Mengapa
Menulis Novel
Oleh: Khatijah
Sebagai
karya sastra, novel sangat disukai. Cerita bentuk prosa fiksi panjang ini
memiliki kekhasan dengan menampilkan rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang di sekelilingnya yang menonjolkan watak dan sifat para pelaku
(KBBI V). Berbeda dengan cerpen yang hanya memuat satu peristiwa yang dialami
oleh tokoh, di dalam novel berbagai peristiwa yang dialami pelaku ditampilkan. Konflik-konfliknya
diceritakan secara detail.
Cerita
Harry Potter karya J.K. Rowling merupakan salah satu contoh novel yang sangat
disukai. Hal itu terbukti dengan terjualnya novel itu hingga 500 juta kopi di
seluruh dunia dan diterjemahkan ke dalam 80 bahasa (Wikipedia). Lebih-lebih
setelah novel itu diangkat menjadi sebuah film. Tidak hanya itu, novel Super
Nova karya Dee (De Lestari) juga menjadi novel sukses di pasaran. Dan masih
banyak contoh novel-novel lain yang sukses merebut hati masyarakat.
Ada
beberapa alasan mengapa menulis novel
1. Ingin
menyuarakan kebenaran
2. Memberikan
nilai edukasi
3. Menghibur
4. Menginspirasi
5. Terapi Diri
6. Mendapat Penghasilan
Untuk Menyuarakan Kebenaran
Novel
dapat dijadikan media untuk menyuarakan kebenaran atau kebaikan.Pengarang secara tidak
langsung dapat menyuarakan kebenaran melalui pesan yang membungkus peristiwa-peristiwa di dalam novel tersebut tanpa terkesan menggurui. Jika tidak dapat menyampaikan kebenaran secara
langsung melalui ceramah atau khotbah, secara implisit dan eksplisit kita bisa
menyampaikan kebenaran melalui novel yang kita tulis. Sampaikanlah kebenran
walaupun hanya satu ayat. Bagaimana caranya? Secara eksplisit, pengarang bisa
menyampaikan melalui dialog para tokoh. Sedangkan secara implisit kebenran bisa
disampaikan melalui deskripsi tingkah laku tokoh, suasana, dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Melihat
fenomena negatif di masyarakat, kadang hati kita terketuk untuk menyampaikan
kebenaran. Namun, tidak semua orang diberi kemampuan dan keberanian
menyampaikannya secara langsung. Terkadang ada perasaan enggan, malu, atau
merasa tidak percaya diri. Misalnya saja menyaksikan kerusakan lingkungan di
sekitar kita. Banyak hutan gundul karena terjadi penebangan liar yang dilakukan
oleh oknum tertentu. Perasaan khawatir akan terjadi dampak yang membahayakan
bagi masyarakat sering berkecamuk di hati. Seperi banjir, tanah longsor,
kekeringan, bahkan lenyapnya satwa yang hidup di dalamnya. Dengan adanya
fenomena itu, kadang kita hanya bisa mengelus dada karena kita merasa tidak punya kapasitas
untuk mengingatkan para pelaku pembalakan liar itu, apalagi melarangnya. Nah, satu-satunya
jalan yang bisa dilakukan adalah menyampaikan pemikiran kita ke dalam tulisan. Peristiwa itu bisa diangkat ke dalam
novel. Fakta-fakta yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan itu kita
jahit ke dalam ranah imajinasi,
Tentu saja dampak dari tulisan dalam novel tersebut tidak bisa serta-merta menghentikan aksi tersebut. Namun, paling tidak penulis dapat memberikan sumbangsih kepada para pembaca betapa bahayanya tindakan perusakan hutan. Terlebih lagi jika yang membaca novel generasi penerus. Minimal mereka bisa merenung dan tidak melakukan hal sama yang berakibat buruk. Sebaliknya diharapkan bisa bertindak mengatasi permasalahan tersebut, sesuai dengan pesan yang kita sampaikan dalam novel.
