan tentang ayah Dian, wanita ini hanya menahan air matanya agar tidak tumpah. Terlalu naif baginya menangis di depan orang banyak hanya karena laki-laki. Ia sudah membuktikan kepada orang-orang yang melihatnya sebelah mata bahwa ia bisa mendidik dan membesarkan Dian tanpa laki-laki. Dian tumbuh menjdi gadis yang pintar, dan saleha.  Ia  bingung mau menjawab Farel bagaimana. Apakah ia akan mengatakan sesungguhnya atau ia akan memberikan jawaban seperti yang diberikan kepada Dian. Wanita itu sudah terlanjur merahasiakan keberadaan ayah Dian yang sesungguhnya. Ia menceritakan kepada Dian bahwa ayahnya sudah meninggal Dunia. Ia memang tidak pernah mendengar kabar tentang Hendro mantan suaminya itu. Namun, ia yakin bahwa laki-laki itu masih hidup. Hanya saja ia tidak pernah tahu di mana ia berada. Sejak Dian masih bayi, laki-laki itu tidak pernah menampakkan batang hidungnya.

“Nak Farel pulang saja, biarkan saya sendirian menjaga Dian,” kata Bu Rini.

“Ya,Bu,” sahut Farel.

Malam terus merangkak. Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00. Farel belum segera beranjak dari duduknya. Ia merasa kasihan kepada Bu Rini yang harus menjaga Dian sendirian. Ia belum mendapatkan jawaban dari Bu Rini tentang ayah Dian. Apakah ayah Dian mau datang atau tidak. Ketika ditanya, Bu Rini mengalihkan perhatian. Di sisi lain,  Farel tidak tenang karena ia belum berpamitan dengan ayah dan ibunya.

Tiba-tiba HP Farel berbunyi.

“Halo,” sahut Farel.

“Kamu lagi di mana, Farel?” tanya ayahnya.

“Di rumah sakit, Yah,” jawab Farel, “ngantarkan teman yang kecelakaan,” jelasnya.

(Selendang Merah Jambu: Khatijah. Halaman 67)


Setelah membaca kutipan novel di atas tentu perasaan Anda senang sekali. Apa lagi kalau Anda membaca novelnya yang utuh, pasti lebih menyenangkan.

Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian peristiwa cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya.Selain senang, pasti Anda dapat menentukan karakter tokoh-tokoh yang terdapat di dalam novel tersebut. Karakter adalah watak yang melekat pada diri tokoh. Tokoh-tokoh yang terdapat di dalam kutipan novel di atas memiliki karakter yang berbeda-beda. Di dalam novel terdapat tokoh-tokoh.

Tokoh adalah yang memerankan cerita dalam novel tersebut. Tokoh novel ada bermacam-macam. Ada tokoh utama, dan ada tokoh sampingan/ tokoh pembantu.

Tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peran utama di dalam cerita tersebut.

Tokoh tambahan atau tokoh sampingan adalah tokoh yang memiliki peran membantu jalannya cerita.

Menurut karakter tokoh, dapat dibedakan menjadi :

1.    Tokoh Protagonis adalah tokoh yang memiliki karakter baik.

2.    Tokoh Antagonis adalah tokoh yang memiliki karakter jahat.

3.    Tokoh Tritagonis adalah tokoh yang bersfat netral, yang berfungsi menjadi pelerai dalam cerita tersebut.

Misalnya ada yang karakternya baik, ada yang berkarakter jahat, ada yang penakut. Tokoh-tokoh dalam kutipan novel di atas dapat kita analisis karakternya.

