Selasa, 29 Agustus 2023

Menulis Resensi

                                                Foto: Diambil dari Iklan Film Miracle Cell No 7
 

Menulis Resensi

Oleh: Khatijah

Istilah resensi adalah istilah yang sering muncul di Koran dan majalah, sebagai suatu bentuk tulisan seseorang yang isinya memberikan penilaian tentang isi sebuah buku. Secara lengkap, Maryati, dkk ( 2005:173) mengatakan, resensi adalah pertimbangan atau perbincangan buku yang memuat penilaian tentang kelebihan atau kelemahan buku, menarik atau tidaknya tema dan isi buku, kritikan dan dorongan kepada masyarakat tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli. Dalam perkembangannya resensi tidak hanya perbincangan tentang buku, tetapi juga karya yang lain misalnya resensi film.

Penulis resensi yang juga disebut peresensi harus mengetahui struktur  sebuah resensi. Adapun sebuah resensi terdiri atas judul resensi, identitas buku atau data buku yang direresensi, pendahuluan, isi, dan penutup( Maryati,dkk:2005:173).

Setiap bagian memiliki unsur-unsur tertentu yang berupa kalimat-kalimat yang memperbincangkan tentang karya diresensi. Bagian-bagian tersebut meliputi, judul resensi yang merupakan bagian resensi yang ditulis di paling atas. Peresensi dapat memberikan judul berdasarkan idenya sendiri. Judul resensi harus menggambarkan simpulan pendapat peresensi tentang buku atau film, atau karya lain yang diresensi. Judul Resensi dibuat sendiri oleh peresensi. Jadi judul resensi tidak sama dengan judul buku, film atau karya lain. Sebagai contoh judul film: Miracle In Cell No 7. Judul Resensi, misalnya: Kekuatan Cinta Antara Anak dan Bapak. Bagian resensi berikutnya adalah identitas buku atau film yang diresensi. Bagian ini berisi data buku atau film yang berupa fakta tentang ciri-ciri buku atau film yang diresensi, seperti judul buku, penulis buku, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku (Resensi Buku). Judul Film, Penulis Naskah Cerita, Sutradara, Produser, Penulis Skenario, Sountrax Lagu (Resensi Film). Bagian pendahuluan resensi membicarakan penulis buku, tujuan penulisan buku, membandingkan dengan karya-karya penulis yang lain,atau membandingkan karya orang lain yang bertema sama. Asal materi dan referensi yang digunaan dalam tersebut juga dibahas pada bagian ini. Sedangkan bagian isi resensii berisi ulasan tentang judul atau tema buku, paparan singkat isi buku atau gambaran tentang keseluruhan isi buku, dan informasi tentang latar belakang serta tujuan penulisan, perbandingan buku dengan buku lain yang bertema sama. Dalam bagian ini juga perlu diulas gaya penulisan, kelemahan dan kelebuhan buku.

Langkah menulis resensi. Pertama perlu memiliki konsep terlebih dahulu tentang resensi dan unsur-unsurnya. Untuk itu, perlu membaca model resensi yang dapat dijadikan bahan acuan dalam menulis resensi. Langkah kedua, membaca buku atau menonton film yang akan diresensi secara lengkap dan tuntas. Menuliskan isi ringkas buku atau film yang diresensi. Langkah ketiga, menganalisis kelebihan dan kekurangan dari buku atau film yang sudah dibaca atau ditonton. Langkah berikutnya memberikan pendapat tentang kelebihan dan kekurangan dari buku tersebut. Kelebihan-kelebihan buku atau flm tersebut bisa berupa bahasa yang digunakan, sistematika penulisan, teknik penulisan, mudah tidaknya isi buku dipahami pembaca, adanya tambahan penjelasan berupa gambar, grafik, bagan, dan sebagainya. Terdapat rangkuman isi buku dan pertanyaan-pertanyaan isi buku. Keberadaan unsur-unsur buku, seperti judul, bab-bab, isi, penutup, daftar pustaka, indeks dll. (Tergantung jenis bukunya fiksi atau nonfisksi). Kelebihan Film, seperti pencahayaan, pesan yang disampaikan kepada penonton, kehebatan para pemeran tokoh, kesan yang ditimbulkan, musik latar, dll. Kekeurangan buku atau film yang diresensi juga perlu dituliskan. Langkah terakhir, menuliskan bagian penutup berupa penilaian secara keseluruhan dari buku atau film, ajakan untuk membaca buku atau menonton film yang diresensi.

Bondowoso, 30 Agustus 2023

 

 

 

 

 

 

Berpayung Meniti Hujan


 

Berpayung Meniti Hujan

Oleh: Khatijah

Tatap mata itu kian tidak kulupa, kala sepuisi hujan menebar rintik di antara melati-melati putih bermekaran. Seirama cepatnya detak jantung, kian deras butiran air menciptakan genangan-genangan lalu menjeladri. Mengharuskan aku terhenti menapaki jalanan sunyi. Duduk berteduh di sebuah halte tua tanpa sapa denganmu yang punya alasan sama. Hanya pandang mata yang menyirat rasa tidak tentu arti.

Aku melirikmu saat kau petik melati putih yang basah oleh siraman hujan. Lalu kau mainkan di halus jari tanganmu yang pucat karena dingin telah menyergap. Iba hati saat tahu kau makin pupus berharap bisa melanjutkan perjalanan. Kukemas hatiku agar berani bertegur sapa sebatas ingin tahu siapa dirimu. Meski perasaan melarang sebab kau selalu merunduk, serasa takut menatap ke arahku.

