Senin, 03 April 2023

Mengapa Menulis Novel


 

Mengapa Menulis Novel

Oleh: Khatijah



 

Sebagai karya sastra, novel sangat disukai. Cerita bentuk prosa fiksi panjang ini memiliki kekhasan dengan menampilkan rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya yang menonjolkan watak dan sifat para pelaku (KBBI V). Berbeda dengan cerpen yang hanya memuat satu peristiwa yang dialami oleh tokoh, di dalam novel berbagai peristiwa yang dialami pelaku ditampilkan. Konflik-konfliknya diceritakan secara detail.

Cerita Harry Potter karya J.K. Rowling merupakan salah satu contoh novel yang sangat disukai. Hal itu terbukti dengan terjualnya novel itu hingga 500 juta kopi di seluruh dunia dan diterjemahkan ke dalam 80 bahasa (Wikipedia). Lebih-lebih setelah novel itu diangkat menjadi sebuah film. Tidak hanya itu, novel Super Nova karya Dee (De Lestari) juga menjadi novel sukses di pasaran. Dan masih banyak contoh novel-novel lain yang sukses merebut hati masyarakat.

Ada beberapa alasan mengapa menulis novel

1.    Ingin menyuarakan kebenaran

2.    Memberikan nilai edukasi

3.    Menghibur

4.    Menginspirasi

5. Terapi Diri 

6.    Mendapat Penghasilan

Untuk Menyuarakan Kebenaran

Novel dapat dijadikan media untuk menyuarakan kebenaran atau kebaikan.Pengarang secara tidak langsung dapat menyuarakan kebenaran melalui pesan yang membungkus peristiwa-peristiwa di dalam novel tersebut tanpa terkesan menggurui. Jika tidak dapat menyampaikan kebenaran secara langsung melalui ceramah atau khotbah, secara implisit dan eksplisit kita bisa menyampaikan kebenaran melalui novel yang kita tulis. Sampaikanlah kebenran walaupun hanya satu ayat. Bagaimana caranya? Secara eksplisit, pengarang bisa menyampaikan melalui dialog para tokoh. Sedangkan secara implisit kebenran bisa disampaikan melalui deskripsi tingkah laku tokoh, suasana, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Melihat fenomena negatif di masyarakat, kadang hati kita terketuk untuk menyampaikan kebenaran. Namun, tidak semua orang diberi kemampuan dan keberanian menyampaikannya secara langsung. Terkadang ada perasaan enggan, malu, atau merasa tidak percaya diri. Misalnya saja menyaksikan kerusakan lingkungan di sekitar kita. Banyak hutan gundul karena terjadi penebangan liar yang dilakukan oleh oknum tertentu. Perasaan khawatir akan terjadi dampak yang membahayakan bagi masyarakat sering berkecamuk di hati. Seperi banjir, tanah longsor, kekeringan, bahkan lenyapnya satwa yang hidup di dalamnya. Dengan adanya fenomena itu, kadang kita hanya bisa mengelus dada karena kita merasa tidak punya kapasitas untuk mengingatkan para pelaku pembalakan liar itu, apalagi melarangnya. Nah, satu-satunya jalan yang bisa dilakukan adalah menyampaikan pemikiran kita ke dalam  tulisan. Peristiwa itu bisa diangkat ke dalam novel. Fakta-fakta yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan itu kita jahit ke dalam ranah imajinasi,

Tentu saja dampak dari tulisan dalam novel tersebut tidak bisa serta-merta menghentikan aksi tersebut. Namun, paling tidak penulis dapat memberikan sumbangsih kepada para pembaca betapa bahayanya tindakan perusakan hutan. Terlebih lagi jika yang membaca novel generasi penerus. Minimal mereka bisa merenung dan tidak melakukan hal sama yang berakibat buruk. Sebaliknya diharapkan bisa bertindak mengatasi permasalahan tersebut, sesuai dengan pesan yang kita sampaikan dalam novel.

