Advertisement
Senin, 15 September 2025
Jumat, 23 Mei 2025

Novel Romance ction "Cinta di Langit Ijen"
Foto: Koleksi Pribadi
Cinta di Langit Ijen merupakan sebuah novel tiga babak bertabur konflik. Novel ini terbit pada tahun 2024. Berbeda dengan novel-novel karya saya sebelumnya yang banyak bercerita tentang keunikan kisah asmara, novel ini selain bercerita kasih asmara antara Ratih dan Dewanda, banyak dibumbui dengan adegan action antartokoh.
Kamis, 02 Mei 2024

Puisi-Puisiku
Puisi-Puisiku
Oleh: Khatijah
1.
MENDEKAP
HARAP
Kupatahkan
ragu di tiang rapuh
Menjaga
rasa cita pada setia
Di cadas
lintas batas rindu
Mendekap
harap di urai waktu
Lalu
berhenti di titik mata
Bondowoso, 20 November 2021
2.
MENGUAK
SEPI
Di sisamu
aku mengapung
Menguak
sepi memetik sunyi
Menghapus
sesak berdesak
Kala rasa
lari menjauh
Dalam deras
alir rinduku
Bondowoso, 22 November 2021
3.
MALAM TAHUN
BARU
Ada sendu
mengharu biru
Kala
detik-detik menghadang
Memutus rindu di simpuh waktu
Menatap
kerlip malam tanpa riuh
Melantun
doa di batas harap
Bondowoso, 1 Januari 2022
4.
SEIKAT
MAWAR PUTIH
Kularungkan
rasa
Indah
mengapung di arus janji
Tersemai
bersama seikat mawar putih
Jadikan
prasasti
Mengelana di burai
cinta
Bondowoso, 9 Februari 2022
5.
PEREMPUAN
DI TENGAH HUJAN
Perempuan
di tengah hujan
Mematung di
atas bingung
Merawi
rindu dalam genggam
Bersama
rintik tak berpenghujung
Memagut
merapat geliat senja
Bondowoso,
10 Februari 2022
6.
MENGALIR
DERAS
Mengalir
deras menembus batas
Antara kekal
dan fana
Memilih di
antara dua
Menemu di
jejak doa
Tertabur di
setiap relung menyapa-Nya
Bondowoso, 24 Februari 2022
7.
SENJA
KELABU
Aku tlah
kehilangan
Warna
jingga di matamu
Bersama
senja kelabu
Rupanya horison menelanmu
Tanpa
menyisakan sedikit rindu
Bondowoso, 14 Mei 2022
8.
PERSINGGAHAN
Dunia
adalah persinggahan
Tak lama
bersua di semesta
Suatu kali
kan berada
kekal
bersama amal
Di kampung
akhirat namanya
Bondowoso, 24 Maret 2022
9.
WAKTU TERUS
BERLARI
Waktu terus
berlari
Menyisir
hari di belantara sunyi
Meluruh
jiwa nan congkak
Memejam
mata
Menegak
cinta tersemai pada-Nya
Bondowoso, 22 April 2022
10.
DEDAUNAN
BERBISIK
Dedaunan
berbisik
Berbagi
rindu pada embun
Yang tak
lama akan pergi
Menjauh
dari pagi dan matahari
Menyendiri
meramu waktu bersolek untuk-Nya
Bondowoso, 8 Mei 2022
Senin, 29 April 2024

Mendeskripsikan Latar dalam Cerita
Mendeskripsikan Latar dalam Cerita
Oleh:
Khatijah
Sebuah
peristiwa dalam fiksi, termasuk novel pasti dibalut oleh unsur yang satu ini, yakni latar. Latar
atau setting meliputi tempat (setting lokasi), waktu, dan suasana. Biasanya
ketiganya muncul selalu bersamaan di dalam satu paragraf. Latar tempat merupakan
bagian cerita yang menggambarkan lokasi sebuah adegan atau tempat terjadinya
peristiwa yang dialami oleh tokoh. Setiap adegan di dalam novel selalu berada
di suatu tempat tertentu dan dalam kondisi tertentu.