Aku tidak berpanjang kata. Kutawarkan jasa mengantarmu saat hujan semakin deras di antara waktu yang terus berlalu. Gelap kian pekat. Sesekali tampak tali api membelah langit diriringi gemuruh dan petir menyambar. Menebar gundah  saat hati tidak kuasa menimang semerbaknya, menebarkan rasa yang merutuki jiwa. Meski tidak sempat meraihnya seketika, tapi alam menempatkan dirinya sebagai saksi akan bergejolaknya hati pada rasa yang tiba-tiba menjelma.Senyummu menjadi pertanda bahwa kau menerima tawaranku. Berdebar kencang jantungku saat mengembangkan payung  dan mendekatimu. Di bawah payung aku dan kamu menikmatinya diam yang penuh gejolak. Hingga sebuah rumah besar memisahkan. Kamu harus masuk rumah itu.  Aku pun melangkah hendak meninggalkanmu ketika sebuah motor berhenti dan mengajakku bersamanya. Secepat kilat aku menoleh ke arah rumahmu, tapi alangkah ganjilnya karena tidak ada satu pun rumah di sana. Yang ada hanyalah batu-batu nisan yang terserak.

Bondowoso, 23 Agustus 2023

   

Senin, 14 Agustus 2023

Kreativitas Guru dalam Pembelajaran Menulis Cerpen

 

Kreativitas Guru dalam Pembelajaran Menulis Cerpen

Oleh: Khatijah


Kreativitas guru di dalam mengelola pembelajaran juga mempunyai peranan penting. Walaupun guru hanya sebagi fasilitator tetapi guru harus dapat mengelola pembelajaran dengan tepat, termasuk di dalam menentukan metode, alat pembelajaran, dan teknik pembelajaran.

Contohnya keberhasilan pembelajaran menulis cerpen. Salah satu usaha guru untuk mengoptimalkan hasil belajar di dalam pembelajaran menulis cerpen dapat menggunakan kerangka alur sebagai pedoman.  Di dalam teknik ini, kegiatan dimulai dengan guru bersama-sama siswa membaca salah satu cerpen yang disediakan. Kemudian siswa menganalisis unsur-unsur cerpen yang telah dibaca secara berkelopmpok termasuk menganalaisis alur di dalam cerpen yang dijadikan model. Setelah itu, siswa mengingat-ingat peristiwa yang pernah dialami dengan cara menggabarkan tokoh, setting tempat, waktu, dan suasana. Kemudian masing- masing siswa menyusun kerangka alur.  Selama proses pembelajaran guru memfasilitasi siswa untuk menuangkan gagasanya di dalam bentuk cerita. Siswa menuliskan pengalamannya sesuai dengan apa yang diingat. Hasilnya, tulisan siswa diharapkan menggambarkan sebuah cerita atau cerita pendek. Agar tulisan siswa tidak mengarah pada laporan, siswa harus mentukan dulu permasalahan yang dihadapi oleh tokoh cerita. Permasalahan ini nantinya yang akan menuntun konflik-konflik berikutnya.

Kerangka Alur Sebagai Pedoman  Pembelajaran Menulis Cerpen

Kerangaka alur sebuah cerita dapat dijadikan pedoman didalam merangkai peristiwa- peristiawa sehingga menjadi bentuk cerita atau cerpen. Karena kerangka memuat bagian-bagian atau tahap-tahap  peristiwa cerita itu berupa  pengenalan, penampilan masalah, konflik meningkat, klimaks, peleraian, penyelesaian, seperti yang dikemukakan oleh Mafrukhi bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang bagian-bagiannya meliputi pengenalan, penanjakan, klimaks, dan pengakhiran.

Dengan menggunakan alur, siswa akan tertuntun di dalam mengisahkan peristiwa-peristiwa di dalam cerpen yang ditulisnya. Hal ini dilakukan, mengingat secara umum siswa SMP masih pemula di dalam hal menulis cerpen. Untuk itu, perlu dituntun dengan menggunakan kerangka alur di atas. Kerangka tersebut adalah kerangka alur yang berjalan urut.Walaupun sebenarnya di dalam menulis cerita terdapat beberapa alur yang dapat digunakan.Artinya tidak semua cerita selalu dimulai dengan penampilan masalah dan dilanjutka urut seterusnya dan berakhir dengan penyelesaian.Tetapi, dapat juga cerita dimulai dari bagian akhir, dan baru menuju ke bagian-bagian sebelumnya, atau memulai dengan puncak konflik dulu, atau merupakan gabungan.



Pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan kerangka alur ini, disusun berdasarkan tahap-tahap. Tahap pertama siswa membaca cerpen yang disediakan oleh guru. Kemudian tahap kedua, siswa berkelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas empat orang. Secara berkelompok, siswa menganalisis tahap-tahap alur atau bagian-bagian alur. Setelah selesai, tahap ketiga masing-masing kelompok mepresentasikan hasil diskusinya. Pada tahap ini siswa memperoleh pemahaman tentang bagian-bagian alur. Misalnya bagian pengenalan itu adalah bagian cerita yang mengenalkan tokoh cerita, tempat, dan waktu cerita. Dengan demikian akan mempermudah penulisan cerpen nantinya, karena sudah memperoleh pemahaman dari contoh. Setelah siswa memiliki pemahaman tentang bagian-bagian alur yang diperoleh dari contoh cerpen yang didiskusikan, dilanjutkan pada tahap berikutnya. Tahap keempat, siswa menulis kerangka alur yang akan dijadikan sebagai pedoman untuk mengembangkan cerpen yang akan ditulisnya. Dengan penekanan pada penampilan masalah harus lebih jelas. Karena dari pemunculan masalah inilah akan terpicu konflik-konflik. Jika konflik di dalam cerita tersebut sudah memuncak, maka siswa diharapkan memunculkan peristiwa yang akan mengatasi konflik tersebut. Maka selesailah cerpen sederhana tersebut. Selama proses pembelajaran tidak hanya siswa yang aktif, tetapi guru juga harus aktif memotivasi dan memfasilitsi siswa. Bagi siswa yang memiliki kemampuan lebih dari teman-temannya, boleh memulai ceritanya dari bagian alur yang mana saja. Dengan kata lain boleh menggunakan alur yang tidak berjalan runtut seperti yang terdapat pada kerangka alur. Tetapi, khusus pada penelitian ini, penulis hanya menggunakan alur maju yaitu alur yang berjalan runtut seperti pada kerangka alur tersebut. Hal ini penulis lakukan dengan pertimbangan karena siswa masih sebagai penulis pemula yang belum berpengalaman menulis cerita dengan alur yang lain.