Nah, dengan demikian berarti novel bisa dijadikan media untuk menyampaikan kebenaran. Uraian di atas hanyalah satu contoh fenomena. Padahal di sekeliling kita banyak sekali fenomena yang dapat diangkat menjadi novel, dengan tujuan menanamkan kebenaran atau kebaikan. Sekaligus kita bisa menanamkan religusitas, nilai moral, nilai sosial, nilai sejarah, dan lain-lain, termasuk nilai cinta bangsa dan tanah air.
Memberikan Nilai Edukasi
Melalui
novel, kita juga bisa memberikan nilai edukasi atau pendidikan. Pendidikan
karakter yang sangat urgen dalam kehidupan dapat dicontohkan di dalam novel
tanpa terkesan menggurui. Memberikan nilai edukasi melalui certia akan lebih
mengena daripada disampaikan secara langsung. Kebiasaan-kebiasaan baik, bisa
dicontohkan di dalam novel melalui tokoh-tokoh yang memerankan setiap perbuatan.
Hal-hal kecil seperti berpamitan kepada orang tua ketika hendak meninggalkan
rumah, mencium tangan, berkata halus dan sopan, bisa diperagakan oleh para
tokoh yang kita buat. Kasih sayang dengan sesama, cinta dan hormat kepada orang
tua, guru, dan orang yang lebih tua bisa ditanamkan melalui contoh
karakter-karakter para tokoh. Bahkan sampai pada nilai agama sangat penting ditanamkan.
Seperti juga dalam kehidupan nyata,
bahwa hidup ini tidak lepas dari kewajiban sebagai makhluk Tuhan. Sebagai
makhluk religius, manusia akan selalu melaksanakan ibadah sebagai bentuk pengabdian
kepada Tuhan. Di dalam novel bisa digambarkan tokoh yang religius. Penaman
nilai-nilai dan pembiasaan hidup beragama bisa digambarkan pada suatu adegan.
Demikian juga nilai-nilai sosial, secara
tidak langsung juga digambarkan di dalam novel. Bagaimana seseorang hidup
bermasyaratakat? Sikap saling menghargai, tolong-menolong, dan sikap-sikap lain
seperti jujur, disiplin semua bisa diintegrasikan di dalam cerita.
Menghibur
Tidak
bisa dipungkiri bahwa seseorang yang membaca novel adalah untuk menghibur diri.
Membaca novel sama halnya dengan rekreasi menjelajah di dunia imajinasi. Kadang-kadang
pembaca seolah turut terjun menjadi tokoh di dalamnya. Dalam kondisi inilah,
pembaca terhibur. Sebagai media yang menghibur pengarang novel harus pawai
memenuhi harapan pembaca. Bagaimana
caranya?
Menginspirasi
Setiap
tulisan harus mampu menginspirasi pembaca.Lebih-lebih tulisan dalam bentuk
novel. Kehidupan yang digambarkan di dalam cerita hendaknya menginspirasi
pembaca. Karakter buruk dari tokoh antagonis hendaknya tidak ditiru. Oleh
karena itu, penulis harus lebih piawai di dalam penggambaran akibat dari
perbuatan buruk itu. Sebaliknya, perbuatan baik yang dilakukan oleh para tokoh
dalam novel akan menyentuh hati pembaca.
Terapi Diri
Kegalauan hati atau ketidaktenangan pikiran bisa terjadi kapan saja dan menyerang semua orang. Terkadang berbagai usaha dilakukan. Selain beribadah dan membaca kitab suci, seseorang bisa memilih menulis sebagai salah satu terapi. Menulis novel merupakan solusi untuk mengatasi kekacauan hati dan pikiran.
Mendapat Penghasilan
Tidak bisa dipungkiri, bahwa salah satu alasan menulis novel yaitu untuk mendapatkan penghasilan. Bukan tidak mungkin hasil dari tulisan kita akan dihargai dan dibeli oleh pembaca. Lebh jauh lagi seandainya novel yang kita tulis berkualitas dan difilmkan tentu mimpi untuk mendapatkan penghasilan dari menulis novel tidak sia-sia. Semoga.
Bondowoso, 4 April 2023
Penulis
Khatijah
Luar biasa..mantap..menginspirasi
BalasHapusTerima kasih, apresiasinya, Pak
BalasHapus