Pertanyaannya,
apakah latar tempat dalam cerita fiksi harus riil? Jawabannya tidak. Latar
tempat dalam cerita fiksi boleh riil boleh tidak. Jika penulis memilih tempat
yang menjadi latar cerita itu riil, maka syaratnya penulis harus mengadakan
riset terlebih dahulu untuk membangun data yang berupa fakta. Jika latar
tempatnya bersifat imajinatif, penulis hanya perlu menyiapkan data fantasi.
Untuk mendeskripsikan latar tempat
perlu memperhatikan hal-hal berikut:
Mengadakan Riset
1. Jika
tempat yang menjadi latar peristiwa itu nyata, penulis harus mengadakan riset
terhadap tempat tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari cacat logika.
Untuk memperoleh data-data terhadap tempat tersebut kita bisa melakukan
pengamatan, mewawancarai informan, dan mempelajari hal-hal yang terkait dengan
tempat tersebut. Data-data yang perlu dicatat mulai dari kondisi alam dan
lingkungannya, suasananya, budayanya atau kebiasaan-kebiasaan penduduknya,
makanan khasnya, bahasa sehari-hari penduduknya, dan seterusnya.
Mengadakan
riset tidak harus datang ke tempat tersebut. Kita dapat menggali keterangan
dari membaca buku, artikel, dan video. Internet menjadi sebuah kebutuhan
penting di dalam melakukan riset ini. Melalui google kita dapat menggali banyak
fakta. Bisa juga dari media sosial dan google street view untuk melihat objek
wisata dan jalanan.
Mengapa
harus mengadakan riset? Sebab setiap tempat memiliki kondisi alam yang berbeda,
termasuk budaya, dan kebiasan yang dapat berpengaruh pada karakter tokoh.
Berbeda
jika latar peristiwa di dalam cerita tidak riil hanya berdasarkan imajinasi,
penulis cukup membangun data fantasi tanpa mengesampingkan logika.Meskipun
latar diciptakan oleh penulis novel, tetapi harus dihindari hal-hal yang tidak
masuk akal.
2. Menggunakan Pancaindra.
Seperti manusia dalam dunia nyata, tokoh dalam cerita juga memiliki
panca indra. Mereka juga dapat melihat, mendengar, meraba, menghirup, dan
merasakan sesuatu. Oleh karena itu, agar deskripsi latar lebih kuat sebaiknya
memasukkan unsur pancaindra.
3. Mendeskripsikan
latar tidak bertele-tele. Penggambaran latar tidak perlu berpanjang lebar
hingga beberapa paragraph. Cukup satu paragraf dengan menyisipkan aktivitas
tokoh.
4. Meskipun kita memanfaatkan kalimat-kalimat dengan memasukkan unsur pancaindra, tetapi jangan berlebihan karena akan membuat pembaca jenuh dan tidak respek terhadap cerita kita. Sedetil apa pun latar yang kita deskripsikan, harus disisipkan aksi tokoh. Penggambaran latar cerita tanpa menyisipkan aksi tokoh, akan membosankan pembaca dan menjadi penggambaran tidak bermakna.
5. Menggunakan Teknik Showing.
Pemilihan
kata dalam mendeskrisikan latar hendaknya rinci. Hal ini dilakukan agar pembaca
seolah-olah dapat melihat, mendengar, atau menyaksikan sendiri terhadap latar
yang dibaca. Kekuatan teknik showing adalah memerinci bukan mengatakan (tell). Namun demikian, jika penulis
sudah terjebak dengan penggambaran latar yang bertele-tele, kita dapat
menggunakan teknik tell atau
mengatakan. Jadi, penggunaan antara teknik showing
dan teknik telling dalam pendeskripsian
latar harus proposional.
6. Menggunakan
Berbagai Majas
Majas
merupakan bahasa kias yang dapat memberikan efek menarik dalam pendeskripsian
latar. Berbagai majas bisa digunakan tergantung kebutuhan dan kesesuaian.
Misalnya saja majas personifikasi, majas metafora, dan majas asosiasi.
Bondowoso,
30 April 2024
Senin, 27 November 2023

Rahasia Mudah Menulis Novel
Rahasia Mudah Menulis Novel
Oleh:
Khatijah
Menulis
novel bukanlah hal yang sulit. Jika sudah mengetahui rahasianya, maka menulis
novel akan berjalan lancar. Ada beberapa
hal yang harus diketahui dan perlu dipraktikkan agar aktivitas menulis novel tidak
mengalami kendala.