Bondowoso, 14 Agustus 2023

 

Minggu, 13 Agustus 2023

Cara Mendeskripsikan Sesuatu

 

Cara Mendeskripsikan Sesuatu

Oleh : Khatijah


           

Dalam kegiatan menulis tidak lepas dengan mendeskripsikan sesuatu. Lebih-lebih jika kita menulis novel. Deskripsi di dalam novel harus benar-benar rinci. Mendeskripsikan berarti memaparkan atau menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci (KBBI). Ketika sering dihadapkan dengan aktivitas mendeskripsikan. Sesuatu yang dapat dideskripsikan meliputi berbagai macam objek. Misalnya benda, watak seseorang, fisik seseorang, kondisi suatu tempat, dan lain-lain.

Mendeskripsikan sesuatu sama halnya dengan mengonkretkan sesuatu. Artinya kegiatan mendeskripsikan harus dilakukan secara rinci agar objek yang dideskripsikan menjadi lebih konkret. Jika deskripsinya tepat, orang yang membaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan sendiri terhadap apa yang dideskripsikan. Agar deskripsinya lebih konkret, pilihan kata yang digunakan adalah kata-kata khusus bukan kata umum. Misalnya kita akan mendeskripsikan warna, maka warna itu dijelaskan secara rinci dengan kata khusus. Misalnya warna merah. Warna merah tergolong kata umum yaitu memiliki makna lebih luas. Agar lebih rinci kita gunakan kata khusus dari kata umum ‘merah’ misalnya merah cabe, merah hati, merah bata, merah marun, atau merah muda. Contoh lain, kata ‘indah’ (kata umum). Agar lebih rinci digunakan kata khusus dari kata ‘indah’ yaitu elok, molek, cantik, menawan, memesona. Misalnya akan menggambarkan sifat ‘baik’ maka yang digunakan kata yang pengertiannya lebih khusus yaitu tulus, jujur, ramah, rendah hati.Misalnya cuaca bisa dikatakan denngan kata khusus hujan, panas, mendung, berawan.

 Selain itu,paragraf deskripsi menggunakan kata-kata yang melibatkan kesan panca indra, yaitu indra penglihatan, indra pendengaran, indra peraba, indra pengecap, indra penciuman. Misalnya, Air bening dengan buih-buih kecil.(kesan indra penglihatan),deru angin yang menakutkan,(indra pendengaran), udara sejuk (indra peraba).

Dalam mendeskripsikan sesuatu juga bisa menggunakan majas perbandingan. Misalnya: Angin bertiup spoi-spoi mengelus wajah para pengunjung. Angin dibandingkan memiliki sifat seperti manusia yaitu mengelus. Paragraf deskripsi merupakan paragraf yang bersifat personal, maka akan muncul kata-kata yang menggambarkan emosi kuat seperti memesona, mengagumkan, merana, amarah dan sebagainya.

 Langkah pertama di dalam mendeskripsikan sesuatu adalah mengidentifikasi objeknya terlebih dahulu. Misalnya apa nama objeknya. Kalau objeknya berupa tempat dijelaskan dimana letaknya secara detil, di desa mana, kecamatan mana, kabupaten mana dan seterusnya. Kalau objeknya berupa benda juga harus dijelaskan keadaan benda itu mulai dari bentuknya seperti apa, warnanya bagaimana, ukurannya seberapa dan lain-lain. Setelah itu, dideskripsikan bagian-bagian dari objek yang dideskripsikan.Misalnya buah kelapa. Bagian-bagiannya harus dijelaskan. Misalnya kulit luarnya yang disebut sabut. Bagian kulit dalam yang keras yang disebut batok. Bagian daging kelapa yang berwarna putih dan air kelapa yang rasanya manis. Dengan pendeskripsian yang rinci maka akan muncul kesan terhadap sesuatu yang dideskripsikan. Kesan terhadap objek tersebut akan menjadi penutup deskripsi kita.

Demikian cara mendeskripsikan sesuatu sehingga tulisan kita akan mudah dipahami oleh para pembaca.

 

                                    Bondowoso, 13 Agustus 2023

 

Senin, 07 Agustus 2023

Menanti Matahari






Penulis: Khatijah

Terus saja Giano dan tiga temannya berteriak dan memanggil-manggil Mang Sofyan. Mereka yakin dialah orang paling tahu terhadap keberadaan Rianti. Meski laki-laki itu sudah mengabdi tidak sebentar di rumah tepi laut itu, tapi ada sebersit kecurigaan di batin Giano. Apalagi Al yang sempat bertatapan mata dengan laki-laki yang dianggapnya menyimpan kebencian terhadapnya itu.

“Mungkinkah Mang Sofyan yang menyembunyikan Rianti?” bisik Al di tengah kepanikan mereka berempat.

“Kita boleh berprasangka, tapi tidak boleh menuduh,” sahut Andara yang berjalan di sampingnya.

Derap langkah mereka memecah kesunyian di antara suara burung-burung camar yang beterbangan di atas bangunan. Suasana kian tegang. Mata Sheila terus melirik ke arah sebuah kamar yang berada di pojok. Sepi serupa tidak berpenghuni. Pikirannya menjawab keraguan bahwa tidak akan mungkin ada orang yang berada di dalamnya. Namun, desiran jantungnya memaksa untuk berhenti. Sejenak dia pandangi pintu kamar yang dianggapnya berbeda dengan beberapa pintu yang ditemuinya di bangunan itu. Ornamennya aneh. Ukir-ukiran berbentuk binatang-binatang laut besar seperti hiu dan gurita yang tangan-tangannya mencengkeram. Seram.