 

 

 

Sumber: 1.Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia. Klas 7. Semester 2. Tokoh Novel. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten BondowosoTahun 2017. Oleh : Khatijah

                2. Selendang Merah Jambu. Novel. MediaGuru.Khatijah


 

 

 

Selasa, 19 Juli 2022

Mengenal Puisi Baru

 


Foto: Koleksi Pribadi





Mengenal Puisi Baru

Cara- Cara Menulis Puisi Baru

Pernahkah Anda menuliskan gagasan-gagasan ke dalam bentuk puisi? Anda akan mengenal bentuk puisi baru dan setelah mempelajari materi dan contoh puisi baru, Anda akan berlatih menulis puisi baru.Kalau puisi lama ada jenis pantun, gurindam, dan karmina, maka jenis puisi baru berbeda dengan puisi lama. Selain jenisnya berbeda, ciri-cirinya juga berbeda.

Jenis –Jenis Puisi Baru

a.     Puisi  Epik adalah puisi  yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah.

b.    Puisi Naratif adalah puisi yang didalamnya mengandung suatu cerita, menjdi pelaku,perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu peristiwa

c.      Puisi Lirik adalah puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endpan pengalaman, sikap, maupun suasan batin yang melingkupi. Misalnya puisi-puisi Chairil anwar, Sapardi Joko Damono dan lain-lain

d.    Puisi Dramatik adalah salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan,dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu.

e.      Puisi Didaktik adalah puisi yang mengandung nilai-nilai pendidikan yang umumnya disampaikan secara eksplisit.

f.      Puisi Satirik adalah puisi yang berisi sindiran atau kritik terhadap kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat.

g.     Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta seseorang kepada sang kekasih.

h.    Elegi adalah puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih dan kedukaan seseorang.

i.       Ode puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan.

j.       Hymne adalah puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun unkapan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

 

 

Bait

Bait  merupakan satuan yang lebih besar dari baris yang ada di dalam puisi.

  Rima/sajak

Rima atau sajak adalah bunyi yang  berulang, baik dalam larik puisi maupun di akhir larik-larik puisi.

Contoh Puisi

 

Salju

Ke manakah pergi

Mencari matahari

Ketika salju turun

Pohon kehilangan daun

 

Ke manakah jalan

Mencari lindungan

Ketika tubuh kuyup

Dan pintu tertutup

 

Ke manakah lari

Mencari api

Ketika bara hati

Padam tak berarti

Ke manakah pergi

Selain mencuci diri

                                 Karya : Wing Kardjo

 

Setelah membaca puisi karya Wing Kardjo yang berjudul ‘Salju’ di atas, coba pusatkan perhatian Anda pada bunyi-bunyi yang terdapat di dalam puisi tersebut. Pada empat baris di atas terdapat bunyi yang berulang pada akhir baris yaitu bunyi vokal i pada kata pergi dan matahari, Bunyi un berulang pada kata turun dan daun. Bunyi yang berulang seperti pada baris pertama dan kedua, dan baris ketiga dan keempat itulah yang disebut rima atau sajak.Demikian juga pada baris kelima dan keenam, dan baris ketujuh dan kedelapan Karena letaknya berada di akhir baris, maka disebut rima akhir.

Dalam puisi baru keindahan bunyi tidak harus berada di akhir baris, tetapi bisa juga berada di awal baris atau di tengah baris.  Dalam puisi di atas juga ada pengulangan kata ‘ketika’ hal seperti itu disebut rima identik.Sedangkan pada baris’pohon kehilangan daun’  tredapat pengulangan konsonan “N”, yang disebut aliterasi. Sedangkan pengulangan bunyi-bunyi vokal desebut asonansi Misalnya  pengulangan bunyi ‘e’ pada kata ke manakah pergi.Penggunaan rima pada puisi baru akan lebih bebas atau tidak terikat seperti pada puisi lama. Selain itu pilihan kata yang digunakan dalam puisi baru tidak terikat seperti pada puisi lama.

4.Irama adalah paduan bunyi yang menimbulkan unsur musikalitas , baik yang merupakan tinggi rendah, panjang pendek, kemerduan, kesan, suasana, serta nuansa makna tertentu.

5.Ragam Bunyi meliputi euphony, cacophony, anomatope.