Nah, dengan demikian berarti novel bisa dijadikan media untuk menyampaikan kebenaran. Uraian di atas hanyalah satu contoh fenomena. Padahal di sekeliling kita banyak sekali fenomena yang dapat diangkat menjadi novel, dengan tujuan menanamkan kebenaran atau kebaikan. Sekaligus kita bisa menanamkan religusitas, nilai moral, nilai sosial, nilai sejarah, dan lain-lain, termasuk nilai cinta bangsa dan tanah air. 

Memberikan Nilai Edukasi

            Melalui novel, kita juga bisa memberikan nilai edukasi atau pendidikan. Pendidikan karakter yang sangat urgen dalam kehidupan dapat dicontohkan di dalam novel tanpa terkesan menggurui. Memberikan nilai edukasi melalui certia akan lebih mengena daripada disampaikan secara langsung. Kebiasaan-kebiasaan baik, bisa dicontohkan di dalam novel melalui tokoh-tokoh yang memerankan setiap perbuatan. Hal-hal kecil seperti berpamitan kepada orang tua ketika hendak meninggalkan rumah, mencium tangan, berkata halus dan sopan, bisa diperagakan oleh para tokoh yang kita buat. Kasih sayang dengan sesama, cinta dan hormat kepada orang tua, guru, dan orang yang lebih tua bisa ditanamkan melalui contoh karakter-karakter para tokoh. Bahkan sampai pada nilai agama sangat penting ditanamkan.  

            Seperti juga dalam kehidupan nyata, bahwa hidup ini tidak lepas dari kewajiban sebagai makhluk Tuhan. Sebagai makhluk religius, manusia akan selalu melaksanakan ibadah sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan. Di dalam novel bisa digambarkan tokoh yang religius. Penaman nilai-nilai dan pembiasaan hidup beragama bisa digambarkan pada suatu adegan.

            Demikian juga nilai-nilai sosial, secara tidak langsung juga digambarkan di dalam novel. Bagaimana seseorang hidup bermasyaratakat? Sikap saling menghargai, tolong-menolong, dan sikap-sikap lain seperti jujur, disiplin semua bisa diintegrasikan di dalam cerita.

Menghibur

Tidak bisa dipungkiri bahwa seseorang yang membaca novel adalah untuk menghibur diri. Membaca novel sama halnya dengan rekreasi menjelajah di dunia imajinasi. Kadang-kadang pembaca seolah turut terjun menjadi tokoh di dalamnya. Dalam kondisi inilah, pembaca terhibur. Sebagai media yang menghibur pengarang novel harus pawai memenuhi harapan pembaca.  Bagaimana caranya?

Menginspirasi

Setiap tulisan harus mampu menginspirasi pembaca.Lebih-lebih tulisan dalam bentuk novel. Kehidupan yang digambarkan di dalam cerita hendaknya menginspirasi pembaca. Karakter buruk dari tokoh antagonis hendaknya tidak ditiru. Oleh karena itu, penulis harus lebih piawai di dalam penggambaran akibat dari perbuatan buruk itu. Sebaliknya, perbuatan baik yang dilakukan oleh para tokoh dalam novel akan menyentuh hati pembaca.

Terapi Diri

Kegalauan hati atau ketidaktenangan pikiran bisa terjadi kapan saja dan menyerang semua orang. Terkadang berbagai usaha dilakukan. Selain beribadah dan membaca kitab suci, seseorang bisa memilih menulis sebagai salah satu terapi. Menulis novel merupakan solusi untuk mengatasi kekacauan hati dan pikiran.

Mendapat Penghasilan

Tidak bisa dipungkiri, bahwa salah satu alasan menulis novel yaitu untuk mendapatkan penghasilan. Bukan tidak mungkin hasil dari tulisan kita akan dihargai dan dibeli oleh pembaca. Lebh jauh lagi seandainya novel yang kita tulis berkualitas dan difilmkan tentu mimpi untuk mendapatkan penghasilan dari menulis novel tidak sia-sia. Semoga.  

Bondowoso, 4 April 2023

Penulis

Khatijah  

 



2 komentar:
Write Comments



Entri yang Diunggulkan

Puisi-Puisiku

  Puisi-Puisiku Oleh: Khatijah   1.        MENDEKAP HARAP Kupatahkan ragu di tiang rapuh Menjaga rasa cita pada setia Di cadas lin...