Perlahan dilangkahkan kakinya mendekat. Berkali-kali Sheila menengok ke kiri dan ke kanan. Ragu-ragu. Seolah ada sepasang mata yang mengikuti gerak-geriknya. Bulu kuduk Sheila tiba-tiba meremang. Matanya menjelajah seluruh sudut ruangan besar itu. Namun, tidak satu pun yang dia dapati. Yang ada hanya sebuah kesan sepi. Hanya suara deru angin di luar menggerakkan pepohonan menggambarkan cuaca yang berubah menjadi tidak lagi baik-baik saja. Dia pun heran sebab keempat temannya serupa lenyap ditelan senja yang digantikan malam. Kebimbangan Sheila akan keamanan daerah itu memuncak saat sadar Rianti belum juga ditemukan. Karena jalannya sambil menengok ke sana ke mari, kakai Sheila terantuk pot yang ada di depannya. Dia pun sempoyongan dan akhirnya tidak mampu menjaga keseimbangan tubuhnya. Perlahan dia mencoba bangkit dan berusaha keluar dari tempat itu.

“Andara, Ano, El,” teriaknya mengikuti langkahnya yang terseok.

Sementara Giano berjalan menuju sebuah ruangan di bagian samping bangunan. Di belakangnya, Andara dan El kejar-mengejar mengikuti Giano. Napas mereka terengah-engah dalam pikiran kalut. Bayangan tentang Rianti silih berganti mempermainkan perasaan. Antara panik dan takut. Terlebih Giano karena dialah yang mengajak Rianti bahkan setengah memaksa agar gadis itu mau menghabiskan liburan di vila mewah yang menghiasi pulau kecil milik ayahnya. Giano berharap Mang Sofyan yang menempati ruangan itu mengerti tentang kepergian Rianti yang tiba-tiba.

“Mang Sofyan!” teriak Giano di depan pintu yang tertutup rapat.

Aneh. Sorot lampu yang sebelumnya tampak menerangi ruangan itu, tiba-tiba padam. Kepanikan menguasai pikiran empat anak muda itu. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak sempat terlontar, akhirnya tertelan bersama suasana yang kian menghadirkan gundah.

“Kemana laki-laki itu?” bisik Al di dekat telinga Giano.

Wajah Al yang memutih pucat merambati kedua gadis yang bibirnya membiru. Mata mereka saling bertemu dalam kepanikan.

Giano memukul pintu keras-keras. Namun, tidak ada tanda-tanda orang yang diharapkan membukanya berada di dalamnya. Dikejar rasa ingin segera menemukan Rianti, Giano menendang daun pintu. Secepat kilat pintu pun terbuka. Mereka berempat menganga kaget sebab tanpa diduga tampak tubuh Rianti tergeletak lemas di salah satu pojok. Matanya terpejam. Wajahnya memutih kapas. Bibir yang biasanya kemerahan berubah menjadi membiru.

Tangan Giano memegang pergelangan tangan Rianti. Sementara Andara meletakkan telinga kanannya di dada Rianti.

“Alhamdulillah, masih bernapas,” bisik Andara.

Perasaan cemas yang menggeluti mereka sedikit terurai. Giano dan Al cepat-cepat berusaha meraih tubuh itu untuk dibawanya pergi. Sheila pun turut serta membantu mengangkat di bagian kaki. Sedangkan Andara sibuk berselancar dengan pikirannya yang merasa keheranan. Mengapa Rianti yang baru saja ber-Vidio call-an dengan diri-nya, tiba-tiba berada di kamar yang letaknya jauh dari tempat Rianti semula.Dia berprasangka ada mahkhluk lain yang membawanya. Sedangkan Mang Sofyan yang menjadi orang pertama yang dituduh Giano, tidak berada di ruangan itu.

Tanpa menutup pintu, Andara mengikuti jejak tiga sahabatnya yang menggotong tubuh Rianti. Lampu-lampu yang sudah mulai menyala menolong mereka memberikan cahaya. Dibaringkannya tubuh Rianti di ruang tengah dimana Mang Sofyan biasa sibuk menyiapakan makan malam. Namun, kegundahan hati Giano semakin memuncak kala tidak ditemui juga Mang Sofyan di tempat itu.

“Mang Sofyan ini gimana, sih?” Gumam Giano meluncurkan perasaan jengkelnya.

“Mungkin masih menyelesaikan pekejaan yang lain, Ano.” Al merespons dengan suara sedikit keras.

 Bersamaan dengan itu mereka dikagetkan oleh lengkingan jerit yang memilukan.Serta-merta Giano dan Al berlari mendekat ke arah suara. Baru beberapa meter langkah kaki mereka meninggalkan ruang makan, sebuah pemandangan mengagetkan mereka. Sheila berdiri berdiri  terpaku di depan Pintu  sebuah ruang kosong. Matanya memerah, dua tangannya memegang kepalanya.

“Ada apa Sheila?”

Giano mendekati sahabatnya yang menatap tajam pada sebuah ruangan terbuka di depannya. Tanpa menunggu jawaban Sheila, Mata Giano menangkap sosok yang tergantung di balik pintu. Tidak seluruh tubuhnya tampak. Hanya Tidak jelas siapa dia, Giano langsung berjalan mendekat. Matanya terbelalak setelah tahu bahwa sosok itu laki-laki yang dicurigai meneror Rianti oleh teman-temannya .

“Mang Sofyan!” teriaknya membelah gelap yang mulai pekat.

Jeritan Giano yang mengiris, memanggil. Andara dan Al berlari mendekat. Mereka berlari sekencang-kencangnya. Cuaca gelap tidak membuat mereka surut. Sheila sempat terhuyung nyaris jatuh karena kakinya terantuk benda asing di depannya.Kengereian di depan matanya memaksa dia lari menjauh.

“Ano, kenapa dia, Ano?” teriak Sheila tidak kalah keras dengan teriakan Giano.  

 Sementara Rianti yang masih terbaring lemah hanya bisa mengerahkan sisa tenaganya untuk bangun. Namun, baru saja dia mencoba mengangkat kepalanya, sebuah tangan menariknya menjauh dari tempat itu. Tarikan dengan kekuatan luar biasa hingga membuat tubuhnya seakan melayang di udara. Matanya yang masih tersisa air mata meruam kembali. Ketakutan yang membubung mengharuskan bibirnya menjerit sekencangnya. Namun, tangan besar yang telah membawanya ke tempat asing itu, menutup mulutnya rapat-rapat.  