Euphony (bahasa Inggris) : sifat bunyi yang enak kedengarannya

Cacophony ( bahasa Inggris) : bunyi hiruk pikuk

(Sumber: Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia Getar Desa, Menulis Puisi Baru, Kels : X, Semester 1 Oleh : Khatijah,S.Pd)

Kamis, 14 Juli 2022

Berburu Ide Menulis

 

                                                            Foto: Koleksi Pribadi
                                                        
                                                       
    
                                                            Berburu Ide Menulis

Oleh: Khatijah

Menulis merupakan kegiatan yang menyenangkan. Namun, biasanya terkendala dengan menemukan ide. Ide tidak datang begitu saja. Namun, kita harus memburunya. Sebenarnya banyak ide yang berseliweran di sekeliling kita. Namun, keraguan untuk mengangkatnya menjadi sebuah tulisan membuat kita tidak segera memulai menulis. Kadang-kadang terlalu banyak pertimbangan. Takut idenya kurang pas atau kurang menarik. Padahal kalau kita berani mengembangkan menjadi tulisan kadang akan membuat kita tercengang.

Kejadian-kejadian yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan merupakan sumber ide yang tidak akan kering. Sesuatu yang pernah kita alami sendiri menjadi sumber ide yang luar biasa untuk beberapa genre tulisan. Misalnya saja kita pernah pergi ke suatu tempat yang meninggalkan kesan  mendalam dalam pikiran kitadapat menjadi sumber ide yang bagus. Jika kita akan menulisnya dalam bentuk fiksi, kita tinggal mengimajinasikan dengan peristiwa, tokoh, konflik dengan menggunakan setting tempat, suasana, dan waktu dengan tempat itu. Bisa juga kita mengangkatnya dalam bentuk reportase, kolom, atau jenis tulisan lain.  Sumber ide yang tidak mudah kering dari ingatan adalah pengalaman. Hal-hal yang pernah kita alami, entah itu suka maupun duka bisa dijadikan sumber penulisan.

Bagaimana cara berburu ide? Hal-hal yang mudah untuk untuk menggali ide:

Pertama, kita catat semua kejadian yang kita alami. Kita bisa mencatatnya di ponsel karena ponsel merupakan benda yang jarang lepas dari tangan kita. Bisa dengan cara membuat grup WA dengan anggota dua atau tiga orang terdekat. Kalau sudah terbentuk grup, lalu keluarkan anggota tersebut. Tinggalah kita sendiri yang menjadi anggota grup. Nah, dengan begitu, kita leluasa untuk mencatat apa saja yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan. Selain mencatat kejadian, kita dapat memfoto atau memvideokan. Dari foto dan video kita akan menggali ide sebanyak-banyaknya.

Cara yang kedua, banyak membaca baik berupa karya orang lain atau berita. Taufik Ismail  pernah berpendapat “Rabun Membaca Lumpuh Menulis, kiranya hal itu benar adanya. Seseorang yang rajin membaca akan mudah menuangkan ide-ide cemerlang. Sedangkan orang yang jarang membaca akan kesulitan memunculkan ide. Orang yang sering membaca, akan mengembangkan kalimat dengan mudah. Dia akan menuliskan kalimat-kalimat mengalir begitu saja tanpa harus dipaksa. Hal itu sudah terbukti. Untuk itu membaca harus selalu kita lakukan setiap waktu.

Ketiga, ikut di komunitas penulis. Dengan ikut di komunitas ini kita akan termotivasi untuk menulis seperti yang dilakukan oleh anggota komunitas itu. Kita juga bisa membaca karya-karya mereka. Dari sini kita banyak mendapatkan ide menulis.

Keempat, berusaha dengan berpikir keras untuk menemukan ide. Memulai menulis dengan selalu mengasah semangat. Semangat yang tertanam di dalam diri kita, akan memudahkan kita mendapatkan ide penulisan. Mengapa bisa seperti itu? Jawabannya mudah. Jika  kita sudah bersemangat untuk menulis, kita akan berusaha keras. Di luar dugaan, jika kita mulai menulis kadang ide-ide bermunculan dengan sendirinya.