Adapun
hal-hal yang perlu diperhatikan itu antara lain:
1.Niatkan menulis dengan
hati yang sungguh-sungguh.
Niat
merupakan masalah paling penting dalam setiap kita akan melangkah. Termasuk di
dalam menulis novel. Walaupun jumlah kata
yang menjadi prsarat sebuah novel berkisar lima puluh ribu kata ke atas jika
niat sudah kita tetapkan di dalam hati pastilah bisa sukses. Ada salah satu
platform novel online yang mengharuskan novel yang diposting memenuhi jumlah
kata tersebut. Jadi, yang diperhitungkan bukanlah jumlah halaman melainkan
jumlah kata.
2.
Angkat fakta ke dalam ranah imajinatif.
Novel
bukanlah hasil lamunan penulisnya, tetapi novel lebih dari sebuah hasil
perenungan penulisnya dari apa yang pernah dilihat, didengar, mungkin juga
dirasakan. Tentu saja pengalaman tentang hidup dan kehidupan yang akan diangkat
menjadi novel tidak harus berupa sesuatu yang dialami penulis sendiri.
Melainkan, pengalaman itu sesuatu yang diperoleh dari apa yang dilihat, di
dengar, atau ikut merasakan. Misalnya berita di TV, atau sesuatu yang pernah
dibaca. Bisa juga sesuatu yang pernah kita ketahui pernah terjadi di dalam
kehidupan sosial. Fakta yang diangkat ke ranah imajinatif ini bisa sesuatu yang
terjadi dan mengendap bertahun-tahun di benak kita. Oleh karena itu, penulis
novel harus sering membaur dengan masyarakat. Sealin itu, sering-seringlah
mengadakan perjalanan, menonton film, mendengarkan musik, bermedia sosial, dan
yang paling penting adalah membaca. Sering-seringlah membaca karya sastra novel
dan membaca apa saja. Sebab dengan membaca akan terbuka wawasan kita. Bukan
berarti kalau membaca novel karya orang lain akan kita tiru (plagiat), tetapi
dengan membaca kita belajar. Belajar bagaimana cara membangun konflik. Belajar bagaimana memvariasaikan
plot, belajar bergbagai gaya dan teknik naratif yang digunakan dan sebagainya. Selain
itu, denagn membaca kita tidak akan miskin kata.
3.Susunlah
Outline
Outline
memuat garis besar jalannya cerita dari awal sampai ending. Jika kesulitan
menyusun outline kita bisa menggunakan kata bantu tanya siapa, dimana, kapan,
mengapa, dan bagaimana. Dengan outline kita akan mengarahkan alur cerita kita
ke mana. Outline memuat peristiwa dan konflik-konflik besar yang akan mewarnai episode
di dalam novel yang kita tulis. Akan tetapi outline tidak harus menjadi pedoman
yang kaku. Outline bisa diubah sewaktu-waktu. Jika di tengah perjalanan
menulis, tiba-tiba kita menemukan ide baru, maka kita bisa mengubah outline yang
sudah kita buat. Jadi, kita bisa menambah, mengurangi, atau bahkan mengubahnya.
4.Tulislah
per episode
Setiap
episode dalam novel memuat peristiwa, konflik dan adegan. Dengan menulis per
episode akan memudahkan mengorganisasikan konflik besar yang dialami oleh tokoh
utama. Peristiwa dalam setiap episode harus selalu melibatkan tokoh utama atau
ada benang merahnya dengan tokoh utama.
5.
Kreasikan dengan bahasa yang menarik.
Bahasa
dalam novel tidak sama dengan bahasa yang digunakan di dalam karya nonfiksi.
Novel adalah karya fiksi yang menggunakan ragam bahasa sastra. Kita bisa
menggunakan berbagai majas dan gaya bahasa dan berbagai makna. Misalnya
personifikasi, metafora, smile, anafora, paradoks,eufimisme, dan sebagainya. Kalau
karya nonfiksi harus menggunakan bahasa baku dan kata bermakna denotasi, tetapi
di dalam sastra tidak. Diksi atau pilihan kata yang digunakan bisa bermakna
denotasi, konottasi, simbolis dll.