 Sementara, Giano, Al, Sheila, dan Andara sibuk sekaligus panik dengan ditemukannya laki-laki yang tubuhnya tergantung di depan pintu sebuah kamar. Mereka tidak mengetahui apa yang akan diperbuat.Hanya satu yang bisa mereka lakukan, menghubungi polisi.

“Lama banget sih, Pak Polisi ini?” Andara mulai mengeluh setelah merasa bosan menunggu.

“Bahkan tidak ada yang menyahut,” jawab Giano bingung.

Memang tidak mudah menghubungi polisi dari pulau kecil yang jaringan internetnya terhalang oleh laut. Apalagi cuaca buruk dan waktu terus merangkak menuju malam.

“Benarkah ini Mang Sofyan?” Andara teranga untuk meyakinkan sosok priya yang tergantung di depannya.

“Benar, An,” sahut Giano nyaris berbisik.

“Mengapa bisa begini, Ano? Siapa yang telah melkukannya?”

“Tenang, Andara! Kita tunggu saja hasil pemeriksaan polisi!”

“Aneh banget. Sebenrnya siapa saja yang tinggal di vila ini, Ano. Kau bilang Mang Sofyan hanya sendirian.” Andara terus mendesak.

GK, 21 Juli 2023

Kamis, 22 Juni 2023

Menanti Matahari


 Menanti Matahari

Part @4

Oleh: Khatijah

“Ayo, Anti kita keluar. Lihatlah dari sini pemandangan di senja sangat menakjubkan!” ajak Andara sambil melongokkan wajahnya ke luar.

Jandela di kamar yang ditempati Rianti dan Andara memang menghadap kea rah laut lepas. Dari tempat itu Andara bisa memandang dermaga yang berada agak menyamping ke sebelah kiri. Meski mata tidak leluasa karena terhalang oleh dahan-dahan cemara udang, tapi jauh di batas cakrawala masih tampak bola besar berwarna merah darah yang tinggal separuh tercelup ke dalam air. Bola besar itu menyebarkan warna serupa di atas permukaan ombak hingga menimbulkan gelombag-gelombang jingga yang sangat indah. Sejuk angin menerpa wajah Andara mengurai anak-anak rambutnya nyaris menutup matanya.

Rianti bermalas-malasan di atas kasur meski pusing kepalanya terasa kian menghilang setelah beberapa menit dia sempat terlelap. Ajakan Andara menimbulkan penasaran. Dia pun  mencoba bangun. Seribu kunang-kunang tiba-tiba menyerbu pandangannya sesaat setelah di duduk. Keringat dingin kembali membasahi wajah dan tubuhnya. Perlahan dia kembali pada posisi berbaring.

“Andara, kamu keluar saja sendiri! Aku gak bisa ikut.”

Dengan ucapan terputus-putus, Rianti memejamkan matanya. Kelopak matanya tampak cekung, bibirnya memutih. Karena terhipnotis suasana di luar, perhatian Andara tidak sempat singgah pada kondisi sahabatnya. Dia menganggap Rianti hanya bermalas-malasan saja. Tanpa menoleh ke arah Rianti, dia buru-buru berlari keluar kamar. Semangatnya untuk menikmati suasana pantai di saat senja terpicu juga oleh tiga kawannya, Al, Giano, dan Sheila yang sudah lebih dulu berkejaran di pantai.

Rianti menahan rasa sakitnya. Sambil gemetaran, jari-jarinya berselancar di setiap saku baju dan celannya untuk mencari obat. Namun, usahanya sia-sia sebutir pun tidak tersisa. Semuanya telah tertelan ombak bersama tas kecil saat perjalanan menuju pulau ini. Dicobanya memejamkan mata rapat-rapat agar bisa tertidur. Namun suara derit pintu membuatnya terkejut.

“Andara kenapa kembali?”

Masih dalam kondisi terpejam Rianti memastikan jika yang membuka pintu itu Andara. Namun, orang yang dianggapnya Andara tidak segera menyahut. Suara langkah kaki yang kian mendekat, memaksa  Rianti membuka matanya. Seketika dia bangun dari posisinya berbaring. Dia biarkan matanya menyapu ke setiap sudut, tetapi tidak ada Andara, tidak ada juga seorang pun yang tampak di ruangan itu.

“Andara, Andara kamu di mana?” teriaknya berulang-ulang.

Anehnya, suara langkah itu tidak terdengar lagi. Padahal sebelumnya, jelas sekali suara itu mendekat sama persis dengan langkah kaki manusia. Karena tidak menemukan Andara, Rianti buru-buru mengambil ponselnya yang tergeletak di atas bantal. Secepat kilat dia mencari kontak WA Andara dan ditekannya gambar gagang camera di bagian atas aplikasi itu. Lalu dia menggeser ke atas. Tidak menunggu lama, Andara pun mengangkat panggilan video dari Rianti.

“Ada apa Anti? Ayo ke sini. Sudah sembuh kan pusingnya?”

Bukan main terkejutnya Rianti setelah dia melihat Andara lagi berada di pantai bersama teman-temannya yang lain. Rianti mengambil kesimpulan bahwa memang bukan Andara yang baru saja masuk ke dalam kamar. Tiba-tiba pikirannya mencurigai laki-laki yang bertemu di halman. Yang dipanggil dengan nama Pak Sofyan baik oleh Giano maupun Andara.

“Andara, barusan kamu kembali ke kamar, ya?”

“Enggak, aku ada di sini kok. Kamu saja gak mau. Nih, lihat teman-teman semua di sini.  Asyik  sekali, ayo sini!” sahut Andara sambil mengarahkan camera ke arah Giano, Al, dan Sheila.