Mulailah menulis apa saja yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan. Mulailah dengan satu kalimat. Teruslah berpikr fokus pada apa yang sudah kita tulis itu. Lanjutkan menuliskan kalimat-kalimat berikutnya dengan menggunakankata kata rujukan atau dengan repetisi dari inti yang kita biscarakan. Maka pengembangan ide-ide tentang tulisan kita akan mengalir. Berhenti sejenak, bukan merupakan masalah. Maka kalau ide sudah buntu berhentilah, kerjakan apa saja aktivitas kita yang biasa kita lakukan. Suatu ketika kadang-kadang kita mendapatkan ide baru untuk melanjutkan tulisan kita. Segera menuliskan ide yang kita dapatkan tersebut untuk mengembangkan tulisan yang sudah ada. Hal itu dilakukan agar ide tersebut tidak hilang.

 

Selasa, 05 Juli 2022

Tembang di Kaki Bukit Part 103

 


Tembang di Kaki Bukit

Part 103

                                                                Oleh: Khatijah

            Kening Bu Kades mengernyit hingga garis-garisnya tampak nyata. Bola matanya menajam. Suaranya melengking. Tergambar kepongahan menguasai jiwanya. Rasanya dia ingin bicara bahwa tak ada lagi orang yang berkuasa di rumah ini.

            “Kata Bu Marni itu benar. Ibuku yang sekarang juga berada di rumah ini adalah pemilik resmi rumah yang bertahun-tahun Bu Kades tinggali. Bu Kades coba pikir, ayah kan menikahi ibuku sebelum bertemu Bu Kades. Hanya karena nasib saja ibuku harus berpisah dengan ayah. Ketika kakek dan nenekku meninggal hanya Bu Marni yang ada di sini karena ibuku harus ikut suaminya dan dalam kondisi jiwanya tergoncang. Maka Bu Marni meminta ayah turut menjaga rumah ini sampai saya dewasa. Begitu kan Bu Marni?” Aku mencoba memberikan penjelasan seperti yang pernah disampaikan oleh Bu Marni dan ayah kepadaku beberapa bulan yang lalu.

            “Hebat, kamu anak manis! Pandai sekali kamu mengarang cerita. Jadi, menurutmu ini milik kakek nenekmu, makanya ibumu juga enak-enakan di sini.” Bu Kades menyahut dengan cepat seraya berdiri dan melangkahkan kakinya ke ruang dalam. Sementara, menantunya sempoyongan dan mengikuti di belakang. Buru-buru aku mendahului mereka. Kedua tanganku kurentangkan sebagai usaha untuk mencegah mereka masuk ke kamar ibu. Tak bisa kubayangkan apa yang akan terjadi pada ibu jika dua wanita itu menemukannya. Bu Marni hanya bisa berteriak-teriak di belakang mereka. Dia mencoba menghalangi dengan ucapan-ucapannya. Namun, pendengaran Bu Kades dan menantunya seolah sudah tertutup rapat. Mereka terus menerobos. Tubuhnya yang berbalut emosi meledak, berhasil menyingkirkan aku.

            Tahu benar bahwa hanya ada satu kamar utama yang biasa dia tempati. Ke tempat itu dia melanjutkan langkahnya. Tanpa permisi dia langsung membuka pintu dengan kasar. Aku berusaha mendorongnya agar tidak bisa masuk, tapi kekuatan fisik tak berimbang. Meski dia telah berumur, tapi dia lebih kuat untuk balik mendorongku hingga aku tersungkur.

            Aku merasakan sakit luar biasa di dada kiriku. Sebuah kursi kayu yang berada di dalam kamar tertimpa tubuhku. Aku meringis kesakitan. Namun, semua kutahan saat Bu Kades mamaksa ibu dengan menyeretnya ke luar kamar. Secepat kilat kusambar tubuh ibu dan kupeluk erat. Bu Marni hanya terpana menyaksikan keberingasan Bu Kades.