Bondowoso,
27 November 2023
Kamis, 23 November 2023

Mengenal Teknik Naratif dalam Novel
Mengenal Teknik Naratif dalam Novel
Oleh:
Khatijah
Menurut
berbagai sumber unsur naratif di dalam naskah novel sedikitnya 60 sampai 70%.
Selebihnya merupakan dialog. Berbeda dengan naskah drama yang didominasi oleh
dialog. Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI V), naratif artinya: 1)
bersifat narasi; bersifat menguraikan (menjelaskan dan sebagainya). 2) Prosa
yang subjeknya merupakan suatu rangkaian kejadian.Sedangkan narasi artinya
pengisahan suatu cerita atau kejadian; cerita atau deskripsi suatu kejadian
atau petistiwa; kisahan.
Tulisan ini lebih ditekankan pada
makna naratif yang artinya bersifat menguraikan, menjelaskan, atau pengisahan
suatu cerita atau rangkaian kejadian dalam naskah jenis novel. Dalam hal ini narasi
menjadi unsur paling penting. Keterbacaan sebuah kisah dalam novel sangat
bergantung pada kepiawaian penulis dalam menarasikan atau mendeskripsikan
peristiwa-peristiwa dalam cerita. Tentu saja hal ini sangat erat hubungannya
dengan gaya bahasa, pemilihan diksi, variasi kalimat, dan unsur-unsur lain
tentang kebahasaan dalam novel.
Beberapa Teknik Naratif dalam Novel
Dilansir
dari postingan Nafa Azizah pemilik akun tik tok @nafazizah12 pada 24 Oktober 2023, ada 5 teknik naratif untuk
naskah novel:
1. Flash
Back
2. Plot
Twist
3. Gambaran
Sensorik
4. Cliffhanger
5. Foreshadowing
Flash back
merupakan teknik naratif yang disebut juga kilas balik. Dalam hal ini penulis
novel dapat memutar waktu atau kembali ke waktu sebelum kejadian atau peristiwa
yang dialami oleh tokoh. Teknik ini berguna untuk memberi penjelasan kepada
pembaca tentang tokoh atau peristiwa tertentu yang pernah dialami oleh tokoh.
Plot Twist
digunakan dengan cara mengubah alur secara tiba-tiba sehingga menimbulkan
keterkejutan bagi pembaca. Dengan teknik ini, alur cerita yang kita buat sulit
untuk ditebak sehingga pembaca semakin penasaran untuk melanjutkan membaca bagian selanjutnya.
Gambaran Sensorik
Teknik
ini merpakan teknik menarasikan dengan memfokukan pada gambaran sensorik yang
menggunakan semua visual. Apa yang bisa dilihat, didengar, dicium, disentuh,
dan dirasakan.
Cliffhanger
Teknik
Cliffhanger adalah menggambarkan akhir sebuah bagian cerita dengan cara
menyembunyikan atau tidak membeberkan seluruhnya. Hal ini dialakukan agar
pembaca penasaran untuk mengetahui peristiwa selanjutnya. Terdapat efek kejut
yang tidak bisa ditebak. Teknik ini sesuai diguanakan pada akhir setiap bab
atau aakhir bab jika novelnya berseri.
Foreshadowing
Teknik
ini merupakan petunjiuk peristiwa sebelum peristiwa itu terjadiPenjelasan
secara menyeluruh dapat ditemukan di bagian selanjutnya.Teknik Foreshadowing
berguna sebagai tebakan pembaca pada sebuah bab suatu novel.
Demikian
teknik-teknik naratif yang dapat meningkatkan kualitas novel yang kita tulis.
Teknik-teknik tersebut akan membuat pembaca akan semakin penasaran terhadap
kisah atau cerita secara keseluruhan. Pembaca akan bersemangat membaca dan
semakin kecanduan membaca novel-novel kita. Semoga pemaparan ini dapat
bermanfaat bagi penulis novel yang ingin menjadikan tulisannya lebih disukai.
Terutama bagi penulis pemula.
Bondowoso, 24 November 2023
.
