Sabtu, 25 Juni 2022

MENGELOLA SEMANGAT MENULIS

 

MENGELOLA SEMANGAT MENULIS

Oleh : Khatijah


 

            Menulis merupakan aktivitas yang mengharuskan seseorang bisa bersikap sabar, ulet, dan telaten. Prinsip ini harus dipegang teguh oleh seorang penulis. Tanpa prinsip ini kemungkinan semangat kita mudah down. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata sabar  yang pertama adalah  tahan terhadap cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah. Sedangkan arti kedua, sabar adalah tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu.

Kata ulet memiliki arti liat; kuat (tidak mudah putus, tidak getas); tidak mudah putus asa yang disertai kemauan keras dalam berusaha mencapai tujuan dan cita-cita. Arti kata telaten, masih menurut KBBI adalah sabar dan teliti (dalam mengerjakan sesuatu); cermat.

            Jika kita mengkaji ketiga kata tersebut artinya saling berkaitan satu sama lain. Jadi, intinya menjadi seorang penulis harus memiliki semangat tinggi, memiliki kemauan keras, tidak mudah putus asa, dan teliti dalam menuangkan setiap gagasan di dalam tulisannya. Prinsip ini akan membuat seorang penulis tidak goyah jika mendapatkan sebuah cobaan. Misalnya menghadapi banyaknya kritik terhadap tulisan kita. Penulis dilarang alergi terhadap kritik. Kritik selalu kita jadikan pembangun semangat untuk menulis lebih baik lagi. Kritik juga menjadi support bahwa kita pasti bisa menjadi penulis hebat.

            Penulis selalu teringat bahwa di balik aktivitas menulis ini ada tujuan yang tidak boleh ditinggalkan. Pertama menulis merupakan aktivitas yang berhubungan dengan hobi. Karena sudah menjadi kesenangan hati, maka dengan menulis sama dengan menciptakan suasana hati menjadi senang. Hal itu bisa kita rasakan setelah kita menyelesaikan tulisan kita. Disitulah terjadi katarsis dalam diri kita. Ada perasaan lega, senang, dan bahagia.

            Selain menulis dapat membahagiakan hati diri sendiri, menulis menjadi aktivitas yang dapat mencerdaskan otak. Proses cerdas itu dapat kita peroleh saat kita memaksakan diri untuk menuliskan ide-ide, memilih kata, menyusun kalimat, bahkan sampai pada teknik penulisan. Semua itu tidak serta merta kita dapatkan. Namun, proses belajar yang luar biasa sangat  kita perlukan. Misalnya saja, kita akan menuliskan sebuah ide. Kita dituntut untuk  memilih, memecah menjadi sub-sub ide, dan mengurutkan agar sub-sub ide yang kita kembangkan menjadi sistematis. Bukankah ini merupakan proses berpikir yang perlu kita asah? Demikian juga dalam memilih kata dan menyusun kalimat. Kita pasti selalu mempertimbangkan pemilihan kata sesuai dengan jenis tulisan kita. Apakah jenis tulisan yang memerlukan kata-kata denotatif, atau tulisan yang memerlukan bahasa yang bermakna konotatif, kias, dan simbolis? Kita perlu membuka kamus, misalnya Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sebelum kita memilih kata yang cocok digunakan di dalam tulisan kita. Selain itu, kita juga mempertimbangkan susunan kalimat yang akan kita tulis. Kita harus selalu belajar Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) agar penulisan kita benar. Nah, di sinilah kita akan membentuk diri menjadi pribadi yang literat. Semakin literat, semakin cerdas.

            Dalam setiap tulisan pasti terkandung nilai-nilai yang akan kita tanamkan atau akan kita informasikan kepada pembaca. Itulah tujuan utama kita menulis. Bahagia rasanya bisa menuliskan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain. Entah itu berupa informasi langsung ataupun berupa pesan moral yang tersirat dalam setiap karya fiksi dan puisi. Jika kita mengingat hal-hal di atas, tidak mungkin ada kata putus asa bagi seorang penulis.

Mulailah menulis tentang apa saja. Jadikan kebiasaan yang tidak memberatkan. Semoga bermanfaat.