            “Jangan Bu, tolong jangan perlakukan Jeng Suni seperti ini. Kasihan dia,” tangis Bu Marni sambil berusaha menghalanginya.

            Bu Kades tak memedulikan. Terus saja dia membuka almari dan mengambil baju-baju ibu dan bajuku. Entah kekuatan apa yang membuatnya jadi beringas. Baju-baju itu dibawanya keluar dan sebagian kocar-kacir di lantai sepanjang dia lewat. Bibirnya tidak berhenti berbicara. Tak jelas apa yang dibicarakan. Sedangkan wanita muda yang bernama Thalia tidak turut serta membuang baju-baju itu ke luar. Barangkali dia sudah capai membawa perutnya, dia hanya mengawasi aku dan ibuku yang mencari tempat aman.

            Dengan air mata yang terus berderai, Bu Marni membantu memapah ibu. Wanita ini mengajak ibu menuju ke kamar belakang. Namun, belum sampai masuk ke dalam kamar, Bu Kades mendorong kami. Lagi-lagi aku jatuh tersungkur karena aku tetap menahan tubuh ibu agar tidak jatuh. Bersyukur Bu Marni bisa mengelak sebelum tangan-tangan kokoh Bu Kades beraksi.

            Aku mengambil keputusan sendiri. Tak ingin ibuku makin goyah pikirannya, kutelepon Wisnu. Sahabat sekaligus sepupuku dari bapak dan ibu yang mengasuh dan membesarkanku di desa.

            “Wis, aku bisa minta tolong? Datanglah kemari! Kalau bisa sewakan mobil! Bolehkan aku membawa ibu ke rumah nenekmu?”

            “Memangnya ada apa Seruni?” tanyanya terdengar khawatir.

            “Sudahlah, nanti kamu akan tahu. Yang penting cepat sewakan mobil ya!” pintaku tak sabar.

            Bu Marni menolak mengikuti aku dan ibu. Meski dia sangat shock. Dia bilang tidak berani meninggalkan rumah itu karena dia memegang amanah. Aku membenarkan dia. Bahkan Bu Marni rela jika Bu Kades akan marah kepadanya gara-gara membela aku dan ibu.

            Bu Kades masih belum berhenti bicara saat sebuah mobil memasuki halaman. Sebentar kemudian mobil diparkir di dekat pohon beringin. Wisnu segera turun dan menemui aku. Sedangkan sopirnya tampak berbicara dengan sopir Bu Kades yang sejak tadi tiduran di kursi panjang di bawah pohon itu.

            “Wis, tolong aku!” pintaku sebelum Wisnu sampai di depanku.

Wisnu mempercepat langkahnya. Agaknya dia tahu kode-kodek agar dia membantu memapah ibu ke mobil yang dibawanya. Aku bersalaman dengan Bu Marni yang sesenggukan sambil mengelus punggung ibu. Aku bersyukur ibu tampak semakin sehat fisik dan pikirannya. Dia sempat berpamitan kepada Bu Marni. Matanya berkaca-kaca. Sepertinya dia paham benar akan semua yang terjadi.

            “Ma, kita naik mobil itu ya,” bisikku lirih sambil menunjuk ke arah mobil yang diparkir.

            Dia mengangguk pelan. Diusapnya sisa air mata yang masih membasah di pipiku. Lalu kakinya tampak semakin kuat ketika harus melewati hamparan rumput menghijau. Meski begitu, aku dan Bu Marni tetap memapahnya sampai dia duduk di jok mobil. Dia memilih di bagian tengah. Kutatap mata sayunya sambil kukembangkan senyum padanya.Kusembunyikan gejolak hati karena emosi telah mempermainkan.Tak kupedulikan baju-bajuku dan baju ibu yang tetap berserak di halaman menutup sebagian taman rumput yang berada di dekat pintu. Bu Marni melangkah keluar dari mobil saat sang sopir menghidupkan mesin. Dia harus kembali ke rumah itu dengan menanggung segala risiko. Menghadapi dua wanita cantik yang lenyap kecantikannya karena tak punya hati.