Rabu, 22 November 2023

Teknik Telling dan Showing dalam Novel
Teknik Telling dan Showing dalam Novel
Oleh:
Khatijah
Setiap
penulis novel harus mengenal istilah telling dan showing. Dua teknik ini secara
tidak langsung selalu digunakan dalam proses kreatif menarasikan bagian-bagian cerita
novel seperti karakter dan peristiwa. Pertanyaannya, apakah yang dimaksud
dengan teknik telling dan teknik showing? Manakah di antara dua teknik ini yang
lebih dianjurkan untuk digunakan? Bagaimana implikasinya terhadap pembaca?
Teknik
Telling
Telling
= bercerita (Wikipedia)
Dikutip
dari pendapat Cahyadi Takariawan dalam https://ruangmenulis.id/pilih-telling-atau-showing
gaya telling digunakan dalam mengungkapkan karakter atau sifat tokoh dan peristiwa
atau kejadian yang bercorak abstrak dan tidak melibatkan pembaca untuk
berimajinasi bebas.
Teknik
telling digunakan ketika penulis menjelaskan sesuatu dan langsung memberikan
kesimpulan. Penulis tidak memberikan ruang kepada pembaca untuk menikmati
deskripsi yang menggambarkan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh
tokoh cerita. Padahal pembaca perlu mendapatkan gambaran secara konkret
Misalnya dalam mengungkap kata sifat, besar, cantik, marah, gembira, sedih.
Kata-kata tersebut tidak memberikan gambaran secara jelas dan kongkret. Kalau
yang diungkap kata besar seharusnya dijelaskan, besarnya seperti apa. Kalau
cantik, kategori cantik itu seperti apa. Kalau marah, tandanya bagaimana. Demikian
juga dengan kata gembira dan sedih yang sebenarnya dapat diungkapkan hal-hal
yang bisa diterangkan ciri-cirinya. Akan tetapi, dalam teknik telling tidak ada
deskripsi atau gambaran tentang kata-kata itu.
Contoh:
Teknik telling
Pak
Reso sangat sedih memikirkan nasibnya.
Teknik
Showing
Masih
berasal dari sumber yang sama, teknik showing menggambarkan bukan hanya
mengatakan tentang peristiwa atau karakter tokoh. Teknik ini berusaha
menciptakan gambaran dari dunia konkret ke alam pikiran pembaca.
Teknik
showing menjadi pilihan yang paling tepat untuk menarasikan karakter dan
peristiwa yang dialami tokoh. Teknik ini berusaha menjelaskan, menggambarkan,
menerangkan sedetail-detailnya sehingga pembaca dapat memiliki gambaran nyata.
Tidak hanya itu saja, tetapi pembaca lebih bebas menikmati karya yang dibaca dan
bebas berimajinasi seluas-luasnya. Pembaca bebas membuat simpulan sendiri dari
sajian yang sudah dipaparkan oleh penulis.
Teknik
showing merupakan kebalikan dari teknik telling. Jika penulis akan mengungkap
keadaan tokoh yang sedang bergembira bisa ditulis secara rinci. Misalnya,
tawanya berderai, pipinya merona, wajahnya berseri-seri, matanya
berbinar-binar. Sebaliknya jika penulis menggambarkan ekspresi kecewa dapat menjelaskan
dengan frase seperti ini: tawanya hampa, senyumnya sinis, wajahnya dipalingkan,
Dia menghela napas perlahan, dll. Bisa juga digunakan dalam penokohan lahir.
Misalnya, jalannya membungkuk, matanya menonjol, rambutnya gimbal, sorot
matanya tajam, bibirnya terkatup rapat. Inilah contoh-contoh gaya showing yang
lebih menitikberatkan pada gambaran sensorik yang menggunakan semua visual.
Jika digunakan di dalam novel, ceritanya semakin hidup dan membuat pembaca
semakin terhanyut.
Gaya
showing dan telling dapat digunakan sesuai dengan konteks. Bisa juga digunakan
secara kombinasi dalam satu paragraf.
Bondowoso,
23 November 2023
Rabu, 20 September 2023

Kebahasaan dalam Novel
Foto: Koleksi Pribadi
Kebahasaan dalam Novel
Oleh: Khatijah
Bahasa
merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan di dalam menulis novel. Tanpa
bahasa tidak mungkin akan terwujud menjadi karya novel. Ada beberapa unsure
kebahasaan yang membangun novel.