 

 

Selasa, 21 Juni 2022

@cerpen Dimanakah Dirimu


Dimanakah Dirimu

Oleh: Khatijah

Malam ini aku berdandan istimewa.Sekali-sekalilah aku ke salon. Selain ini sebagai malam terakhir bertemu teman-teman SMA dalam acara malam pelepasan kelas dua belas, aku ingin lebih cantik dari biasanya. Semua kulakukan semata-mata untuk seseorang yang pernah menembakku dua bulan sebelum ujian sekolah.

Waktu itu aku duduk sendiri di taman sekolah. Bunga-bunga bugenvil warna ungu dan putih lagi bermekaran seiring datangnya musim kemarau. Di situlah aku duduk sambil membaca buku yang berisi materi esensial untuk ujian sekolah. Aku sengaja memilih tempat ini agar lebih tenang dan semua yang kupelajari bisa terekam di otakku.

Lagi asyik-asyiknya mencoba memecahkan soal matematika, aku dikagetkan oleh suara langkah. Belum sampai aku menengok untuk memastikannya, mendadak pandanganku gelap karena terhalang oleh dua telapak tangan yang menutup mataku dari belakang. Tentu saja aku berteriak dan meronta-ronta. Aku yakin bahwa ada orang yang akan menjahatiku. Seiring dengan teriakanku dia lepaskan kedua tangannya, seraya menenangkanku dengan bisik lirihnya.

“Irene, maafkan aku. Terimalah ini dariku!”. Seikat buket bunga mawar merah diserahkan kepadaku.

Aku terbelalak. Ada debaran kencang di dadaku. Aku tak pernah menduga orang yang selama ini selalu hadir di pikiranku, tiba-tiba menyerahkan bunga  cantik. Seolah dia tahu bahwa aku suka sekali bunga mawar. Rasa malu menjalari tubuhku. Panas dingin mendadak kurasakan. Sejenak kupandang buket bunga  itu.

“Agha, apa maksudmu?” Spontan kalimat itu meluncur dari bibirku.

            Bibir Agha sedikit mengembang. Rona merah di wajahnya bisa kuterjemahkan bahwa dia dalam kondisi grogi. Gemetar tangannya tampak jelas hingga pada gerak buket bunga yang belum juga kuterima.  

            “Iren, maukah kamu berteman denganku. Terimalah tanda pertemanan dariku ini!” pintanya terdengar tulus.

            Aku menarik napas dalam-dalam sebelum tanganku terulur menerima bunga di tangannya.

            “Pertemanan yang bagaimana Agha, bukankah selama ini kita sudah berteman selama tiga tahun?” tanyaku menyergap kalimatnya yang tidak jelas maknanya itu.

            “Sebentar lagi kita akan meninggalkan sekolah ini. Akan ada perpisahan antara kau dan aku. Inginnya aku berteman selamanya meskipun kita tidak satu sekolah lagi. Tapi papaku meminta aku harus melanjutkan study di Jakarta,” dia berhenti sejenak tidak melanjutkan kalimatnya. Diusapnya wajahnya yang berkeringat. “Terimalah ini, sebagai tanda bahwa aku tetap akan menjalin rasa seperti yang selama ini bergelora di dadaku. Maukah kamu, Iren?”

            Aku kebingungan. Meski tanpa seucap kata, kuulurkan tanganku untuk menerima buket bunga itu yang merupakan simbol bahwa aku memiliki rasa yang sama dengannya.  

            “Terima kasih, Iren. Sehari setelah ujian selesai, papaku mengajak ke Jakarta untuk mencari Perguruan Tinggi yang cocok untukku.” Agha mengakhiri kalimatnya saat dua teman cewekku datang.

            “Hayo, lagi romantis-romantisan ya,” goda Nindy salah satu dari mereka.

            “He, ayo kembali, Nin. Rupanya kita mengganggu, Nih,” ajak Echa sambil menarik tangan Nindy.

            Dasar Nindy, temanku yang satu ini memang terkenal badung. Tak mau dia menuruti ajakan Echa. Dia justru menggodaku dengan merebut bunga-bunga cantik dari tanganku. Lalu ditemangnya serupa menimang seorang bayi sambil menyanyikan lagu ‘Nina Bobok’. Spontan aku tertawa terbahak-bahak melihat tingkahnya yang lucu. Demikian juga Echa dan Agha. Tak kuat mendapat olok-olok, Agha melarikan diri.