            “Bu, saya sama Ibu pamit ya. Bu Marni baik-baik di sini. Jangan pikirkan kami. Bu Marni, kami akan lebih tenang di rumah nenek Wisnu,” kataku kubisikkan di dekat telinganya saat aku memeluknya erat. “Terima kasih, atas semua kebaikan Bu Marni.”

            Sekuat apa pun aku menahan genangan air mata, ternyata tumpah juga  ketika Bu Marni tidak mau melepas pelukanku. Sedunya membuat badannya terguncang. Semakin erat saja kedua tangan rentanya memelukku.

            “Sudah Bu, kasihan Ibu. Biarlah dia segera istirahat di rumah kos. Nenek Wisnu juga baik. Insyaallah, dia akan menerima ibu sepenuh hati.”

            Perlahan kami melepas pelukan. Lalu Bu Marni mengelus tangan ibuku. Air matanya semakin tumpah-ruah. Setelah itu, dia mundur dan berdiri di dekat rerimbunan bunga bungur. Kulepas wanita yang seumur hidupnya mengadikan diri di rumah besar ini serupa melepas mahkota-mahkota berwarna ungu yang berserak menutup tanah di bawah pohon bungur. Ikhlas, tapi tetap kupikirkan keberadaannya.

                                               

                                                                        Bondowoso, 6 Juli 2022

 

 

Senin, 27 Juni 2022

GEMAR MEMBACA AWALI SUKSES ANDA

 


GEMAR MEMBACA AWALI SUKSES ANDA

Oleh: Khatijah

 

Pembelajaran memerankan tokoh fabel merupakan pembelajaran yang sangat menarik bagiku, bagaimana tidak? Siswa-siswa kelas tujuh A yang saya ajar saat itu,terlihat antusias sekali dalam mengikuti pelajaran. Setelah anak-anak membaca senyap, saya percaya bahwa mereka sudah benar-benar paham tentang isi fabel. Demikian juga terhadap apa yang sudah mereka baca.Saya berkesimpulan bahwa  mereka membaca dengan baik. Saya pun berkeliling dari meja satu ke meja yang lain, dengan maksud mengecek semua siswa apakah sudah membaca atau hanya pura-pura membaca. Saya berhenti di sebuah meja yang diduduki oleh seorang anak laki-laki. Ia terlihat bingung. Sesekali ia membuka-buka bukunya.

“Sudah selesai membacanya?” tanyaku kepada anak itu.

Ia tidak menjawab. Saya pun bertanya tentang isi yang terdapat di dalam paragraf pertama. Lagi-lagi ia tidak menjawab. Bahkan ia kelihatan bertambah bingung dengan pertanyaan saya. Saya tahu bahwa ia tidak membaca. Bukan karena tidak bisa membaca, tetapi ia memang malas membaca.

            Saya pun segera membagi kelompok dengan anggota kelompok masing-masing empat orang, sesuai dengan jumlah tokoh dalam fabel yang akan diperankan. Kegiatan kelompok pun dimulai yaitu menganalisis watak tokoh dalam fabel. Semua anggota kelompok sudah menempati tempat masing-masing. Terlihat beberapa kelompok benar-benar melaksanakan tugas menganalisis watak tokoh fabel dengan antusias. Mereka tampak beberapa kali mengulang membaca teks fabel tersebut dengan serius untuk memahami watak tokoh dalam fabel itu. Beberapa menit kemudian mereka sudah memahami watak tokoh yang akan mereka perankan. Bahkan mereka sudah membagi tugas peran kepada setiap anggotanya.Tidak demikian dengan dua kelompok lain yang sejak awal ogah-ogahan membaca. Mereka tak satu pun yang  menguasai peran yang sudah mereka sepakati. Mereka masih tampak kebingungan untuk memerankan tokoh masing-masing.

