Sepotong Luka
Oleh:
Khatijah
Riani
menggigil. Tubuhnya basah oleh keringat dingin yang mengucur. Matanya memerah.
Pertanyaan Bu Anis, wali kelasnya telah
menyentuh perasaan yang terhalus. Tidak seperti teman-temannya, bagi Riani hal
itu sangat membuatnya malu. Betapa tidak, hingga masuk sekolah ini dia tak
pernah melihat bahkan mendengar di mana ayahnya berada. Jika dia bertanya
kepada ibunya, ibunya selalu marah dan menyuruhnya berhenti bertanya.
Bu
Anis jadi salah tingkah melihat perubahan gestur Riani. Dia bingung menentukan
kalimat yang membuat siswa baru itu pucat pasi. Menurutnya, pertanyaan yang
dilontarkan itu biasa-biasa saja, tidak berbeda dengan yang disampaikan kepada
anak-anak lain. Beruntung, ada Pak Hisyam yang berjalan di dekat mereka.
Langsung saja Bu Anis memanggilnya dan meminta bantuan agar bisa menenangkan
Riani.
Beberapa
kalimat motivasi terlontar dari bibir Pak Hisyam. Dia hibur Riani dengan cerita-cerita
tentang anak yang berprestasi. Bahkan dia ceitakan juga ada siswa berprestasi
yang tidak punya ayah dan ibu. Pak Hisyam menguatkannya dengan mengatakan bahwa
Riani lebih beruntung karena masih mempunyai ibu. Tampak perubahan di wajah
Riani. Dia semakin kuat. Lalu pelan-pelan Pak Hisyam menanyakan nama ibunya.
Betapa kagetnya guru itu setelah mendengar jawaban Riani. Ternyata Riani anak
kandungnya sendiri yang dia tinggalkan ketika masih bayi karena perceraian.Sepotong
luka terobek kembali di hatinya. Spontan dipeluknya anak itu.
Bondowoso, 18 Mei 2023
Tidak ada komentar:
Write Comments