Bagaimana Novel Mampu Menghibur Pembaca
Bagaimana Novel Mampu Menghibur Pembaca
Oleh: Khatijah
Tidak bisa dipungkiri bahwa tujuan
awal seseorang membaca novel yaitu untuk menghibur diri. Membaca novel sama
halnya dengan rekreasi menjelajah di dunia imajinasi. Oleh karena itu, novel
harus memenuhi harapan pembaca. Jika novel yang dibaca dapat memenuhi harapan, pembaca
seolah turut terjun menjadi tokoh di dalamnya. Banyak cara yang bisa dilakukan
pengarang novel agar novelnya menghipnotis. Jalinan konflik-kolnflik yang
menarik mampu membuat pembaca penasaran untuk membaca episode berikutnya. Di
bawah ini beberapa penjelasan agar novel yang ditulis tidak membosankan.
Beberapa hal agar novel bisa
menghibur pepmbaca:
1.
Tema Unik
Tema
yang akan ditulis di dalam novel hendaknya tema yang tidak biasa-biasa saja.
Keunikan ide akan menuntun pembaca untuk mengetahui jalan cerita dari awal
hingga penyelesaian. Penggambaran peristiwa melalui deskripsi yang hidup dan
dialog cantik ini akan membawa pembaca untuk terus penasaran membaca lembar
demi lembar novel di hadapannya. Tema unik juga membuat pembaca penasaran untuk
mengetahui isinya lebih dari yang sudah dibaca.
2.
Konflik-Konfliknya Tajam dan Kompleks
Novel
yang baik, harus membocorkan konfliknya pada paragraf-paragraf awal. Bibit
konflik yang sudah terbaca di bagian depan, akan membuat pembaca penasaran
untuk menikmati konflik-konflik yang dialami tokoh untuk selanjutnya. Suspensi
atau penundaan pemecahan konflik pada tiap-tiap episode menjadi hal yang
membuat penasaran pembaca. Begitu juga twist atau efek kejud pada bagian penyelesaian
akan meninggalkan kesan mendalam di dalam perasaan pembaca.
Ada
hal lain yang juga perlu diingat, novel merupakan cerita panjang yang sarat
dengan konflik. Berbeda dengan cerpen yang konfliknya terbatas. Konflik pada
novel lebih kompleks. Bukan hanya konflik utama saja yang disajikan, tetapi juga
anak-anak konflik. Multikonflik seperti yang ditemui seseorang dalam kehidupan
sesungguhnya akan ditemui juga di dalam novel. Mulai dari konflik dengan
dirinya sendiri, konflik dengan alam sekitar, konflik dengan Tuhan, konflik
dengan orang lain. Jadi, penulis novel harus menghindari konflik yang datar dan
lurus-lurus saja. Penyusunan konflik dalam alur tidak datar akan membuat cerita
lebih hidup dan lebih menarik.
3.
Diksi atau Pilihan Kata
Pilihan
kata atau diksi sangat memengaruhi menarik tidaknya sebuah novel. Pilihan kata
dan kalimat-kalimat dalam novel berbeda dengan pilihan kata dan kalimat yang
digunakan di dalam tulisan ilmiah. Bahasa yang digunakan di dalam novel adalah
ragam bahasa sastra. Penggambaran peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh harus
mampu menyentuh pengalaman indrawi pembaca. Pengarang hendaknya memilih kata
yang membuat pembaca seolah melihat, mendengar, merasakan, mencium, mencecap,
serta mampu melibatkan perasaan pembaca.Pilihan kata yang digunakan
bermacam-macam makna.
Bukan
hanya makna denotasi saja, tapi banyak menggunakan makna konotasi, makna kiasan,
dan makna simbolis. Makna denotasi adalah makna kata yang didasarkan atas
penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar
bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif.
Makna konotasi atau makna tambahan merupakan tautan pikiran yang menimbulkan
nilai rasa pada seseorang. Misanya kata ‘acap kali, untuk menggunakan kata ‘sering’.
Kata ‘komplotan’ untuk menggantikan kata ‘gerombolan’. Sedangkan makna kiasan merupakan
makna atau kelompok kata yang bukan
mengacu ke makna yang sebenarnya, melainkan mengiaskan sesuatu, misalnya
‘mahkota wanita’ berarti rambut wanita (KBBI V). Bentuk kiasan bisa berupa ungkapan
seperti contoh tersebut dan bisa berbentuk majas. Majas atau bahasa kias sering
digunakan oleh pengarang novel seperti personifikasi, metafora,semile, dan paradoks,
dll.
Berikut
ini contoh bahasa bermajas yang sering ditemui di dalam novel.
Awan
yang tertatih-tatih melintasi langit biru. (personifikasi)
Dia
memang berhati batu. (metafora)
Anak
itu merasa bebas bagai burung lepas dari sangkar.(smile)
Ayah
merasa kesepian di antara hiruk-pikuk orang-orang yang berebut makanan. (paradoks)
Makna
simbolis yaitu kata atau sekelompok kata yang dijadikan simbol atau lambang.
4.
Komposisi Antara Deskripsi dan Dialog Proposional
Deskiripsi
digunakan untuk menggambarkan latar dan karakter tokoh. Uraian deskriptif yang
rinci sangat diperlukan untuk menggambarkan latar yang meliputi waktu, tempat,
dan suasana. Penggambaran latar yang detail akan membawa pembaca seolah berada
di sebuah tempat, dalam suasana tertentu, dan pada waktu tertentu. Sedangkan
karakter tokoh selain dapat digambarkan langsung dalam bentuk uraian bisa juga
digambarkan dalam dialog para tokoh. Namun, demikian penggunakan dialog dan
deskripsi lebih enak dibaca jika proposioal. Tidak hanya deskripsi saja atau
sebaliknya dialog terus menerus. Ada saat-saat tertentu dialog perlu digunakan
agar cerita lebih hidup. Dialog yang ditulis hanyalah dialog-dialog cantik yang
mendukung makna dan perkembangan alur.
5. Tidak Cacat Logika
Meskipun novel merupakan
tulisan yang bergenre fiksi, tetapi penulis harus meghindari adanya cacat
logika. Itulah pentingnya riset bagi seorang penulis novel. Sebab jika terjadi
hal seperti itu akan mengurangi kepercayaan pembaca. Tentu saja menyebabkan
novel menjadi tidak berkualitas.
Penulis
Khatijah