            Akhirnya, dua kelompok tersebut saya anjurkan untuk membaca ulang teks cerita fabel secara keseluruhan. Kemudian setelah itu mereka saya pandu untuk menganalisis masing-masing perwatakan tokoh sesuai dengan peran masing-masing. Setelah itu mereka mencoba membuat dialog sesuai dengan peran masing-masing. Secara berulang mereka terus berlatih. Pada akhirnya mereka juga bisa memerankan tokoh fabel  seperti kelompok-kelompok lain.

Nah, dari peristiwa ini saya dapat menyimpuilkan bahwa membaca itu sebuah keharusan yang dilakukan semua orang jika ingin sukses mencapai sebuah prestasi. Karena dengan membaca semua orang bisa tahu tentang semua hal. Terlebih lagi jika membaca sudah menjadi sebuah budaya, pasti akan dilaksanakan dengan tanpa paksaan, tetapi membaca akan dilakukan dengan senang hati. Apa pun yang dilakukan dengan senang hati, pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik.

            Saya dapat mengambil makna atas semua peristiwa di kelas tujuh A yang saya ajar di atas. Anak-anak yang berada di kelompok yang tidak mau membaca, setelah diberi motivasi dan perhatian khusus, ternyata mereka bisa melaksanakan tugas dengan baik. Mereka dapat melaksanakan tugasnya setelah  membaca dengan sungguh-sungguh dan berulang-ulang. Namun, itu tidak cukup dilakukan sekali dua kali. Kita sebagai guru atau orang tua dari anak-anak kita harus tidak bosan-bosannya selalu memotivasi agar anak-anak mau membaca. Saya juga menyadari bahwa anak-anak itu harus selalu dimotivasi dan diawasi agar mereka mau membaca. Kita biasakan budaya membaca itu sejak anak-anak. Sebagai orang tua juga harus memberikan contoh kepada anak-anak dalam hal membaca. Faktanya membaca sangat bermanfaat. Tetapi sekarang ini anak-anak lebih sering bermain gatged daripada membaca buku. Semua mata pelajaran di sekolah dapat dipahami jika siswa membaca materi-materi itu dengan terampil dan baik. Demikian juga kejadian-kejadian di belahan dunia bisa kita ketahui melalui membaca. Kita dapat membuat sesuatu dengan bantuan membaca. Kita dapat menguasai semua ilmu dengan membaca. Membaca juga bisa mendapatkan banyak inspirasi. Misalnya inspirasi untuk selalu ingin berprestasi, ingin bersekolah di jenjang yang lebih tinggi, ingin sukses sesukses tokoh-tokoh sukses dunia.  Oleh karena itu, membaca harus selalu dilakukan dan digalakkan sehingga menjadi sebuah hoby atau kegemaran. Jika membaca sudah menjadi sebuah hobi atau kegemaran, kita akan merasa berkeinginan terus untuk membaca di mana pun kita berada. Pada akhirnya akan mudah mendapatkan kesuksesan.

            Kemampuan membaca di negara kita sangat rendah. Hal ini terbukti dengan hasil survai yang menyatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-60 tingkat kemampuan membaca dari 61 negara. Oleh karena itu, pemerintah mencanangkan program Gerakan literasi sekolah.

 Sejak tahun 2016 telah digulirkan program literasi dengan pembiasaan membaca yang dilakukan sepuluh menit sebelum pelajaran dimulai. Kemudian dilanjutkan tahap kedua yaitu tahap pengembangan, yang bisa dilaksnakan dalam kegiatan ekstrakurikuler, maupun jam kunjung perpustakaan. Pada saat ini program literasi sekolah sudah masuk di jenjang ketiga, yaitu literasi dalam pembelajaran. Pelaksanaan literasi pada tahap ini lebih mengharuskan siswa untuk lebih intensif membaca. Karena dalam program literasi ini setiap mata pelajaran melaksanakan kegiatan membaca dan diakhiri dengan menulis. Misalnya seperti merangkum,membaca buku lain yang sesuai dengan topik pembelajaran,kemudian siswa membuat kesimpulan.Tujuan penggunaan literasi dalam pembelajaran adalah untuk membangun pemahaman siswa, keterampilan menulis, dan keterampilan komunikasi secara menyeluruh serta dapat berpikir kritis dalam pemecahan masalah.