            Malam ini merupakan hari yang kunanti. Aku akan mengajak Agha berfoto bersama setelah acara ini selesai. Aku sengaja berangkat lebih awal agar bisa duduk di kursi paling depan. Dengan begini Agha mudah menemukanku saat dia datang. Namun, sampai acara dimulai aku tak melihat Agha. Aku tak yakin kalau dia berada di bagian belakang.

            Hatiku lega karena acara yang sempat mundur sekitar satu jam, akhirnya dimulai. Hingga Pak Aldy sebagai Kepala Sekolah, sudah maju untuk mengumumkan pemeroleh peringkat terbaik, mataku masih sibuk menelusuri baris-baris tempat duduk cowok. Masih juga tak kutemukan Agha. Aku terkejut ketika namaku dan nama Agha juga disebut di antara sepuluh siswa.

Semua pemegang sepuluh besar diminta maju untuk mendapatkan penghargaan dari sekolah. Gundahku semakin memuncak saat hanya Agha yang tidak tampak. Hingga sebuah pigura besar berisi foto Agha dibawa oleh seorang teman yang mewakilinya. Kulihat beberapa orang yang hadir, mengusap air mata. Lalu aku histeris ketika Kepala Sekolah mengalungkan medali pada foto Agha. Kepala Sekolah mengatakan bahwa Agha mengalami kecelakaan di jalan menuju tempat acara ini.                                                                                                                                                                                                                                                  Bondowoso, 22 Juni 2022              

  

Minggu, 19 Juni 2022

Taman Wisata Keong Mas


Rabu, 15 Juni 2022

Puisi-puisi

Akankah

Akankah jalan trus berliku
dalam gulat gerimis pagi
mandikan kabut di aroma tanah basah
renungi kemilau bintang di langit tertelan
awan hitam bersorak memaki
dalam bahak memekak
galaukan angkasa jiwa
senyum tinggal seulas manisnya
tapi gerimis trus menyiram
Oktober 2013





Senin, 13 Juni 2022

Menuis Cerita Fiksi Bikin Nagih @2


 

Menuis Cerita Fiksi Bikin Nagih

@2

Oleh : Kahtijah, S.Pd

Seperti sudah saya tuliskan pada tulisan sebelumnya, bahwa di dalam tulisan fiksi kita menghadirkan tokoh-tokoh. Ada tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak berperan di dalam cerita. Tokoh utama didefinisikan sebagai orang yang punya pengaruh paling besar dibanding tokoh lainnya. Dia berpotensi mengubah alur, membuat konflik, bahkan menyelesaikan permasalahan yang diceritakan (Nurgiantoro). Seperti layaknya manusia, tokoh-tokoh dalam cerita juga memiliki ciri, kebiasaan, dan sifat-sifat yang membedakan antara tokoh yang satu dengan tokoh lain. Dalam cerita pendek atau novel, penulis lebih leluasa menggambarkan karakter tokoh atau penokohan. Penokohan meliputi penokohan lahir dan penokohan batin.

Penokohan lahir adalah penggambaran ciri fisik tokoh. Misalnya menggambarkan bagaimana warna kulitnya, rambutnya, hidungnya, cara berjalannya dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca pada contoh di bawah ini.

Mirna Arsita, nama lengkap gadis itu. Teman-teman di kampus hampir semua mengenalnya. Sosok berkulit kuning langsat itu selalu menyapa lebih dulu kepada orang yang ditemuinya. Oleh karenanya, siapa pun yang bertemu dengannya pasti cepat akrab. Dalam suasana bagaimana pun, ia tidak lepas dari make up tipis yang menambah penampilan wajahnya tampak segar. Lesung pipit di wajahnya menjadi ciri khas bagi dirinya yang selalu tampak tersenyum. Karena orang tuanya tergolong berada, penampilannya pun selalu trendi. (Khatijah: Sejingga Rembulan)

Sedangkan penokohan batin merupakan penggambaran sifat, watak, kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh tokoh. Misalnya pemberani, pemaaf, pendendam, penakut dll. Berikut contoh penggambaran sifat tokoh Farel yang penyabar.