1. Bahasa
Sehari-hari
Bahasa
yang digunakan di dalam menulis novel adalah bahasa sehar-hari karena novel
merupakan karya fiksi yang mengisahkan kehidupan sehari-hari. Bukan karya
ilmiah yang harus menggunakan bahasa resmi.
2.
Beragam Kosa Kata
Seorang
penulis novel harus kaya perbendaharaan kata sehingga kalimat-kalimatnya
bervariasi, tidak monoton dengan pilihan kata yang diulang-ulang. Sebab jika
miskin kosa kata, pembaca akan cepat bosan karena tidak menarik. Untuk mengatasi
miskin kata, penulis harus banyak membaca.
3.
Majas atau Gaya Bahasa
Keindahan
bahasa di dalam novel akan sangat
berpengaruh pada kenyamanan pembaca. Oleh karena itu, tidak hanya makna lugas
saja yang digunakan, tetapi berbagai makna termasuk majas juga digunakan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI V) majas adalah cara melukiskan sesuatau
dengan jalan menyamakan dengan sesuatu yang lain; kiasan. Sedangkan gaya bahasa
dirtikan sebagai berikut. 1) pemanfaatan
atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis2) pemakaian ragam
tertentu untuk memeperoleh efek-efek tertentu, 3) keseluruhan ciri-ciri bahasa
sekelompok penuli sastra, 4) cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan
dalam bentuk tulis atau lisan.
Gorys
Keraf membagi majas menjadi 4 golongan. Majas perbandingan (metafora, personifikasi,
depersonifikasi, alegori, antitesis), majas pertentangan
(hiperbola, litotes, ironi, satire, paradoks, klimaks, antiklimaks), majas
pertautan (metonimis, sinekdoke, alusio, eufemisme, ellipsis), majas perulangan
( aliterasi, asonansi, antanaklasis, anafora, simploke.
Majas
dan gaya bahasa merupakan peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas
maknanya yang lazim yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu.
Majas
Perbandingan
Majas
Personifikasi adalah majas yang mengumpamakan benda bisa bertindak seperti
manusia.
Contoh
personifikasi
§ Rintik
gerimis mengantarmu melangkah.
§ Senja
telah memutus perjumpaan kita.
§ Sepi
ini sungguh merobek.
Majas
Metafora adalah perbandingan sifat dari dua hal yang berbeda.
Contoh
metafora
§ Hawa
dingin mendekapku erat dari bara rindu.
§ Taburan
kasih-Mu menjadi rinai di terik yang menyiksa.
Majas
Smile adalah perbandingan langsung yang ditandai dengan kata: bagai, seperti, ibarat,
bak, laksana.
Contoh
Smile:
§ Kondisinya
sungguh tidak berdaya ibarat gelatik patah sayap.
§ Lama
sekali menunggu kedatanganmu bak menantikan hujan di puncak kemarau.
4. Kalimat
Deskriptif
Kalimat
deskriptif digunakan untuk menggambarkan latar tempat, latar waktu, latar
suasana, dan penggambaran tokoh. Pendeskripsian baik latar, maupun perwatakan tokoh
harus rinci. Jadi, harus digambarkan tidak dikatakan.
Misalnya
tersenyum dapat digambarkan dengan kata-kata berikut.
§ Bibirnya
melengkung.
§ Matanya
menyipit.
§ Pipinya
memerah.
§ Matanya
berbinar.
Rabu, 30 Agustus 2023

Disiplin Menjadi Penentu Keberhasilan GLS
Disiplin Menjadi Penentu Keberhasilan GLS
Oleh: Khatijah
Semua sekolah diharuskan mengembangkan litersi. Berbagai cara dilakukan agar program gerarakan litersi berjalan lancar, tanpa kendala. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)yang digulirkan sejak tahun 2016 memiliki peran yang sangat penting di dalam pengembangan Gerakan Literasi Nasional. Pembiasaan berliterasi bagi peserta didik sangat besar peranannya dalam perkembangan literasi. Membaca dan menulis harus dibiasakan sejak dini. JIka anak-anak sudah terbiasa membaca dan menulis, pada masa yang akan datang akan menjadi budaya yang sangat baik. Mereka akan menjadikan kegiatan ini sebagai kebutuhan yang harus dilakukan setiap hari.