Seketika Andara terkejut bukan main karena dia melihat sekelebat bayangan di belakang Rianti. Dia pun memekik keras-keras dan tanpa sadar ponselnya terlempar jauh. Teman-temannya pun berlari mendekat ke arah Andara.

“Kenapa An? Ada apa?” tanya Sheila seraya memegang tangan Andara yang terus memegangi dua telinyanya. Sementara El dan Giano hanya terkesima memandangi ekspresi Andara yang tiba-tiba menggigil ketakutan.

“Di kamar. Rianti!” teriaknya sambil menunjuk ke arah kamar di mana Rianti berada.

Giano dan El langsung tanggap atas ekspresi Andra yang menggambarkan ketakutan dan kengerian. Mereka mengkhawatirkan Rianti. Secepat kilat, Giano mengambil langkah seribu meninggalkan tempat itu. El yang semula hanya memandang tertegun, akhirnya mengekor di belakangnya dengan berlari tidak kalah kencangnya. Sheila dan Andara tidak berdiam diri. Mereka pun mengejar dua temannya yang sudah lebih dulu membuat tepian laut itu sepi.

Hanya dalam hitungan menit, Giano sudah sampai di depan kamar Rianti. Dia langsung mendobrak pintu yang ternyata tidak terkunci. Dengan napas tidak beraturan, dia sapukan pandangan ke setiap sudut kamar. Namun, matanya tidak menangkap Rianti. Tidak ada siapa-siapa. Dibukanya kamar mandi dan mencarinya di sana, tetapi kosong. Dalam was-was yang sempurna dia berpikir keras kemana Rianti berada. Pertanyaan-pertanyaan meneggelamkan pikiran warasnya. Berbagai praduga muncul tiba-tiba.

“Rianti!” pekiknya memenuhi ruangan berukuran 5 x 5 meter itu.

Keriuhan segera terjadi ketika El, Sheilla, dan Andara sampai di kamar itu. Mereka memanggil Rianti bergantian. Namun, tidak ada satu pun jawaban. Giano berlari menuju lobi depan melewati lorong yang menghubungkan kamar-kamar dan ruang tengah. Matanya tidak henti mengamati setiap tempat yang dilewati. Kosong. Lalu ingatannya berlari pada Mang Sofyan, satu-satunya laki-laki yang berada di bangunan tepi pantai ini.

“Mang Sofyan, Mang!”

Bws, 23 Juni 2023

Selasa, 20 Juni 2023

Serpihan Cinta di Langit Saga

 

                                                Foto: Koleksi Pribadi "Tamansari Yogyakarta"

  Serpihan Cinta di Langit Saga

Part 14

Oleh: Khatijah

Ratih membuka matanya. Dia merasakan tubuhnya remuk. Sendi-sendinya terasa tidak berfungsi. Keringat dingin membasahi baju yang dikenakannya. Dalam kondisi seperti itu, dia kaget bukan main saat menyapukan pandangan ke sekeliling. Tampak dinding tinggi membatasi sebuah ruangan lebar dengan ornament keemasan. Sebuah vas setinggi dada tempat meletakkan bunga-bunga lili warna kuning gading bertengger di pojok ruangan. Sedangkan di dekat jendela kuntum-kuntum bunga mawar putih kecil-kecil tertata indah di sebuah vas yang berukuran sama dengan vas yang berada di pojok. Semerbak wanginya menerpa indra penciuman. Pandangan mata Ratih meluruh ke bawah. Sebuah karpet tebal warna merah saga melapisi lantai.

Perlahan Ratih mencoba bangkit. Kasur empuk dan tebal serupa menggelamkan tubuhnya. Sehingga dia kesulitan untuk menopang tubuhnya. Dia terkejut saat memandang dua perempuan berkebaya yang berdiri di sampingnya.

“Maaf, kalian ini siapa,ya? Aku sedang berada di mana?” Serta-merta Ratih menyapa mereka.

“Kami pelayan yang siap membantu Ndoro,” sahut seorang perempuan yang usianya lebih dari paruh baya.

Sedangkan wanita muda yang berparas cantik hanya mengangguk kecil.

“Tuan Muda telah membawa Tuan Putri ke sini.” Wanita itu melanjutkan penjelasannya.

Sejenak Ratir terbengong. Dia mencoba menggali memorinya. Tidak ada bayangan sama sekali tentang sosok yang telah membawanya ke tempat ini. Yang dia ingat hanyalah Melati si gadis kecil yang mengajaknya berjalan-jalan di dekat danau. Setelah itu, ingatan Ratih tidak lagi menyimpan peristiwa yang dialaminya.

“Di mana Melati?”

Ratih menengok ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak dilihatnya anak perempuan yang sebelumnya membersamai dirinya di jalan menuju telaga.

“Melati siapa, Tuan Putri?”

Sambil kebingungan salah seorang yang lebih tua menanggapi pertanyaan Ratih.

“Aku bukan Tuan Putri, namaku Ratih.”

Ratih merasa aneh terhadap sebutan yang diberikan oleh perempuan-perempuan yang berada di depannya. Ucapan-ucapannya begitu halus.  

“Kalau Tuan Putri sudah enakan, dipersilakan untuk membersihkan diri. Mari  saya antarkan ke  tempat pemamdian,” ujar perempuan yang usianya lebih muda, bahkan mungkin hanya beberapa tahun di atas usia Ratih.

Ratih tidak menyahut. Hatinya sangat sedih karena harus berpisah dengan Melati dan kedua orang tuanya. Hatinya juga sangat khawatir kalau Dewanda akan datang dan mencarinya. Dia benar-benar menyesal karena tidak bisa menjaga amanah dari pemuda yang telah melepaskan dirinya dari cengkeraman para penjahat. Dia tidak mematuhinya, tetapi justru mengikuti permintaan anak kecil Melati melihat-lihat pemandangan di luar rumah. Padahal dia paham benar bahwa pesan Dewanda itu untuk menyelamatkan dirinya dari orang-orang tidak baik, termasuk orang yang telah membawanya ke tempat ini.