Keikhlasan Farel menerima sikapnya sangat diapresiasi oleh Dian. Betapa anak muda itu memiliki kebesaran hati yang luar biasa. Sejak nomor HP-nya diblokir, tidak disapa, hingga sekarang terkesan dicuekin, diterimanya tanpa sikap yang menunjukkan marah atau tidak senang. Sikapnya yang tidak menunjukkan tidak mengejar jawaban, sangat dipujinya. Demikian juga sikap tidak memaksakan perasaan orang lain seperti apa yang dikehendaki, membuat Dian semakin menghargai anak muda itu.( Khatijah : Selendang Merah Jambu)

Penulis dapat menyampaikan analisis sifat atau karakter tokoh itu dengan berbagai teknik. Bisa dengan cara menjelaskan secara langsung seperti pada contoh di atas. Bisa juga melalui dialog antartokoh, melalui penjelasan tokoh lain, atau melalui ucapan dan tingkah laku tokoh. 

Selain tokoh dan penokohan, latar atau setting menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya dengan unsur pembangun cerita yang lain. Penggambaran setting yang kuat akan membantu pembaca memaknai isi cerita. Setting merupakan bagian cerita yang menggambarkan waktu, tempat, dan suasana sebuah peristiwa terjadi.

Bondowoso, 9 November 2021

  

 

Sabtu, 11 Juni 2022

Menulis Cerita Fiksi Bikin Nagih @1

 


Menulis Cerita Fiksi Bikin Nagih

@1

Oleh : Khatijah,S.Pd

Mengungkapkan gagasan dalam bentuk cerita fiksi itu, gampang-gampang susah. Mengapa gampang? Sebab kalau ada niat, tidak akan ada yang susah. Jika kita punya mimpi untuk menghasilkan tulisan pasti kita akan mengerahkan kemampuan untuk mewujudkan mimpi itu. Sebaliknya, menulis cerita akan terasa susah jika kita mengabaikan kemampuan yang kita miliki. Padahal pada dasarnya setiap orang punya kemampuan untuk menulis. Tinggal kita mengasahnya atau tidak. Bagaimana cara mengasahnya? Jawabannya adalah memulai belajar menulis dan terus menulis. Dengan mulai menulis maka apa yang tidak terbayangkan sebelumnya, bisa terjadi. Pikiran kita akan hidup dan tumbuhlah ide-ide yang tidak disangka-sangka dari mana datangnya.

Menulis cerita fiksi dalam genre apa pun harus selalu mengingat unsur-unsur pembangunnya. Unsur instrinsik yang harus ada dalam cerita antara lain: tema, tokoh, setting atau latar, penokohan, plot, point of veiuw dan pesan. Yang harus kita ingat tugas penulis  fiksi bukan memindahkan realitas sehari-hari ke dalam teks, tetapi mengolah dan mengangkat realitas tersebut menjadi realitas baru, realitas imajinatif (Tengsoe Tjahjono).

Berikutnya kita memilih genre yang akan kita tulis. Bisa pentigraf, cermin (cerita mini), cerpen, atau novel. Semua genre cerita memiliki ciri khas masing-masing, tapi secara umum memiliki unsur-unsur instrinsik di atas.

Sebuah cerita akan selalu didasari oleh tema tertentu. Tema berbeda dengan judul. Tema merupakan pokok masalah yang menjadi dasar pengembangan cerita. Sedangkan judul merupakan nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan  secara pendek isi atau maksud buku atau bab. Tema juga disebut sebagai kepala karangan (KBBI). Seorang penulis cerita bisa memilih tema apa saja misalnya, tema religi, humanisme, heroisme,  romansa, atau tema lain yang disukai.

Tulisan bentuk cerita atau narasi fiksi selalu menghadirkan tokoh atau pelaku cerita. Tokoh adalah pelaku yang mengalami peristiwa. Tokoh sentral adalah tokoh yang paling bayak berperan. Selebihnya tokoh-tokoh tambahan juga bisa dihadirkan untuk membantu jalannya cerita.

Bondowoso, 8 November 2021

@ Cermin: Rumah Mewah


 

Rumah Mewah

Oleh : Khatijah

@cermin

 

Mendung yang bergelayut diiringi angin kencang, membuatku mempercepat langkah. Semburat warna merah di ufuk barat menjadi tanda bahwa sebentar lagi suasana akan berubah menjadi gelap. Pandangnku lurus kedepan. Kakiku terus kuayun agar cepat sampai di tempat yang kutuju. Gerimis sudah berjatuhan satu-satu. Jika aku berjalan santai tentu nanti akan terguyur air hujan.