Kegiatan ini dimulai dari pembiasaan membaca yang dilasanakan sepuluh menit sebelum pembelajaran sampai pada penerapan literasi di dalam pembelajaran dan kegiatan literasi lain yang diprogramkan oleh sekolah. Keberhasilan gerakan literasi pada peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor sikap merupakan salah satu penentu keberhasilan Gerakan Litersi Sekolah.
Sikap disiplin dan tanggung jawab memiliki
porsi tertinggi di dalam menentukan keberhasilan program literasi sekolah. Tidak
hanya peserta didik saja yang ditutut untuk memiliki sikap disiplin dan
tanggung jawab ini. Namun, semua unsur sekolah harus berperanan di dalam membentuk sikap disiplin
berliterasi. Misalnya saja, pada saat pelaksanaan membaca sebelum pelajaran
dimulai, tidak hanya peserta didik yang harus membaca buku, tetapi mulai dari
Kepala Sekolah, guru, TU, bahkan satpam sekolah
harus benar-benar ikut serta berperan dalam kegiatan ini. Kalau tidak
ada kebersamaan dan keteladanan di dalam melaksanakan kegiatan ini, tidak
mungkin kegiatan literasi berjalan seperti yang diharapkan. Jadi, jangan sampai
terjadi peserta didik disuruh membaca sedangkan Kepala Sekolah, guru, Tu, dan
unsur lain bersantai-santai.
Semua unsur sekolah harus mempunyai andil sesuai dengan peran
masing-masing. Kepala Sekolah sebagai manajer, mendelegasikan pelaksanaan kegiatan ini kepada wakasek dan
urusan kurikulum sekolah agar menyusun jadwal kegiatan literasi dan membentuk
tim litersai sekolah. Selain itu, Kepala Sekolah ikut serta melaksanakan program-program
literasi sekolah yang sudah disusun oleh tim literasi. Demikian juga guru dan
staf Tata Usaha juga berperan aktif sesuai dengan tugas masing-masing. Guru
mata pelajaran dan guru bimbingan konseling bertugas ikut serta membaca di
dalam kelas. Sedangkan staf Tata Usaha bertugas mengatur waktu, dan akan lebih
afdol jika ikut melaksanakan kegiatan membaca.
Program
literasi seperti membaca sepuluh menit sebelum pembelajaran dimulai, literasi
dalam pembelajaran, pembiasaan membaca bagi seluruh warga sekolah, pameran
litersi, penyediaan sumber bacaan, lomba literasi, pengadaan pojok litersi dan
lain-lain akan tercapai keberhasilannya jika semua mempunyai sikap disiplin dan
tanggung jawab terhadap tugasnya.
Peserta
didik akan melaksanakan kegiatan literasi yang sudah diprogramkan oleh sekolah
dengan baik jika selalu mendapatkan dukungan dan pengawasan dari Kepala Sekolah
dan guru. Setiap akan melaksanakan jenis program literasi yang sudah disusun
harus ada kerja sama antarkomponen sekolah.
Semua program litersi sekolah akan berhasil dengan baik jika semua komponen
sekolah ikut berperan menyukseskan. Semua ini tergantung dari sikap disiplin
dan tanggung jawab dari semua unsur sekolah.
Selain itu, dukungan dari orang tua sangatlah diperlukan. Kebiasaan berliterasi yang sudah dijalankan di sekolah sebaiknya dilanjutkan di rumah. Waktu-waktu tertentu hendaknya terjadwal sebagai pelaksanaan literasi. Orang tua dapat mengajak putra-putrinya meluangkan membaca meskipun hanya beberapa menit. Pada hari Minggu atau hari libur orang tua juga bisa mengajak anak-anak ke toko-toko buku. Hal ini akan menunjang keberhasilan gerakan literasi.
Selasa, 29 Agustus 2023

Menulis Resensi
Menulis Resensi
Oleh: Khatijah
Istilah resensi adalah istilah yang sering muncul di
Koran dan majalah, sebagai suatu bentuk tulisan seseorang yang isinya
memberikan penilaian tentang isi sebuah buku. Secara lengkap, Maryati, dkk ( 2005:173) mengatakan,
resensi adalah pertimbangan atau perbincangan buku yang memuat penilaian
tentang kelebihan atau kelemahan buku, menarik atau tidaknya tema dan isi buku,
kritikan dan dorongan kepada masyarakat tentang perlu tidaknya buku tersebut
dibaca dan dimiliki atau dibeli. Dalam perkembangannya resensi tidak hanya
perbincangan tentang buku, tetapi juga karya yang lain misalnya resensi film.