“Mari, Tuan Putri. Kami siap menemani Tuan Putri mandi!” Wanita lebih dari paruh baya terus mendesak Ratih. Sedangkan perempuan yang lebih muda membawa  setumpuk pakaian yang diperkirakan disediakan untuknya.

Ratih mengerutkan dahinya. Pandangannya melirik pada pakain yang melekat pada tubuhnya. Kusut dan dekil. Malu tiba-tiba menjalari perasaannya. Dia merasa tidak pantas untuk menempat di tempat yang sangat  mewah.  Ddia jadi bingung. Akankah dia mengikuti perintah para wanita itu atau dia akan kabur.

Bondowoso, 21 Juni 2023  

  

 

Jumat, 09 Juni 2023

Serpihan Cinta di Langit Saga Part 13

 


Foto: Koleksi Pribadi  

Serpihan Cinta di Langit Saga

Part 13

Oleh: Khatijah

“Besok-besok saja ya, Dik. Mbak Ratih masih kurang enak badan,” sahut Ratih seraya meraba kedua pipinya yang terasa hangat.

Roman wajah gadis kecil itu berubah seketika. Kecewa begitu tergambar dari ekspesinya. Di luar dugaan, dia menarik tangan Ratih hingga Ratih kehilangan keseimbangan. Terhuyung dan nyaris jatuh.

“Melati, gak boleh memaksa seperti itu!” teriak ibunya saat tiba-tiba muncul di antara mereka.

“Ayo, dah gak apa-apa.” Akhirnya Ratih tidak tega menolak ajakan Melati.

Ratih tidak mampu mengucap kata selain itu. Gadis kecil itu terlalu bersemangat untuk mengajaknya jalan-jalan. Oleh karenanya, dia harus mampu meluluhkan egonya. Tidak bisa dia tetap tinggal diam. Perlahan dia melangkah. Pusing di kepalanya yang kian hilang membuatnya lupa akan pesan Dewanda.

Setengah berlari Melati mendahului langkah Ratih. Kakinya melompat-lompat menyusuri jalan setapak. Sesekali dia menengok ke belakang. Tampak senyumnya yang manis dalam rona berbunga-bunga. Ratih tidak mampu berjalan secepat Melati. Hingga Melati berhenti untuk menunggunya. Sebuah telaga dengan kecil  berlapis kabut di atas permukaannya sudah begitu dekat. Ingin sekali Melati bersuka ria menikmati indahnya bersama Ratih. 

Jalan yang tersiram hujan semalam masih menyisakan licin. Ratih harus super hati-hati. Berbeda dengan Melati yang berlari-lari sambil bernyanyi-nyanyi. Ratih tidak mampu mengikutinya. Pandangannya yang kadang seperti terhalang ribuan kunang-kunang membuat langkahnya terhenti. Sementara Melati sudah meninggalkannya jauh di depan.

“Mbak Ratih, ayo cepat!” Melati berteriak memanggil-manggil.

Ratih terjatuh. Seketika tidak ingat apa-apa. Dari jauh Melati melihat kejadian itu. Dia pun berlari kembali ke arah Ratih. Dilihatnya gadis yang dipanggilnya Kakak itu terkulai dengan mata terpejam. Melati panik. Dia berteriak-teriak keras sekali hingga suaranya menggema di antara bebukitan di sekelilingnya.

“Tolong!” teriak melati berkali-kali.

Tanpa dia tahu dari mana arahnya tiba-tiba dia mendengar derap kaki kuda. Dia menggigil karena pemuda tinggi besar itu turun dari pelana dan meraih tubuh Ratih. Tanpa meninggalkan satu pesan apa pun dia pergi bersama kudanya yang sebelumnya dilecut keras-keras. Mata Melati terus memandangi jalan yang dilewati pemuda berkuda yang mebawa  Ratih. Dia hanya bengong sebab secepat kilat pemuda itu pergi. Tidak sempat dia memandang wajahnya. Dalam hatinya bertanya-tanya mungkinkah pemuda itu Dewanda.  

Badan Melati belum berhenti menggigil, bibirnya bergetar keras, wajahnya memutih pucat. Gadis kecil itu berjalan tertatih sambil memanggil-panggil nama Ratih.

“Mbak Ratih!”

Tidak seorang pun mendengarnya. Di ujung penyesalannya, dia terus berjalan ingin mengadukan peristiwa itu kepada ayahnya. Menyesal karena telah mengajak Ratih jalan-jalan di padang yang sepi. Belum sampai di halaman, Pak Haji melihat Melati yang tampak sedang tidak baik-baik saja. Dia pun bergegas menemui anak gadisnya itu.

“Ada apa Melati? Mana Ratih?” Pak Haji menghujani Melati dengan pertanyaan.

Melati tidak bisa menyampaikan peristiwa yang baru saja terjadi. Bibirnya serasa terkunci. Perasaan bersalah menghantui dirinya. Dia memastikan ayahnya akan marah besar. Belum juga dia kepikiran akan keadaan Ratih yang dibawa laki-laki berkuda yang tidak dikenal.

                                                                                   Bondowoso, 10 Juni 2023  

 

 

 

Senin, 05 Juni 2023

Rembulan Merah di Langit Duka

 


Rembulan Merah di Langit Duka

Oleh: Khatijah

Mata Alina memerah. Sakit hati tidak lagi bisa terbendung saat kembali membuka WA. Hampir enam bulan dia menunggu balasan chat dari Refal, kekasihnya. Dadanya dibakar perasaan cemburu yang membabi buta. Bukan hanya rindu yang harus ditelannya sendiri, tapi penasaran telah membuatnya nyaris gila. Betapa tidak, selain tidak membalas chat dan panggilannya, di kampus pun Refal serupa ditelan bumi. Semua akun media sosial pun sudah lama tidak aktif.