Tidak sampai lima menit, pohon sawo besar yang menjadi tanda rumah yang akan kusewa itu sudah terlihat. Aku memasuki halamannya yang luas. Sepi. Rimbun daun pohon sawo membuat halaman menjadi terasa adem. Tanah yang kupijak terasa lembab. Barangkali pohon besar ini mampu menyimpan air di dalam tanah.  Angin yang tiba-tiba bertiup kencang menerbangkan daun-daunnya yang kering hingga bertebaran hampir memenuhi halaman.

“Mari masuk!” Seorang wanita berperawakan tinggi memanggilku. Rambutnya panjang sebahu dengan warna hitam legam dengan potongan model bob. Dres panjang warna hijau muda membalut tubuhnya yang ramping. Hanya itu yang bisa kulihat tentang  wanita itu. Sebab setelah bicara padaku dia langsung berbalik arah dan masuk ke dalam rumah.

“Ini pasti anak gadis pemilik rumah ini,” pikirku. Sebab menurut penjelasan Pak Rano, pemilik rumah yanga akan dikontrakkan itu, sudah tua. Mereka diboyong oleh anaknya ke kota lain. 

Aku tidak menyahut karena wanita itu tidak memberikan kesempatan padaku. Karena sudah disuruh masuk, aku pun mengikuti. Dua daun pintu lebar sudah terbuka. Ragu-ragu kakiku akan melangkah melewati pintu itu. Namun, tak ada pilihan lain, aku pun masuk. Satu stel kursi tamu mewah, yang terbuat dari ukiran kayu jati cantik tergerai di ruang tamu. Seperti ada magnet di kursi itu yang menarikku untuk segera duduk. Tanpa disuruh aku memilih satu kursi yang menghadap ke arah ruang dalam. Byar. Suasana yang tadi sudah gelap berubah terang benderang. Lampu kristal  mewah yang tergantung tepat di atas kepalaku, tiba-tiba menyala.

“Pasti perempuan tadi yang menyalakannya,” kataku dalam hati.

Dari situ mataku leluasa memandang suasana ruangan besar yang mirip dengan ruang keluarga. Lampu-lampu hias mewah tampak menerangi ruang itu. Berbeda dengan ruang tamu, di tempat itu banyak orang. Anehnya, semua wanita muda, cantik cantik pula. Mereka berdandan ala wanita India lengkap dengan kain sari dan gemerlap perhiasan di tangan dan lehernya. Aku tidak tahu persis kegiatan apa yang sedang mereka lakukan. Mungkin saja mereka sedang berpesta.

Pandanganku segera menyapu ke arah meja yang penuh dengan makanan. Kue-kue dan minuman dingin sudah tersaji di situ.

“Kapan wanita itu menyediakan makanan sebanyak itu?” tanyaku dalam hati.

“Mari silakan minum, Mas.” Suara lembut yang berasal dari ruang dalam tiba-tiba mengagetkanku. Dia menyilakanku untuk menikmati sajian di depanku. Sayangnya, wanita itu tidak mau menemuiku. Dibiarkannya aku duduk sendiri di ruang tamu yang megah ini.

Terdorong oleh lapar dan dahaga karena perjalanan jauh, tanganku segera menyentuh gelas antik yang berisi minuman. Dingin. Aku pun mulai minum seteguk. Rasanya melegakan tenggorokan. Segar, kayak ada manis-manisnya gitu. Namun aneh. Sesaat setelah minum, rasa kantukku datang. Tak lama kemudian, aku pun tertidur pulas.

“Mas bangun! Kok tidur di sini?” Suara lembut wanita itu terdengar membangunkanku.

Berkali-kali aku mengusap kedua mataku. Tak seorang pun berada di situ. Kucari sorot lampu kristal mewah yang tadi menerangi ruang tamu. Tidak ada.  Ruangan yang dipenuhi wanita cantik yang sedang berpesta, juga tidak ada. Yang ada hanya berpuluh-puluh nisan yang disinari oleh cahaya matahari pagi.

 “Astagfirullahalazim,” jeritku, seraya berlari pontang panting meninggalkan pemakaman yang sunyi itu.