            Program ini begitu erat dengan peningkatan minat membaca siswa. Jika upaya pemerintah ini, benar-benar terlaksana dengan baik, maka minat  membaca siswa akan meningkat. Karena dengan program ini mau tidak mau siswa diharuskan membaca. Misalnya untuk dapat merangkum sebuah buku tidak akan bisa terlaksana tanpa membacanya  terlebih dahulu

            Kemampuan membaca  akan terwujud jika ada minat baca pada diri seseorang. Untuk menimbulkan minat baca pada diri seseorang dapat dimulai dengan menciptakan aktivitas membaca menjadi sebuah hobi atau kegemaran. Sebuah hobi atau kegemaran pasti akan dilakukan dengan senang hati. Kegemaran atau hobi tidak akan tumbuh dengan sendirinya tanpa dibangun terus-menerus dengan ketekunan dan pembiasaan. Motivasi mempunyai peranan penting untuk menumbuhkan hobi membaca, terutama motivasi dari dalam dirinya sendiri. Motivasi dari  tinggi dari orang lain juga sanagt  diperlukan yaitu motivasi dari orang-orang di sekitarnya, baiki dari guru ,orang tua, atau keluarga.

            Ada beberapa hal yang dapat dilaksanakan sebagai alternatif untuk menumbuhkan minat membaca agar menjadi sebuah hobi. Pertama kita harus menanamkan minat membaca ini sejak dini. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua  dengan cara membacakan dongeng kepada anak-anak seperti yang dilakukan orang tua zaman dulu kepada anak-anaknya. Orang tua harus berusaha membaca dogeng dengan menarik sehingga anak-anak akan tertarik untuk mendengarkan. Selain itu, dongeng harus dibacakan secara terus menerus agar anak-anak senang. Tentu saja sebagai orang tua harus pandai memilih bacaan dongeng yang mendidik. Dengan cara ini anak-anak akan menyukai dongeng. Selanjutnya mereka akan selalu merasa berkeinginan untuk mendengarkan dongeng. Kedua,jika anak-anak sudah menyukai dongeng,mereka akan berusaha mendapatkan dongeng yang tidak sempat dibacakan oleh orang tuanya.Seiring dengan perkembangan anak-anak bisa membaca,mereka akan mencari dongeng yang bisa dibacanya. Pada saat seperti ini orang tua harus mau menyediakan buku-buku dongeng atau buku apa saja yang sesuai dengan umur anak-anak.Ini merupakan awal dari pembentukan kegemaran membaca bagi anak-anak.Ketiga, orang tua atau guru sering-sering mengajak anak-anak untuk mengunjungi perpustakaan. Mereka diajak membaca dengan memilih sendiri bacaan yang ada di tempat itu. Penanaman membaca sejak anak-anak akan lebih efektif dibandingkan penanaman kegemaran membaca ini dilaksanakan pada usia remaja atau masa dewasa.Jika pada masa anak-anak sudah tertanam kegemaran membaca, maka pada masa remaja dan selanjutnya pada masa dewasa kegemaran membaca itu akan berlanjut dengan sendiirinya. Para remaja dan orang dewasa yang memiliki kegemaran membaca akan mudah mendapatkan kesuksesan di bidanga apa saja, pada kehidupan mereka.

           

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



Entri yang Diunggulkan

Puisi-Puisiku

  Puisi-Puisiku Oleh: Khatijah   1.        MENDEKAP HARAP Kupatahkan ragu di tiang rapuh Menjaga rasa cita pada setia Di cadas lin...