Bulan sabit di langit membersamai Alina. Malam itu dia hanya bisa memandangi foto dan video kenangan di instagramnya sendiri. Foto-foto yang mengukir saat-saat manis bersama Refal. Naik Kereta Api Pasundan berdua. Berpayung di Kawah Putih Ciwedey, menikmati indahnya kawasan Puncak, bahkan tampilan reel yang mengabadikan keceriaan saat keduanya naik kuda di Bromo. Kenangan itu begitu mengiris. Alina membanting ponselnya. Cemburunya memuncak teringat bahwa tidak hadirnya Refal bersamaan dengan pindahnya Rena, teman kuliahnya yang selama ini juga menaruh hati pada Refal. Hatinya begitu kuat menganggap Refal telah berpindah ke lain hati.

Iseng-iseng Alina membaca pengumuman di grup WA HIMA. Dikatakan bahwa beberapa mahasiswa akan mewakili organisasi untuk berangkat ke luar kota. Dia menyesal karena beberapa minggu ini tidak aktif mengikuti kegiatan sehingga dia ketinggalan informasi. Sebuah foto karangan bunga menjadi pusat perhatiannya. Dia terkejut ketika membaca ucapan duka cita untuk Refal yang tertulis di karangan bunga itu. Alina pingsan.

Bondowoso, 6 Juni 2023        

Selasa, 30 Mei 2023

Cara Menemukan Ide Menulis

 

Cara Menemukan Ide Menulis

Oleh: Khatijah

Pernahkah Anda kesulitan mendapatkan ide menulis? Menulis merupakan kegiatan yang menyenangkan. Namun, biasanya terkendala dengan menemukan ide. Ide tidak datang begitu saja. Namun, kita harus memburunya. Sebenarnya banyak ide yang berseliweran di sekeliling kita. Namun, keraguan untuk mengangkatnya menjadi sebuah tulisan membuat kita tidak segera memulai menulis. Kadang-kadang terlalu banyak pertimbangan. Takut idenya kurang pas atau kurang menarik. Padahal kalau kita berani mengembangkan menjadi tulisan kadang akan membuat kita tercengang.

Kejadian-kejadian yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan merupakan sumber ide yang tidak akan kering. Sesuatu yang pernah kita alami sendiri menjadi sumber ide yang luar biasa untuk beberapa genre tulisan. Misalnya saja kita pernah pergi ke suatu tempat yang meninggalkan kesan  mendalam dalam pikiran kitadapat menjadi sumber ide yang bagus. Jika kita akan menulisnya dalam bentuk fiksi, kita tinggal mengimajinasikan dengan peristiwa, tokoh, konflik dengan menggunakan setting tempat, suasana, dan waktu dengan tempat itu. Bisa juga kita mengangkatnya dalam bentuk reportase, kolom, atau jenis tulisan lain.  Sumber ide yang tidak mudah kering dari ingatan adalah pengalaman. Hal-hal yang pernah kita alami, entah itu suka maupun duka bisa dijadikan sumber penulisan.

Bagaimana cara berburu ide? Hal-hal yang mudah untuk untuk menggali ide:

Pertama, kita catat semua kejadian yang kita alami. Kita bisa mencatatnya di ponsel karena ponsel merupakan benda yang jarang lepas dari tangan kita. Bisa dengan cara membuat grup WA dengan anggota dua atau tiga orang terdekat. Kalau sudah terbentuk grup, lalu keluarkan anggota tersebut. Tinggalah kita sendiri yang menjadi anggota grup. Nah, dengan begitu, kita leluasa untuk mencatat apa saja yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan. Selain mencatat kejadian, kita dapat memfoto atau memvideokan. Dari foto dan video kita akan menggali ide sebanyak-banyaknya.

Cara yang kedua, banyak membaca baik berupa karya orang lain atau berita. Taufik Ismail  pernah berpendapat “Rabun Membaca Lumpuh Menulis, kiranya hal itu benar adanya. Seseorang yang rajin membaca akan mudah menuangkan ide-ide cemerlang. Sedangkan orang yang jarang membaca akan kesulitan memunculkan ide. Orang yang sering membaca, akan mengembangkan kalimat dengan mudah. Dia akan menuliskan kalimat-kalimat mengalir begitu saja tanpa harus dipaksa. Hal itu sudah terbukti. Untuk itu membaca harus selalu kita lakukan setiap waktu.

Ketiga, ikut di komunitas penulis. Dengan ikut di komunitas ini kita akan termotivasi untuk menulis seperti yang dilakukan oleh anggota komunitas itu. Kita juga bisa membaca karya-karya mereka. Dari sini kita banyak mendapatkan ide menulis.

Keempat, berusaha dengan berpikir keras untuk menemukan ide. Memulai menulis dengan selalu mengasah semangat. Semangat yang tertanam di dalam diri kita, akan memudahkan kita mendapatkan ide penulisan. Mengapa bisa seperti itu? Jawabannya mudah. Jika  kita sudah bersemangat untuk menulis, kita akan berusaha keras. Di luar dugaan, jika kita mulai menulis kadang ide-ide bermunculan dengan sendirinya.

Mulailah menulis apa saja yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan. Mulailah dengan satu kalimat. Teruslah berpikr fokus pada apa yang sudah kita tulis itu. Lanjutkan menuliskan kalimat-kalimat berikutnya dengan menggunakankata kata rujukan atau dengan repetisi dari inti yang kita biscarakan. Maka pengembangan ide-ide tentang tulisan kita akan mengalir. Berhenti sejenak, bukan merupakan masalah. Maka kalau ide sudah buntu berhentilah, kerjakan apa saja aktivitas kita yang biasa kita lakukan. Suatu ketika kadang-kadang kita mendapatkan ide baru untuk melanjutkan tulisan kita. Segera menuliskan ide yang kita dapatkan tersebut untuk mengembangkan tulisan yang sudah ada. Hal itu dilakukan agar ide tersebut tidak hilang.

 



Entri yang Diunggulkan

Puisi-Puisiku

  Puisi-Puisiku Oleh: Khatijah   1.        MENDEKAP HARAP Kupatahkan ragu di tiang rapuh Menjaga rasa cita pada setia Di cadas lin...