Bondowoso, 9 September 2021

 

Selasa, 31 Mei 2022

Rumah Warisan Nenek

  Rumah Warisan Nenek

30 May @Cermin

Oleh: Khatijah



Mataku menatap jam dinding kuno yang berada di ruang tengah. Dentangnya yang khas bergaung dua belas kali. “Sudah tengah malam,” pikirku. Sedetik pun aku belum bisa mengistirahatkan diriku. Pikiran terbang ke mana-mana. Wajah nenek dengan guratan-guratan keriputnya, terus menggoda di depan mata. Kulirik ibu sudah lelap. Barangkali terlalu capai. Ditambah lagi kondisi fisiknya yang sudah tidak muda lagi.


Menginap di rumah ini serasa kembali hidup dua puluh tahun ke belakang. Peristiwa-peristiwa indah dan lucu semua tersimpan manis. Sayangnya, sepeninggal nenek dan kakek, rumah ini dibiarkan begitu saja. Ibuku sebagai pewaris tunggal rumah ini tidak berkenan tinggal di sini. Ibu dan ayah memilih tinggal di kota. Selain, memang sudah punya rumah sendiri, di kota itu ayahku bekerja. Demikian juga aku dan dua orang adikku yang bersekolah di sana. Jadi, tidak bisa dibayangkan seperti apa kondisi rumah yang jarang ditempati. Sesekali saja Pak Man membersihkannya termasuk kanan kiri rumah. Itu saja kalau ibuku tidak lupa menyuruhnya lewat panggilan telepon.


Tadi pagi, aku sempat berkeliling di seputar rumah. Meski di pinggir jalan raya, tapi suasana sepi tak bisa dihindari. Rumah-rumah lain di desa ini jaraknya jauh-jauh. Ada dua rumah yang berdekatan dengan rumah ini, tapi nasibnya sama. Kedua rumah itu sudah ditinggalkan penghuninya. Entah karena meninggal dunia atau pindah ikut anak-anak mereka di kota lain. Kusempatkan juga menengok halaman belakang. Rumputnya tinggi. Belum ranting-ranting berdaun rimbun yang menutup pintu belakang.Ih, serem.


“Randi!”


Tiba-tiba aku dikejutkan oleh sayup-sayup suara yang memanggilku.Kutepis macam-macam kecurigaan di hatiku. Mungkin saja telingaku yang salah dengar. Padahal tak ada seseorang yang berada di luar.


Kulanjutkan membuka-buka HP. Dari bed sebelah, terdengar dengkuran ibu begitu halus. Kami memang tidak tidur di kamar. Ibu meminta tidur di ruang tengah saja. Di tempat ini ada dua bed. Ibu menempati bed dekat lemari sedangkan aku di dekat pintu penyekat dengan ruang tamu.


Untuk mendatangkan kantukku, kuisi dengan bermain game. Begini kebiasaan yang sering kulakukan jika tidak bisa tidur.Begitu asyiknya, hingga tak terasa sudah satu jam lamanya, tapi kantuk yang kutunggu tidak juga datang. Meski aku sudah sangat lelah. Kututup wajahku dengan bantal sebagai usaha agar cepat bisa tidur.


Entahlah aku sudah tertidur apa belum ketika seseorang memanggil namaku lagi. Kali ini badanku jadi gemetaran. Keringat dingin membasahi baju yang kupakai. Kututupkan selimut tebal di sekujur tubuhku.


“Ibu … ,” teriakku seketika saat ada suara-suara aneh dari arah dapur.


Ibu yang sejak sore sudah tertidur pulas, akhirnya bangun. Aku hanya diam ketika dia bertanya mengapa aku berteriak memanggilnya. Aku yakin ibu akan ketakutan jika mendengar alasanku.


Suara kicau burung membangunkan aku. Kutengok ibu sudah tidak ada di tempat tidurnya. Ketika aku mencarinya, ternyata ibu berkemas-kemas mengajakku pulang ke kota.


“Lho, katanya mau di sini seminggu. Kok ngajak pulang Bu?” tanyaku penasaran.


Ibu tidak menjawab. Wajah pucat dan sembab di matanya bercerita bahwa semalaman tidurnya tak bisa pulas.


Bondowoso, 30 Mei 2022

Senin, 30 Maret 2015

Catatan Kecilku

 Catatan Kecilku
Sensi terbit seiring sepotong sinar menghampiriku
Diam-diam itu perih menghunjam
Tapi tak ada satu sisi untuk menghindar
Jalan itu telah menghadang di depan mata
walau berbalik dengan rasa ingin

Jika aku harus menapaki jalan itu
berharap melati-melati itu menebar wanginya
Hingga ujung senja memapahku..