Penulis resensi yang juga disebut peresensi harus
mengetahui struktur sebuah resensi.
Adapun sebuah resensi terdiri atas judul resensi, identitas buku atau data buku
yang direresensi, pendahuluan, isi, dan penutup( Maryati,dkk:2005:173).
Setiap bagian memiliki unsur-unsur tertentu yang berupa
kalimat-kalimat yang memperbincangkan tentang karya diresensi. Bagian-bagian
tersebut meliputi, judul resensi yang merupakan bagian resensi yang ditulis di
paling atas. Peresensi dapat memberikan judul berdasarkan idenya sendiri. Judul
resensi harus menggambarkan simpulan pendapat peresensi tentang buku atau film,
atau karya lain yang diresensi. Judul Resensi dibuat sendiri oleh peresensi.
Jadi judul resensi tidak sama dengan judul buku, film atau karya lain. Sebagai
contoh judul film: Miracle In Cell No 7. Judul Resensi, misalnya: Kekuatan Cinta
Antara Anak dan Bapak. Bagian resensi berikutnya adalah identitas buku atau
film yang diresensi. Bagian ini berisi data buku atau film yang berupa fakta
tentang ciri-ciri buku atau film yang diresensi, seperti judul buku, penulis
buku, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku (Resensi Buku). Judul Film,
Penulis Naskah Cerita, Sutradara, Produser, Penulis Skenario, Sountrax Lagu
(Resensi Film). Bagian pendahuluan resensi membicarakan penulis buku, tujuan penulisan
buku, membandingkan dengan karya-karya penulis yang lain,atau membandingkan
karya orang lain yang bertema sama. Asal materi dan referensi yang digunaan
dalam tersebut juga dibahas pada bagian ini. Sedangkan bagian isi resensii
berisi ulasan tentang judul atau tema buku, paparan singkat isi buku atau
gambaran tentang keseluruhan isi buku, dan informasi tentang latar belakang
serta tujuan penulisan, perbandingan buku dengan buku lain yang bertema sama. Dalam
bagian ini juga perlu diulas gaya penulisan, kelemahan dan kelebuhan buku.
Langkah menulis resensi. Pertama perlu memiliki konsep
terlebih dahulu tentang resensi dan unsur-unsurnya. Untuk itu, perlu membaca
model resensi yang dapat dijadikan bahan acuan dalam menulis resensi. Langkah
kedua, membaca buku atau menonton film yang akan diresensi secara lengkap dan
tuntas. Menuliskan isi ringkas buku atau film yang diresensi. Langkah ketiga,
menganalisis kelebihan dan kekurangan dari buku atau film yang sudah dibaca
atau ditonton. Langkah berikutnya memberikan pendapat tentang kelebihan dan
kekurangan dari buku tersebut. Kelebihan-kelebihan buku atau flm tersebut bisa
berupa bahasa yang digunakan, sistematika penulisan, teknik penulisan, mudah
tidaknya isi buku dipahami pembaca, adanya tambahan penjelasan berupa gambar,
grafik, bagan, dan sebagainya. Terdapat rangkuman isi buku dan
pertanyaan-pertanyaan isi buku. Keberadaan unsur-unsur buku, seperti judul,
bab-bab, isi, penutup, daftar pustaka, indeks dll. (Tergantung jenis bukunya
fiksi atau nonfisksi). Kelebihan Film, seperti pencahayaan, pesan yang
disampaikan kepada penonton, kehebatan para pemeran tokoh, kesan yang ditimbulkan,
musik latar, dll. Kekeurangan buku atau film yang diresensi juga perlu
dituliskan. Langkah terakhir, menuliskan bagian penutup berupa penilaian secara
keseluruhan dari buku atau film, ajakan untuk membaca buku atau menonton film
yang diresensi.
Bondowoso, 30
Agustus 2023
Entri yang Diunggulkan
Premis
PREMIS Oleh: Khatijah Sebelum mengembangkan tulisan novel sebaiknya menyusun premis terlebih dahulu. Premis merupakan gagasan inti novel yan...