Rabu, 28 Januari 2015

PANORAMA KAWAH PUTIH CIWIDEY

PANORAMA KAWAH PUTIH CIWIDEY


Mengenang perjalananku bersama suami dan rombongan ke Kawah Ciwedey merupakan sesuatu yang menyenangkan. Asyik banget. Saat itu, penghujung tahun 2014, tepatnya  tanggal 31 Desember 2014.
 Perjalannan itu merupakan lanjutan dari kegiatan tour ke Ibu Kota Negara RI Jakarta.Setelah hampir empat hari berkeliling dari Jawa Timur ke Jakarta dan sekitarnya,maka pada kegiatan tour hari terakhir menuju kota Bandung. Kota dingin itu menyambut kami dengan berbagai suguhan yang sulit dilupakan. Mulai dari makan malam di Rumah Makan Ampera yang tidak ditemui di rumah makan lain, apa lagi di Jawa Timur. Rumah makan tersebut menyajikan makanan  dengan lauk,sambal, dan lalapan. Bedanya dengan yang sempat saya alami,lalapan di rumah makan tersebut menyajikan lalapan yang semuanya berupa sayuran segar dengan tanpa dimasak terlebih dahulu. Sambalnya yang pedas menanmbah godaan untuk segera menyantap makanan tersebut. 
Esok paginya, setelah makan pagi di tempat kami menginap yaitu di hotel Ciampelas 2, kamipun melanjutkan perjalanan ke Kawah Ciwedey, setelah sebelumnya kami puas berbelanja di Pasar Baru Bandung.Sesampai di terminal tempat wisata,kami harus turun dari bus dan harus ganti naik angkutan yang sudah disediakan.Jalan menuju kawah tidak seberapa lebar, kondisi jalan berkelok naik turun mungkin itu yang menjadi alasan mengapa bus wisata tidak boleh sampai di atas.
Setelah beberapa menit kami naik angkutan, sampailah di tempat pemberhentian anguktan.Sayang hujan rintik-rintik menyambut kedatangan kami. Tetapi, jangan khawatir karena orang-orang yang menyewakan payung sudah siap meminjamkan payungnya dengan tarif pinjam payung lima belas ribu rupiah.

Kami pun melanjutkan perjalanan menuju kawah yang memesona. Bau belerang yang menyengat hidung  tak dihiraukan karena terbuai oleh pemandangan yang eksotis.


Selasa, 27 Januari 2015

Sebuah Catatan

Hari Ini

Subhanallah, hari ini aku hepi banget. Gak tahu ya, apa karena tugasku sudah seleasi, atau karena flu yang sempat mampir beberapa hari ini sudah tak terasa lagi, alhamdulillah. Pagi-pagi aku sudah bisa jalan-jalan pagi dengan tetangga sebelahku'Bu Sigit". Hal itu biasa kulakukan, jika aku merasa sehat dan tidak ada tugas yang mengharuskanku melakukannya lebih pagi. Selesai sholat shubuh..emmz..sekitar pukul 04.15 aku sudah mulai bersiap-siap. Celana panjang (khusus untuk olah raga) dan kaos adalah pakain yang wajib kugunakan saat itu. Soalnya, dengan pakaian begitu lebih enak, nyantai, dan menyerap keringat.
Jalan-jalan pagi menjadi olah raga rutin yang kulakukan dalam tiga bulan terakhir ini. Selain olah raga ini murah, manfaatnya terasa sekali bagiku. Betapa tidak, udara pagi yang masih segar dapat kuhirup dengan leluasa. Badan terasa fresh dan menjadi lebih sehat. Habis bisa senam hanya seminggu tiga kali saja. Itu pun kalau tidak ada aral melintang he he..
Wah, ada insiden menggelikan tadi pagi. Saat jalan-jalan tadi aku hanya memakai sandal jepit.Dengan semangat full aku berjalan  menyusuri gang-gang yang ada di Perumahan Kembang.Sembari bercerita kesana kemari tak kusangka kakiku tersandung tanaman yang ada di pinggir jalan menuju SMP 5. Auuuu...sandal jepitku pun putus...aku harus jalan tanpa sandal nih...aduh sakit...tidak biasa sih..
"Itu lebih bagus, Bu", kata Bu Sigit sambil melepas sandalnya yang tak bermasalah..(solidaritasnya tinggi...he he). Tapi kami harus ekstra hati-hati. Selain, kaki terasa sakit, kami juga takut kalau ada duri atau pecahan kaca.Dengan hati-hati, tapi tetap bersemangat,akhirnya kaki kami berdua selamat, alhamdulillah..












Kekaguman

 Kekaguman

Subhanallah 
warna jinggamu kembali meredup di hati , menawari seberkas sinar 
memompakan darah dan detak jantung dalam alunan nada serasi 
merenda bingkai emas

Subhanallah 
penanda itu mengirim kembali mimpi yang sempat berhenti
melantunkan tembang harapan
meniupkan seruling kehidupan
dalam lukisan hari-hari
di penghujung Januari

28 Januari 2015


Rabu, 27 Agustus 2014

Jenis Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP

Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP

Teks dalam bahasa Indonesia adalah satuan bahasa yang mengandung makna, pikiran dan gagasan.Teks tidak harus berbentuk bahasa tulis,tetapi juga bisa berbentuk bahasa lisan.Teks itu memiliki dua unsur utama. Pertama adalah konteks situasi penggunaan bahasa seperti pesan,gagasan,ide yang akan disampaikan. Kedua adalah konteks situasi yang di dalamnya terdapat konteks sosial dan budaya masyarakat tutur bahasa yang menjadi tempat teks tersebut diproduksi.Ada jenis-jenis teks di dalam bahasa Indonesia . Masing-masing teks dapat dibedakan berdasarkan strukturnya. Berikut ini adalah jenis teks dalam kurikulum 2013 dan strukturnya.

 
A.Teks yang diajarkan di kelas 7 ada 5 teks antara lain:
1. Teks Hasil Observasi
Struktur teks hasil observasi adalah : a) definisi umum,b)deskrikpsi bagian, dan c)deskripsi manfaat.
2.Teks Tanggapan Deskriptif
Struktur teks tanggapan deskripsi adalah; a)identifikasi, b) klasifikasi,c) deskripsi bagian
3.Teks Eksposisi
Struktur teks eksposisi adalah: a) tesis/pembuka, b) argumentasi/alasan, c)penegasan ulang/penutup
4. Teks Eksplanasi
Strukturnya adalah: a) pernyataan umum, b) deretan penjelas, c) interpretasi
5. Teks Cerpen
Struktur teks cerpen : a) orientasi, b) komplikasi, c) resolusi

B.Teks yang diajarkan di kelas 8 anatara lain:

1.Teks Cerita Moral/Fabel
Strukturnya : a) orientasi, b) masalah dan komplikasi, c) resolusi, d) reorientasi
2.Teks Biografi
Struktur Teks Biografi : a) Orientasi b) peristiwa dan masalah c) reorientasi
3.Teks Prosedur
Strukturnya: a)tujuan, b) langkah-langkah
4. Teks Diskusi
Strukturnya : a) isu/masalah, b) argumentasi : 1. Menentang 2.mendukung c)simpulan/saran
5. Teks  Ulasan
Strukturnya : a) orientasi, b) tafsiran, c) evaluasi, d) rangkuman

C. Teks yang akan diajarkan di klas 9 antara lain:

1.      Teks Eksemplum
Strukturnya: a) orientasi b)  insiden, c ) interpretasi
2.      Teks Tanggapan Kritis
Strukturnya ; a) evaluasi , b) deskripsi teks, c) penegasan ulang
3.      Teks Tantangan
 Srtukturnya ; a) pernyataan, b) argument/bukti, c) simpulan
4.      Teks rekaman Percobaan
Strukturnya : a) latar belakang, b) Tujuan/landasan teori c) metode penelitian d) simpulan

Sumber : Buku Teks Siswa 'Bahasa Indonesia Wahana Penget(ahuan' dengan penambahan seperlunya dan Silabus Bahasa Indonesia K13



Entri yang Diunggulkan

Puisi-Puisiku

  Puisi-Puisiku Oleh: Khatijah   1.        MENDEKAP HARAP Kupatahkan ragu di tiang rapuh Menjaga rasa cita pada setia Di cadas lin...